"Aku ingin menitipkan ini padamu." Draco menyerahkan sebuah buku berwarna hijau ke tangan Blaise.
"Jika aku selamat dari perang besar nanti, aku akan mengambil kembali buku ini. Namun jika sesuatu terjadi padaku, aku harap kau memberikan buku ini kepada Harry," jelas Draco.
"Kenapa harus aku?" ujar Blaise, bingung.
"Karena hanya kau lah satu-satunya orang yang tahu tentang hubunganku dan Harry." Draco menatap Blaise dengan pandangan datar.
Namun Blaise melihat sesuatu di balik kilau kelabu yang selalu bersinar dingin itu. Ada ketakutan, cemas dan juga lelah.
"Apa kau takut, Draco?" tanya Blaise.
"Aku hanya takut Harry tidak bisa bertahan kalau tidak ada aku," balas Draco sambil beranjak pergi.
"Dan aku harap kau sendiri yang mengambil buku ini dariku, Draco," teriak Blaise sebelum Draco menghilang dari pandangan.
.
#
.
Professor Dumbledore akhirnya berhasil menyingkirkan Horcrux ketujuh sang Pangeran Kegelapan yang ternyata adalah ular kesayangannya, Nagini, dan menyebabkan perang besar akhirnya meletus. Kubu putih dan kubu hitam tak henti-hentinya melontarkan mantra ke arah musuhnya. Korban pun berjatuhan tak terelakkan. Beberapa bangunan di sekolah megah itu terlihat hancur berantakan. Berkas-berkas sinar yang muncul dari masing-masing tongkat bisa dilihat dari kejauhan.
Ketika akhirnya The-Boy-Who-Lived berhadapan dengan The Dark Lord, suasana mencekam semakin kentara. Keadaan sekitar semakin kacau dan menggila. Perang mantra antara dua pria berbeda generasi itu berlangsung sengit dan berbahaya. Siapa saja yang berada di dekat mereka bisa mati mendadak karena salah sasaran.
"Expelliarmus!" akhirnya berhasil membuat Harry membalikkan mantra mematikan sang Pangeran Kegelapan dan memusnahkan penyihir hitam itu untuk selamanya.
Sorak sorai bergema di sekitar arena perang utama. Para pengikut sang penyihir hitam itu pun lari ketakutan, tapi untungnya masih sempat ditangkap oleh anggota Orde.
Harry menarik nafas lega karena akhirnya dia bisa mengalahkan penyihir terkutuk itu. Matanya kemudian mencari sosok yang selalu ada di dekatnya. Ya, sepanjang perang berlangsung, Harry dan Draco memang selalu berusaha untuk selalu berada dalam jarak pandang masing-masing, tanpa kesepakatan dari kedua belah pihak. Mereka hanya ingin dapat melindungi satu sama lain meski dari jauh.
Draco menatap pahlawan bermata emerald terindah yang pernah dilihatnya. Saat Harry membalas tatapannya, Draco segera memberikan senyum terlembut dan terhangatnya hanya untuk pemuda yang dicintainya itu.
"I love you forever," ucap Draco hanya dalam gerakan bibir namun mampu dibaca Harry. Mampu membuat pemuda dengan rambut berantakan itu bersemu merah dan membalasnya dengan senyum malu-malu.
Kemudian Harry melihat Theo berlari menghampiri Draco, berteriak dengan wajah panik, yang kemudian menularkan wajah panik itu kepada Draco. Harry ingin tahu apa yang mereka bicarakan, namun..
"Harry! Awas!" teriak Ron dari belakang sambil mendorong tubuh Harry dan membuatnya terjatuh dengan Ron berada diatasnya.
Harry mendongak dan melihat dinding di depannya hancur.
"Sectumsempra!"
Kemudian Harry mendengar seseorang meneriakkan mantra kutukan ke arah orang yang berusaha membunuh Harry tadi. Saat Harry menoleh ke arah teriakan itu, seseorang berjubah hitam dan bertopeng sudah terbujur kaku dengan tubuh dipenuhi darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
FanfictionDibalik semua perseteruan yang mendarah daging, ada cerita tentang kita yang hanya kita yang tahu. Kita akan selalu bersama apapun peran kita di dunia ini kan?