pagi harinya, matahari mulai menampakkan dirinya walaupun belum tepat di atas kepala.
hari ini, adel dengan teman-temannya sedang berada di kantin menunggu mereka dipanggil untuk mengadakan rapat lewat sentral sekolah.
"nanti jadi?" tanya Evelyn setelah mereka menikmati makanan lezat bi sumi, ibu penjual siomay yang selalu ramai karena banyak sekali siswa-siswi yang membeli dagangannya.
"gua si ngikut aja, ortu gua lagi pergi keluar kota jadi bebas." ucap alexa.
"adel juga, ngi--" ucapan adel seketika terputus karena tasya yang memanggil.
"del, dipanggil Aslan suruh ke ruang osis." ucap tasya.
seketika itu juga, nata yang sedang asik-asiknya menyeruput jus jeruk kesukaannya tersedak dengan perkataan tasya. "hah? lo serius?!" kaget nata
"kok bisa?!" tanya nata yang masih kaget.
sementara adel hanya meringis pelan dikarenakan teriakan nata yang selalu membuat orang-orang disekitar mereka memperhatikan.
"bisa in aja sekali bisa mah, mungkin ada urusan buat masalah pensi, ya gak del?" tebak Evelyn.
"iya, yaudah adel pergi dulu ya!"
-
sesampainya adel di ruang osis, ia langsung menghampiri Aslan yang saat ini tengah sibuk dengan laptopnya. "Aslan kenapa panggil?" tanya adel.
Aslan pun terkejut namun dengan segera ia mengembalikan wajahnya menjadi datar, "oh dah nyampe. kamu bawa laptop?" tanya Aslan.
"bawa tapi di kelas, kenapa?" tanya adel.
"uhm, flashdisk dibawa gak?" tanya Aslan.
"bawa kok nih di kantong, emang kenapa sih?" tanya adel lagi.
"coba sini aku pinjem, kamu sekalian kerjain aja konsepnya."
"tapi kan, laptop aku di kelas."
"pake punya gua aja."
-
30 menit kemudian konsep yang sedang dikerjakan adel akhirnya selesai. Aslan yang melihat bahwa adel tengah memperenggang ototnya pun bertanya, "udah?"
"eh? iya udah."
"langsung kirim ke tasya aja biar nanti pas rapat bisa vote konsep siapa yang bakal dipake."
"oke!"
-
saat ini di ruang osis tengah diadakan rapat untuk membahas seputar kepentingan pensi sma.
1,5 jam rapat sudah berlangsung akhirnya Aslan menutup rapat ini dan langsung mereka semua menghampiri panitia kecil mereka untuk membahas apa saja yang akan dikerjakan.
"kita belinya kapan? sekarang apa nanti pulang sekolah?" tanya Evelyn.
"sekarang, karna kan kita disuruh kumpul sampe pulang cuman buat ngurusin ini." ucap nata.
"yaudah kita beli bahannya aja, udah pada siap sama kertasnya?" tanya alexa.
"udah."
baru mereka akan melangkahkan kakinya untuk pergi ke meja piket untuk ijin ke luar ke guru piket, tiba-tiba Aslan menahan, "mau pada kemana?"
"beli bahan lan buat pensi."
"kalian bareng gua ama temen-temen gua aja, tadi bu siti nitip barang banyak jadi mending sekalian aja."
"2 mobil?" tanya evelyn.
"iya, tapi campur, cowok-cewek."
"gua ngikut aja deh." ucap alexa.
"yaudah, temen-temen gua dah pada di parkiran, dan khusus lo, ikut gue." tunjuk Aslan ke adel.
-
setelah mereka semua pergi, tinggalah Aslan dan adel di parkiran. "terus? kita ngapain?"
"ke mall, beli barang. kenapa? gak mau?" tebak Aslan saat melihat adel ingin protes.
"gak gitu, cuman kenapa gak bareng mereka aja?" heran adel.
"kita beda mall sama mereka." ucap Aslan datar.
(yaelah lan bilang aja lu mau modus kan ama adel🤣 -author-)
(sa ae lu thor)
-
sesampainya mereka di mall, Aslan pun langsung menarik adel ke tempat khusus baju. "kok kita kesini?" tanya adel bingung
pletak..
"sekarang masih jam sekolah sayang, mau ditanyain satpam yang enggak-enggak?" tanya Aslan.
"ih yaudah kali gak usah di jitak juga, sakit." ucap adel sambil memajukan bibirnya beberapa senti ke depan.
"gak usah dimajuin kalo gak mau dicium, dah ayo jalan." ucap Aslan sambil menggandeng tangan adel.
adel pun berjalan pelan-pelan akibat pipi yang merah menahan malu.
-
hari sudah menjelang siang, aslan dan adel pun juga sudah selesai membeli barang yang akan dibutuhkan.
"abis ini mau kemana?" tanya adel.
"uhm, kesana ben--" ucapan Aslan pun terhenti karena mendengar suara laknat bagi adel yang tiba-tiba muncul
kruk...krukk (anggep aja suara perutnya adel yang kelaperan)
"hehe.. aslan, makan yuk." pinta adel dengan mata memelas yang membuat aslan semakin gemas.
"yaudah ayo.. haha. tuan putrinya pangeran mau makan dimana, hem?" ucap Aslan dengan tawanya.
adel yang mendengar hanya memalingkan mukanya agar pipinya tidak terlihat merah seperti tomat.
Aslan yang menyadari adel memalingkan muka langsung menangkap kedua pipi gembul milik adel, "kok gak ja-- pftt bhuahaha." sontak tawa Aslan menggelegar karena melihat pipi adel yang memerah.
"Aslan!! jangan ketawa, malu." kesal adel sambil memukul dada bidang milik Aslan.
"sini-sini gue peluk biar pipi gembul adel ga keliatan merah." ucap Aslan sambil menenangkan ketawanya itu.
"nyaman"
itu lah yang mereka rasakan saat ini.
1 menit
2 menit
4 menit
6 menit
10 menit"pelukan gua nyaman banget ya? sampe-sampe gak mau dilepas? katanya laper?" ucap Aslan menyadarkan adel yang saat ini tengah memeluk Aslan dengan erat.
jika saja sekarang adel tidak lapar dan mereka tidak berada di tempat umum, mungkin saja Aslan tidak akan berbicara seperti itu.
"ihs, udah ayo adel laper." ucap adel malu sambil memukul dada Aslan.
"yaudah, mau makan apa?"
"es krim! iya!! adel mau es krim!" ucap adel semangat namun langsung tergantikan dengan wajah ketakutan dikarenakan Aslan langsung menatap adel dengan tajam dan dingin.
"gak! lo belom makan nasi! lagian juga katanya laper." tegas Aslan.
"tapi adel pengen es krim" cemberut adel.
"ntar maag lo kambuh del, emang mau?" tanya Aslan dengan menangkup kedua pipinya.
"enggak."
"sekarang makan nasi, ntar malem kita jalan lo boleh beli apa aja, gimana?" tawar Aslan yabg Seketika binar dimata adel terlihat.
"bener?! janji?"
"iya adel, janji."
"yes!" ucap adel senang sampai-sampai ia tak sadar bahwa ia sedang memeluk Aslan.
"lo mau modus ya ama gua?" ucap Aslan kemudian setelah menikmati pelukan adel lagi.
"eh? en--enggak kok ap-apaan si?" ucap adel malu.
"udah ayo ntar malah makin siang lagi." ucap Aslan sambil menggenggam tangan adel.
jangan lupa tinggalkan jejak😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ASLAN
Teen FictionAslan Luciano Arcano atau bisa disapa Aslan. Cowok dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya; genius, ketua osis, dan mampu menaklukan banyak hati perempuan karena paras yang ia miliki. Sayangnya, ia terkenal dingin dan tidak peduli de...