Kami berangkat bertiga dengan satu kendaraan dari Jakarta pukul sebelas siang. Tak langsung ke tujuan, karena kami harus mampir dulu menjemput Sepupu yang bermukim di Sentul.
Setibanya di sana cuaca begitu cerah. Kami putuskan untuk makan siang dan bersantai sejenak sambil menikmati keasrian lingkungan Sentul yang hijau sebelum melanjutkan perjalanan ke Puncak.
"Ambbbooiiiii ... cakep nih cuacanya!" ujar Kakak Iparku.
"Ini mah hadiah dari surga untuk para pesepeda kelas dunia!" balas Adikku sambil melirik angkuh.
Aku malas menanggapi mereka, tapi aku mengakui cuaca di Sentul hari ini memang luar biasa bersahabat.
Seporsi makan siang dan segelas kopi panas, diselingi obrolan tentang sepeda akhirnya mengundang rasa kantuk luar biasa.
Kami sempat terlelap beberapa saat.
"Ahh ... ayo berangkat nanti kesiangan!" ujar Kakak Ipar mengingatkan kami.
Sontak yang lain tersadar bahwa waktu sudah 15 menit melewati pukul dua petang.
"Ya ... ayooo ... ayoo," ujarku memberi semangat ke diri sendiri.
Untungnya semua sepeda sudah loading di atas pick-up biru sebelum makan siang tadi.
Aku, Kakak Ipar, dan Sepupu kebagian open air di belakang, karena kami bertiga sengaja memberikan satu-satunya kursi penumpang kepada Adik yang insomnia kronis. Kasihan kalo dia terkena terpaan angin selama perjalanan menuju Puncak ... bisa batal rencana touring!
Jalanan lengang, Gadog sudah tertinggal beberapa menit di belakang kami. Pertigaan Taman Safari yang biasanya macet di hari libur juga dengan mudah kami lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK MERAH
ParanormalMaaf saja jika aku tak dapat menyebutkan nama kami satu per satu dalam kisah nyata yang terjadi pada tahun 2009 ini. Tentu saja demi keselamatan kami sendiri, saksi hidup dalam perjalanan mistis kali ini. Kuntilanak merah itu sungguh nyata, melayang...