1 Oktober 2015
Hujan deras mengguyur desa tempatku lahir pagi ini. Karena udara yang dingin, aku masih setia diatas tempat tidurku dengan selimut yang menutupi sebagian dari tubuhku.
"ibu! Aku berangkat duluan bareng temen yah? Assalamualaikum!" kak Rara buru – buru mengambil tasnya kemudian keluar dari rumah.
Kakak pertamaku itu biasanya bersikap santai bahkan beberapa menit menjelang bunyi bel masuk. Tapi karena tahun ini sudah memasuki semester kedua atau semester terakhirnya di SMA, alhasil dia terpaksa untuk melakukan hal – hal yang termasuk langkah yang pernah ia lakukan semasa hidupnya.
"Vina! Gak siap – siap? Udah jam 7 lewat kamu kok masih santai aja." Kata ibu yang masih fokus menyiapkan sarapan untukku dan Fia.
"iya." Jawabku singkat kemudian mengambil ponselku.
Hari ini sudah memasuki bulan kelahiranku. Aku akan berusia 17 tahun, tepatnya 3 hari lagi. Aku sangat berharap dia akan datang.
"Vina! Cepat siap – siap!"
***
Bel masuk sudah bunyi sekitar 20 menit yang lalu. Guru yang mengajar di kelasku hari ini tidak datang karena rapat. Sekumpulan geng cewek, pergi ke kantin tapi ada juga yang memanfaatkan waktu untuk melihat pacar mereka. Sedangkan beberapa cowok berlarian di koridor sambil bermain bola. Ada juga yang pergi ke perpustakaan untuk membaca buku dan mengembalikan buku, dan sisanya seperti aku hanya tinggal di bangku sembari menghabiskan waktu dengan memainkan handphone.
"Gimana? Udah seminggu sekolah, dapat cogan lo?"
"IYALAH! Lo tau kan? Cowok yang udah gue targetin dari awal masuk sekolah? SERIUS DIA GANTENG BANGET ASLINYA ANJERRRRRR."
Dila, temanku dari SD sampai sekarang. Sayangnya Dila tidak bersekolah di SMA yang sama denganku dan teman - teman lain. Dila lebih memilih bersekolah di kota, juga sambil melupakan beberapa cowok yang membuat gadis itu sakit hati katanya.
"Foto bareng kali dil. Doi aja banyak, tapi gak ada yang pernah jadi sama lo."
Gadis di seberang sana berdecih mendengar kalimat yang baru aku lontarkan.
"Ntar aja kita ngegas nya Vin. Kita mainnya yang cantik. Jangan kayak cabe - cabean yang baru pertama kali lihat cogan."
Aku mengangguk beberapa kali mendengar sahabatku itu mengoceh.
"Jadi lo sama dia gimana? Ceramahin gue tapi—"
"Ngapain harus bahas dia sih anjir. Udah ah, doain semoga dia hari sabtu ini dateng. Gila udah sebulan gue gak lihat dia."
"Iya iya gue doain. Eh gue matiin dulu yah? Guru gue udah dateng tuh. Bye!"
Aku melambaikan tangan beberapa kali kemudian wajah Dila akhirnya menghilang.
"Shinta, habis mapel ini apa?" Tanyaku kepada Shinta teman sebangku ku.
"Fisika. Tapi gurunya lagi gak ada juga."
Oke, kalau tahu semua guru tidak akan datang, lebih baik Vina berpura - pura sakit saja supaya ia tidak pergi kesekolah.
Ting!
Dila
Lo gak liat sg kak Fadhil? Dia udah dirumahnya bego!.
.
.
The Neighbor
KAMU SEDANG MEMBACA
The Neighbor
Teen Fictionini cerita tentang dia yang tidak bisa terhapus dari hatiku. ©Zprkadr_ 2020 [Slow Update]