3

17 6 12
                                    


Masih hari yang sama

Aku berlari keluar dari kelas secepat mungkin saat pembelajaran berakhir.

"Aduh jangan pulang dulu."

Gerbang sekolah bahkan masih tertutup. Aku melihat pak Doni terkejut melihatku berdiri didepan gerbang sambil menatapnya.

"Pak bukain dong!" Kataku. Aku benar - benar takut kak Fadhil akan pulang sebelum aku sampai dirumah.

"Belum waktunya dibuka gerbangnya neng." Jawab pak Doni sambil meminum kopi kesukaannya.

"Yah pak. Tadi saya di keluarinnya kecepetan sama pak Yus. Ayolah pak.. tante saya ada yang mau ngelahiran nih!" Maafkan aku pak Doni. Tapi ini demi masa depanku.

"Hah? Beneran neng? Yaudah tunggu saya ambilin kunci dulu."

Rasanya aku ingin teriak saja mendengar jawaban pak Doni. Ingatkan aku untuk membelikannya kopi kesukaannya.

Setelah pak Doni membuka gerbang sekolah, aku berterimakasih kepadanya kemudian berlari secepat mungkin. Aku bahkan menggunakan jalan yang sangat cepat sampai kerumahku.

"Kak Vina! Main yuk!" Ajak anak - anak kecil yang tinggal di samping rumahku.

"Nggak dulu yah!" Jawabku sambil terus berlari hingga akhirnya aku sampai didepan rumahku.

Dan dia ada di sana.

"Vina? Kayak habis lomba lari aja."

***

"Vina, Ibu kerumah tante Riska dulu yah? Jagain Fia." Aku mengangguk sambil terus melihat jendela yang menampilkan halaman rumahku, dan rumahnya.

"Kalau mau keluar jangan lupa kunci pintunya yah." Lagi - lagi aku hanya mengangguk mendengar perintah Ibu.

"Kamu denger gak sih?" Tanya ibu sekali lagi.

"Iya ibu aku denger kok." Jawabku tapi kali ini aku menatap mata ibuku itu.

"Yaudah, ibu pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Untung saja Fia baru saja tidur. Akhirnya aku bisa mendapatkan waktu untuk menatap kak Fadhil lebih lama tanpa gangguan sedikitpun.

Ting!

Dila
Gimana? Lo udah ketemu sama Kak Fadhil?

Udah lah. Nih gue lagi ngeliatin rumahnya
Read

Dila
Yaelah, datengin lah. Kapan mau maju lo kalau diem aja dirumah.

Aku memikirkan kalimat Dila itu. Benar juga. Sudah 10 tahun aku menyukainya, aku tidak pernah mendatangi rumahnya. Kita selalu bertemu didepan rumahku atau tidak dia yang datang kerumahku.

Tapi aku malu. Rasanya aneh ketika wanita yang mendatangi rumah seorang pria. Rasanya sangat aneh. Aku seperti tidak mempunyai harga diri saja.

Dila
Lakuin aja. Sebelum keadaan berubah. Kita gak tau apa yang akan terjadi dimasa depan kan?

Rasanya aku ingin mengutuk Dila. Kenapa kata - katanya selalu bisa diterima oleh otakku?

"Oke. Harus bisa!" Aku mengambil mengambil hoodieku kemudian menyemprotkan parfum dan memakai sedikit bedak di wajahku.

"Loh."

Baru saja aku membuka pintu, seorang wanita tiba - tiba keluar dari dalam mobil yang berhenti dihalaman rumah kak Fadhil.

"Wah!! Pacar kak Fadhil udah datang!!"














Dil, gue pengen curhat nih
Read

.
.
.
The Neighbor

The NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang