11 - Rendezvous

362 60 10
                                    

☀️🌧🌙

"Ibu yakin akan baik baik saja?"

"Iya, pergilah." Ibunya tersenyum.

Sudah 3 hari ayahnya tidak pulang. Azura bisa merasakan ada yang tidak beres dari interaksi kedua orang tuanya sejak Azura mendapati ibunya menangis terduduk di lantai dikelilingi pecahan piring. Azura tahu ada yang tidak beres, tapi ia tak cukup berani untuk menanyakan apapun.

Hari ini Azura akan pergi ke Miyagi bersama Kuroo. Menonton pertandingan voli, sekaligus mencoba untuk menemui Oikawa Tooru. Satu sisi ia merasa dadanya berdebar kencang karena membayangkan pertemuan itu. Tapi disisi lain ia juga merasa cemas karena harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah.

"Baiklah, Azura pamit ya bu."

Setelah berpamitan, Azura langsung menemui Kuroo yang sudah menunggunya sambil bersandar di pagar depan rumahnya.

"Siap tuan putri?"

"Siap."

☀️🌧🌙


Kesal.

Jujur saja, kenapa harus ada keterlambatan jadwal kereta saat Azura akhirnya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang ia kagumi sejak lama. Seolah olah semesta tidak mendukung pertemuan mereka.

Saat ini Azura dan Kuroo masih berdiri di dalam kereta. Azura berdiri menghadap dada bidang Kuroo, menjaga hidungnya tetap aman dari aroma aneh di sekelilingnya. Harusnya mereka sudah sampai satu jam yang lalu.

Apakah Oikawa masih ada di sana? Azura berdoa kepada semua dewa yang ia tahu agar hari itu ia cukup beruntung.

Sampai.

Kereta berhenti, Kuroo menarik tangan Azura keluar dari kereta secepat mungkin.

"Masih sempat tidak ya?"

"Entahlah, kita coba saja dulu." Kuroo tetap menggenggam tangan Azura sambil matanya terus melihat ke ponsel yang ada di genggamannya, melihat google maps.

Mereka melanjutkan perjalanan, tidak jauh. Sampai akhirnya mereka berdiri di depan Sendai City Gymnasium.

Mereka berdua berlari masuk menerobos orang orang yang berkerumun di sekitar pintu masuk Gymnasium. Sampai akhirnya melihat lapangan volly terpampang nyata di depan mata mereka diikuti suara gemuruh penonton yang menggema dan suara bola yang melambung ke udara.

Tapi tidak ada Oikawa di lapangan itu. Tidak juga terlihat seragam tosca Aoba Johsai di sana.

"Permisi, apakah Aoba Johsai sudah bertanding?" Kuroo menepuk pelan bahu seorang penonton pria berkacamata.

"Oh, sudah. Aoba Johsai menang melawan Karasuno. Pertandingannya seru sekali."

Hening, dua orang di hadapan pria berkacamata itu terdiam. Tapi otak mereka ribut dan sibuk memikirkan kemungkinan apakah Oikawa masih bisa ditemui di Gymnasium hari ini.

Azura dan Kuroo saling tatap dan mengangguk. Kemudian mereka memutuskan untuk keluar.

"Maaf, sepertinya kita telat."

"Sudahlah Tetsurou, bukan salahmu keretanya terlambat." Mereka berdua duduk di kursi panjang di samping mesin minuman.

"Kau mau coba lagi besok?"

"Entahlah, aku juga tidak yakin." Azura meremas ujung hoodie yang ia pakai.

"Aku mau ke toilet sebentar, bisa tunggu di depan?" Kuroo berdiri.

"Tentu." Azura berjalan menuju pintu keluar, menyeret kakinya dengan gontai. Ia menunggu di samping pintu keluar. Matanya masih sering melirik ke dalam, berharap ia bisa menemukan rambut coklat Oikawa dari balik pintu itu. Tapi sudah 15 menit, ia tidak melihat Oikawa dimanapun.

Hujan.

Tiba tiba saja cuaca yang semula hangat di guyur hujan. Aroma hujan menguar dari aspal panas dan tanah di sampingnya.

Menenangkan, setidaknya Azura tidak akan terganggu dengan aroma keringat gymnasium berkat aroma hujan ini. Kepalanya mulai rileks, dan hatinya sudah lebih ringan. Mungkin ini memang bukan waktu yang tepat. Sepertinya ia harus menunggu lebih lama agar dapat bertemu mataharinya.

"Azura?"

Suara asing namun juga terdengar familiar menyapa pendengaran Azura, ia menoleh ke sumber suara. Dan saat matanya bertemu dengan netra coklat bersinar yang berada tidak jauh di depannya, dadanya berdegup sangat kencang.

"Tooru?"

Oikawa berlari kearah Azura, payung yang dibawanya dilempar begitu saja.

Ia memeluk Azura erat. Aroma manis, hangat dan memabukkan menguar dari tubuh Oikawa, menusuk tajam indra penciuman Azura, dan membuat lututnya lemas. Ia meremas jaket Oikawa yang sedikit basah, membalas pelukan sang pria. Air matanya tiba tiba mengalir.

"Aku merindukanmu."

TBC~

Addicted || Kuroo Tetsurou X Reader X Oikawa Tooru [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang