Pagi hari setelah sahur dan solat subuh aku mulai bergegas ke terminal untuk menjemput Bagas. Aku sudah tak sabar untuk bertemu dengannya lagi.
"kak, aku mau ke terminal nih mau jemput Bagas", ucapku kepada kakaku.
"memangnya Bagas sudah sampai terminal belum? dia udah hubungin kamu?", tanya kakaku.
"ehh ituu, belum sih kak, tapi aku nunggu aja deh di sana, aku takut dia kenapa-kenapa ntar", jawabku.
"duhh adek kaka lagi bucin, yasudah kaka anter kedepan aja ya, kaka gakbisa temanin kamu ke terminal karena takut si adek bangun", ucap kaka ku sembari mengantarkan aku ke depan pagar rumah.
"yasudah deh kak, aku pergi dulu ya", ucapku sembari keluar dari rumah.
Sesampainya aku di terminal, aku mulai mencoba menghubungi Bagas.
tut...tutt... memanggil..
Berkali-kali aku mencoba menghubunginya tapi tetap tak ada respon darinya, aku mulai khawatir terhadapnya.
Jam menunjukkan pukul 05.46 pagi, aku masih setia menunggunya di terminal berharap Bagas segera sampai dan aku bisa melepaskan rindu padanya.
Aku mulai mondar mandir dengan perasaan gelisah sembari memegang hapeku dan mencoba menghubungi Bagas terus menerus.
tiba-tiba..
"dek, nunggu siapa? kok gelisah banget ?", tanya seseorang kepadaku.
"ehh anu pak, itu lagi nunggu seseorang belum nyampe juga, malah gakda kabar juga dari dia, saya jadi khawatir", ucapku.
"emang bus dari mana dek?", tanya seseorang itu kembali.
"bus dari Medan pak, jam 11 tadi malam berangkatnya bukannya jam segini sudah sampai ya?", tanyaku kembali.
"ohh dari Medan, mungkin tadi singgah sahur dan solat subuh dulu kali tuh, sabar aja paling juga bentar lagi sampai", kata bapak itu kepadaku sembari menghiburku.
"amin ya pak , mudah-mudahan saja", ucapku kembali.
Aku kembali menghubunginya, namun tak juga direspon oleh Bagas sampai akhirnya aku mulai tertidur di kursi tunggu terminal.
kring.kring.. (bunyi telepon hapeku)
Sontak kaget aku langsung menjawab telepon tanpa melihat siapa yang menelponku.
"hallo yang, kamu sudah sampai mana? aku dari tadi tungguin kamu tahu", ucapku dengan tergesa-gesa.
"yang yang palamu peyang, ini kaka, gimana? kok lama amat? Bagas belum nyampe juga?", tanya kakaku.
"belum nih kak, kayaknya sih bentar lagi", ucapku sembari mengucek mata.
"ohyaudah kaka tunggu di rumah ya", ucap kakaku sembari mematikan telepon.
Tak lama kemudian.
kring....kring... (bunyi teleponku kembali)
"hallo assalammualaikum sayang, maaf ya baru sempat ngabarin kamu, ini aku baru bangun, kamu sudah dimana sayang?", tanya Bagas kepadaku.
"aaaa, ayang aku tuh khawatir tau sama kamu, aku sudah dari tadi di terminal dari selesai subuh tahu nungguin kamu takut kamu kenapa-kenapa", ucapku.
"duhh sayang makasih yah, aku mungkin bentar lagi nyampe kok"
"serius? alhamdulillah kalo gitu, emang akmu sekarang udah nyampe mana?", tanyaku.
"aku gatau nih sayang"
"loh, coba deh kamu lihat di jalan pasti ada tulisan nama daerahnya", ucapku.
"bentar ya, aku lihat dulu,... ehhh ini udah sampe smp 11 syamtalira baru, dimana itu syaang?", tanya Bagas kembali.
'ohh alhamdulillah bentar lagi bakal sampe itu mah, 10 atau 15 menit lagi, akhirnya ya syaang", ucapku dengan kegirangan.
"alhamdulillah sayang, yasudah aku matikan ya, kamu tunggu disana ya", ucap Bagas sembari mematikan telepon.
Betapa senang hatiku, sebentar lagi aku akan bertemu dengan pangeranku yang telah lama ku nantikan kehadirannya.
10 menit kemudian, tibalah sebuah bus yang berhenti di dekatku. Aku sangat bahagia, karena di bus itu akan turun seorang pangeran tercintaku.
Karena ku pikir orang-orang sudah pada turun dan mungkin Bagas menjadi penumpang terakhir yang turun, akhirnya aku mencoba untuk menghampiri bus itu, ternyata setelah aku cek tak ada satu orangpun yang tersisa di dalam bus itu, rasa kecewa dan malu pun menghampiriku..
Tiba-tiba dari jauh terlihat lah sebuah bus lain yang menuju kemari...
****
Penasaran dengan kelanjutannya?yuk pantengin terus ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Imut Danruku
RomansaMenjalin hubungan dengan seorang prajurit negara itu tentu tak mudah, terlebih lagi harus siap untuk ditinggalkan tugas, tak diberi kabar dalam kurun waktu yang tak jelas sampai kapan, bahkan tak ayal ia sering tiba-tiba membatalkan janji yang telah...