5.Sikap Delova

14 5 4
                                    

Delova menopang dagunya, rasa bosan yang teramat menjadi acara belajar ini hanya diikuti oleh Raka. Lelaki itu masih semangat membara mengerjakan beberapa soal dalam buku paket yang Delova berikan.

"Del, ini pake rumus yang mana? " tanya Raka yang sudah tiga kali menghitung dengan tiga rumus. Namun, hasilnya tetap nihil. Tidak ada pilihannya dalam opsi.

Merasa tidak didengarkan Raka mendongak, matanya menatap wajah Delova dari samping. Manis. Bahkan dengan tanpa senyum atau dengan senyum, raut wajah Delova selalu mengundang sudut bibir Raka untuk tertarik keatas.

"Del, " tangan Raka menepuk pundak Delova.

"Eh, iya Ka. Kenapa? "

"Lo ngelamunin apa sih, Del? "

"Magenta. Eh, " ceplos Delova, kepalanya menengok dan menggeleng dengan cepat. Dia kira ia sedang bersama dengan Kaila didalam kelas. "Bukan bukan! Maksud gue, gue lagi kebayang sama omongan Magenta tadi siang. "

Bahkan jika Delova tengah bersama Kaila pun, tidak seharusnya Delova berkata hal sejujur itu. Delova tersenyum malu. Ia mengerutuki dirinya yang salah ucap, hingga raut wajah Raka yang awalnya semuringah jadi tampak kebingungan.

"Gue kira lo enggak kayak kebanyakkan cewek, Del. "

"Maksudnya? " ucap Delova yang kini berusaha menyibukkan dirinya dengan meraih buku dihadapannya.

"Iya, maksudnya itu. Gue kira lo enggak tertarik sama si Magenta, ternyata lo suka juga sama dia. Pantes sih, banyak juga yang suka sama dia, enggak heran. "

"Enggak. Siapa juga yang suka sama Magenta, gue enggak suka tuh! Lo salah paham Ka. "

Raka bertanya, "Masa sih gue salah paham? "

Padahal dalam hatinya, ia hanya ingin memastikan bahwa gadis yang dia sukai dihadapannya ini. Tidak tengah menyukai orang lain.

"Iya lo salah paham. Udah deh Ka, kita lanjutin latihan soal aja lagi. Keburu sore, gue harus pulang. " alih Delova.

"Apakah aku juga salah, kalau ngira kamu suka sama aku juga? "

Delova menatap Raka dengan tatapan bertanya-tanya, tidak seharusnya jalur percakapan ini sampai ke rute itu. Delova tidak berpikir jika Raka akan benar-benar memberikan lampu hijau seperti ini.

"Hehe, udah deh Del. Balik aja, udah bosen juga belajarnya. " kata Raka yang bersiap untuk berbenah.

Dipikiran Delova masih tertanam pertanyaan Raka tadi. Apakah lelaki memang gemar seperti ini? Membuat penasaran dan seakan menunggu agar sang lawan jenis semakin disudutkan, lalu meminta kejelasan padanya.

Tapi, meskipun Delova penasaran. Ia tidak ingin terjebak dua kali pada sebuah lubang yang menyakitkan. Ia sudah pernah jatuh, dan tidak ingin merasakannya lagi.

"Sorry, Rak. "

"Apa Del? "

"Enggak. "

<>

Minggu pertama...

"Del! Enggak main keluar? " tanya Bunda, perihal anaknya yang selalu betah berdiam diri dirumah. Keluar hanya sebatas kesekolah atau ketika disuruh Bundanya untuk membeli sesuatu.

"Enggak, Bun. "

Minggu kedua...

"Enggak olahraga, Del? "

"Enggak, Bun. " jawab Delova, karena menurutnya menirukan dance idol nya didalam kamar. Itupun merupakan olahraga.

Minggu ketiga...

"Jangan ngerem terus dikamar, Del. Keluar sana cari angin. "

"Enggak, Bun. " Bahkan Delova hanya tinggal berjalan membuka jendela untuk mencari angin.

Minggu keempat...

"Del, tolong beliin gula ke supermarket depan! " titah Wina.

Akhirnya Delova turun dengan sudah memakai pakaian lengkap yang tertutup, ia menghampiri Wina lalu terduduk dikursi meja makan.

"Beli gula aja, Bun? " tanya Delova dan Wina mengiyakan dengan mengangguk.

Wina mengeluarkan dua buah lembar uang, berwarna biru dan hijau.

"Nih, beli sana. Sisanya beliin cemilan buat di toples ruang tamu, udah habis soalnya. "

"Hm, "

Delova berjalan dijalanan komplek, matanya tidak bisa diam memutar kesegala arah. Memata-matai sekitaran. Rasa parno yang mendiami dirinya selalu membuatnya selalu waspada.

Langkah Delova terhenti, kepalanya melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapapun. Ia membungkuk membawa sesuatu lalu menaruhnya kembali ke tempat semula. Dengan sekelebat Delova berlari meninggalkan tempat tadi.

"Hari ini anginnya emang lagi kenceng, sih. Makanya jemuran bisa jatuh. " gumam Delova, lalu melihat ponselnya dengan notifikasi pesan dari yang bernama Guanlin.

Whatsapp

Guanlin
| Mina
| Min
| Mi
| M

Mina
Yo, ada ap? |

Guanlin
| kok ada apa sih
| kemana aja?
| kok baru online

Mina
Baru bangun |

Guanlin
| yaampun anak gadis baru bangun
| tapi gpp deh hari minggu ini
| lagi ngapain?

Mina
Lagi jalan |

Guanlin
| jalan kemana?
| sama siapa?
| kok enggak ngajak

Mina
Sendiri, ke market depan komplek |

Guanlin
| eh, Min
| kamu beneran sekolah di SMA Rajawali?

Mina
Iya, ih |
Kenapa tiba-tiba nnya itu? |

Bahu Delova terangkat, ia mematikan ponselnya karena merasa Guanlin tidak akan membalasnya. Karena dengan teganya, terpampang tulisan. Aktif 2 menit yang lalu.

Setelah selesai membeli semua barang yang disuruh oleh Bundanya, Delova kembali berjalan untuk sampai rumah. Tapi siapa sangka ada Kaila yang berjalan didepan Delova.

"Kaila! "

Mendengar teriakkan, Kaila melirik ke kanan dan ke kiri mencari seseorang. Lalu Delova berlari menghampiri Kaila, membuat gadis itu berbalik.

"Eh, Del. Baru aja gue mau ke rumah lo, "

"Kuy! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAGENTA #Roleplayer   Delova Be LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang