Part 15

125 44 16
                                    

Kamu memang bukan yang pertama
Tapi aku yakin kamu mampu bahkan melebihi yang dulu
Tak banyak harapku dari kamu
Cukup satu, temani aku hingga ujung waktu
Jangan pergi
Aku tak mau sendiri lagi

-
-
-
-
-

Gadis SMA itu selalu mengembangkan senyumnya akhir-akhir ini. Selalu merasa bahagia setiap waktunya. Semenjak jadian dengan Andi waktu lalu, ia mulai bangkit. Ia mulai mencoba percaya lagi dengan asmara. Karena Andi, ia tersenyum lagi. Ia merasa bahagia lagi. Merasa diprioritaskan oleh orang lain lagi. Namun satu yang belum pasti.
Akankah ia kembali terluka lagi?

•••

Akhir pekan ini Andi ingin mengajak Anin pergi. Iya sesederhana itu kisah mereka. Berangkat-pulang bersama, saling melempar candaan dan perhatian di sekolah. Rutin memberi kabar pun tak lupa. Saling percaya yang terpenting. Bukankah itu kunci hubungan tahan lama?

Setelah dirasa pantas, Andi segera keluar kamar, berpamitan kepada bunda. Ia menstater motornya menuju rumah Anin, kekasihnya. Gadis yang awalnya hanya bertemu oh bukan lebih tepatnya bertabrakan di kafe kala itu. Dan kebetulan ia bersekolah dengan sekolah yang sama di tempat Andi pindah.

Tak terasa deru motor Andi kini tengah memasuki kawasan rumah Anin. Terlihat gadis cantik segera membuka pintu depan, dengan senyum manis di wajahnya.

"Haii" sapa Anin.

"Hai juga Mega" jawab Andi melepas helmnya.

"Eh gausah dilepas ayok langsung aja"

"Mau pamit dulu dong sayang, masa langsung pergi aja".

"Kan tadi aku udah bilang kok".
Fyi, memang semenjak mereka memutuskan untuk berpacaran, mereka akan mengubah panggilan lo-gue menjadi aku-kamu.

"Sebentar doang kok, bawa anak gadis orang harus izin dong" kata Andi mencubit pipi Anin. Gemas.

"Assalamu'alaikum tante" sapa Andi kepada Mama Anin.

"Walaikumsalam eh Andi, Tante kira udah berangkat"

"Hehe belum Tante, mau izin dulu bawa Mega keluar"

"Ohh iyaa tadi Anin sudah bilang kok, hati-hati di jalan yaa. Jangan pulang terlalu malam"

"Siapp Tante"

"Siapp Mama" sahut Anin.

Anin kemudian menaiki motor Andi. Tak lupa tangan Anin yang digenggam Andi di dalam saku hoodienya. Rutinitas itu selalu dilakukan Andi selama pacaran. Selalu memberi perhatian dan memprioritaskan Anin. Melalui hal-hal kecil maupun besar. Tidak melulu harus bersama setiap jam, namun ada saat salah satu membutuhkan. Selalu jadi alasan kebahagiaan dan senyuman satu sama lain. Ia Andi. Andi-nya Anin.

Motor Andi membawa mereka menuju pasar malam kota. Merasa sudah sampai, Anin segera turun dan memberikan helmnya kepada Andi.

"Wahh pasar malam" seru Anin dengan mata berbinar.

"Suka nggak?" tanya Andi.

"Suka suka" jawab Anin berseri-seri.

Dengan bertautan tangan, mereka berjalan memasuki pasar malam. Tak lupa membeli tiket masuk di penghujung pintu.

"Kok tau ada pasar malam?" tanya Anin kepada Andi.

"Tauu dong Andi gituu"

"Iyadeh"

"Mau berburu kuliner dulu apa naik wahana?"

"Emm apa yaa aku ingin naik itu eh gak itu dulu eh tapi pengen beli itu jugaa" sewot Anin sambil menunjuk wahana satu per satu dan terakhir menunjuk stand permen kapas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANINDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang