α•••••••••

1.2K 158 22
                                    

"lo kenalan sendiri deh sana" ujarku pada Jeno yang sedang dalam mode sok-keren-dengan-tangan-berada-disaku-dan-dagu-terangkat

Aku melenggang begitu saja menuju bangkuku yang sudah diduduki Haechan disampingnya. Semoga aku tidak dihujani banyak pertanyaan dari sahabatku itu, karena Haechan orangnya suka penasaran dan banyak bertanya

Kulihat Haechan memasang raut excited menunggu Jeno memperkenalkan diri. Bukan hanya Haechan, tepatnya satu kelas saat ini juga memasang ekspresi yang sama

Bahkan ada yang mengepalkan tangannya didepan dada dan tersenyum sumringah

Apa Jeno se-hebat itu hm?

"gue Jeno. punyanya Renjun"

Seketika, aku membalik badan ingin menyuarakan protesan--kalau saja bunyi bel tanda masuk kelas tidak serta merta menginterupsi, bebarengan dengan riuh seisi kelas

🍭

"kenalin, gue Jeno. Lee Jeno. pindahan dari Busan. mohon bantuannya"

Jeno baru aja memperkenalkan diri lagi atas permintaan guru pelajaran jam pertama. kali ini dia ngenalin diri lumayan bener. engga kaya tadi

Harusnya, Jeno udah kembali ke tempat duduknya, sebangku dengan Sanha. Tapi yang kulihat Jeno malah mengobrol dengan guru, yang sayangnya tidak terdengar dari tempat dudukku yang berada di barisan kedua dari belakang

Cukup lama mengobrol, hingga aku lihat guru itu--Xiumin Songsaenim--mengangguk paham

"Haechan?" panggil Xiumin Songsaenim

Aku yang memang tengah memperhatikan mereka, beralih menoleh pada Haechan

"iya Songsaenim?"

"bisa minta tolong pindah jadi semeja dengan Sanha dibelakangmu?"

aku mengernyit tidak paham. kenapa Haechan diminta pindah?

"ke-kenapa, Songsaenim?" itu aku yang bertanya

"Jeno bilang dia hanya mengenal dan dekat denganmu disini. jadi biarkan Jeno duduk denganmu sementara hingga ia menyesuaikan diri"

Aku mendengus tidak suka. Jeno itu benar-benar!

"tapi--"

Aku hendak protes sebelum Jeno  mengajak guru sejarah itu kembali bicara

"Renjun.. udah gapapa. sementara kan?" ujar Haechan yang sudah siap-siap pindah

"Songsaenim?!" aku kelepasan, cukup membuat semua atensi mengarah padaku, "menurut saya, Jeno malah harusnya duduk dengan siswa selain saya supaya ia cepat mendapat teman baru dan beradaptasi. kalau Jeno duduk sama saya, takutnya dia bergantung dan tidak bisa lepas--"

"SE-MEN-TA-RA, PARK-REN-JUN" 

Ish, sepertinya percuma aku berteriak pada seorang guru. sanggahan sepanjang apapun milikku pasti bisa dipatahkan

Aku sendiri tidak mengerti, terkadang aku bisa sangat bersahabat dan merindukan Jeno. tapi bisa juga tiba-tiba menganggapnya menggangu dan tidak ingin ia berada didekatku

Sekali lagi, aku tidak tahu kenapa.

"baik pak" aku memasang senyum palsu selebar mungkin kemudian menunduk. membiarkan Haechan pindah ke bangku belakang bersama Sanha dan menunggu Jeno pindah kesisiku

"gue ngeselin gak?" tanya Jeno setelah menyamankan posisi di sebelahku

"banget!"

"bagus kalo gitu"

"hah?"

"kalo kata orang si, abis kesel terbitlah sayang"

"abis musuhan, terbitlah jadian"

aku gak percaya kalo yang terakhir itu suara Haechan dari belakang

Aku mendengus. Itu quotes darimana aku tidak tahu. Tapi feelingku, Jeno sama Haechan bakal jadi cepet akrab trus bisa bikin aku pusing seharian disekolah.

Baiklah, semoga Tuhan sering memihakku

🍭


plung!

Aku melempar kasar kerikil kecil disekitar kolam ikan dihalaman belakang sekolah. setelah bel istirahat kedua, aku langsung pergi ke tempat biasa Haechan dan Mark pacaran sedangkan aku jadi nyamuknya--tapi kali ini aku datang sendiri

"kalo kerikilnya ngena ikan disini gimana? dasar gak berperikeikanan" sebuah suara yang aku tahu milik siapa membuatku meraih satu kerikil lagi, kemudian menoleh dan melempar pada orang itu

"HEH! sakit ego!"

"bodo" aku memalingkan wajah

"itu kolam isi ikan apaan?"

"piranha. mau gue ceburin situ?"

"boleh" disusul kekehan renyah Jeno

"kok lo tau gue disini?"

"arahan dari Haechan. lagian, bukannya ajak gue keliling sekolah, malah menyendiri gini"

"nah itu lo tau gue lagi menyendiri. mending pergi dah. minta anter keliling Haechan atau Sanha"

Bukannya pergi, Jeno justru membanting bokongnya tepat disebelahku, "gue gak tau lo punya pacar"

Aku berdecak, "harus berapa kali gue bilang? dia bukan--"

"yang dikantin tadi?"

Aku berusaha menetralkan nafas, menahan emosi dan menghilangkan rekaman memori tentang kejadian di kantin tadi. Lagi-lagi Hyunjin menyambangi mejaku di kantin. Lama-lama tempat favorit tiap siswa sekolah itu malah jadi tempat yang paling malas aku kunjungi. "lo cemburu?"

Jeno terkekeh kemudian menggeleng, "gue gak peduli dia pacar lo atau bukan--um, bahkan gue gak peduli lo punya pacar atau enggak"

Cih! Tidak peduli katanya? memangnya dia tidak menghitung berapa kali mulutnya menyinggung Hyunjin yang katanya pacarku? sudah jelas jawabannya bukan. tapi Jeno seperti masih merasa tidak puas

Setelah menjawab, Jeno ikut-ikutan melempar kerikil pada kolam. Mungkin Jeno lupa dia bilang apa tentang tidak berperikeikanan tadi

"gue cuma mau mastiin dia bukan ancaman buat lo"

"kenapa gitu?" tanyaku selidik, ingin memastikan maksud perkataan Jeno barusan

"karena gue gak akan ngebiarin hal semacam itu ada" Jeno menangkup pipiku dengan kedua telapak tangannya. menjawab dengan tatapan tegas dan mengintimidasi, "gue gak bakal biarin siapapun ganggu atau nyakitin lo" lanjutnya

Wait? Jeno ini siapa si? Dia cuma orang asing yang berbahaya bagi kesehatan jantungku saat ini

Masih dengan tangannya yang besar dipipiku, "ih Jeno tangan lo kotor kan abis megang kerikil!"

Tbc

See u🍭

Semoga masih ada yg mao baca cerita tida jelas ini:"


Btw ini word terpanjang de kayanya wkw, selama ini aku nulis pendek pendek soalnya

Okedeh, voment juseyoong 💚

Him | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang