α••

1K 141 4
                                    

"Jeno?!"

Aku mempercepat langkah untuk menyusul Jeno. lelaki itu berjalan cepat menuju kamarnya

"Jen!"

Aku berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk mendorong pintu yang hendak Jeno tutup. sangat berat mengingat kekuatan Jeno tentu lebih besar dariku

"AKHH--" aku terpental kebelakang saat Jeno menutup paksa pintunya. pantatku begitu sakit karena menubruk lantai dengan keras, begitu pula tanganku yang dengan refleks kugunakan sebagai penumpu. aku kesakitan didepan pintu kamar Jeno

Syukurnya, Jeno masih memiliki rasa iba hingga membuka pintu itu perlahan. ia keluar dan menghampiriku yang terduduk dilantai. "sakit?"

Aku ingin meneriakinya, namun urung. lebih baik kugunakan cara lain. "iya hiks.. sakit"

Kulihat raut wajahnya makin menjadi sendu, kuharap ia merasa bersalah dan memperhatikanku

"minta Jaemin ngobatin lo nanti. jangan ganggu gue" 

Aku membelalak kesal mendengar ucapannya, "AWWW aduh aduh Jeno sakit!" aku menahan ujung kaosnya, mencegah ia masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam lagi

Jeno berdecak, sesaat kemudian tubuhku sudah ia angkat dan bawa kedalam kamar Winwin hyung. "tunggu sebentar. aku akan ambi---"

"tidak..perlu" sergahku agak terbata dengan meremas lengan kaosnya. ia tiba-tiba menyebut dirinya 'aku'

Jeno masih berdiri disisi ranjang. nampaknya ia mulai curiga bahwa rasa sakitku hanya settingan

"Jeno?" ujarku lirih

"hm?"

"kamu kenapa?"

Hah.. biarlah sebentar kami aku-kamu-an

"gapapa" jawab Jeno singkat. ia memalingkan wajahnya kearah lain

"aku udah tahu semua ceritanya dari Jaemin"

Jeno berjalan menjauh, membuat tarikanku pada ujung lengan nya tadi terlepas

"kalo lo udah tau trus kenapa?" ck, Jeno balik lagi lo-gue. "lo cuma mau ikut nyalahin gue kan. lo mau ngatain gue pembunuh? atau lo pengen nyeramahin gue? gue gabutuh itu dari lo"

Hatiku berdenyut. bukan marah--hanya baru menyadari betapa terlukanya Jeno sebenarnya

"enggak Jen. gue--"

"percuma gue ngomong apapun. Jaemin kan udah cerita semuanya. mending lo--"

"GUE GAK PERCAYA JEN!" ujarku dengan nada tinggi. membuat tubuh Jeno berbalik menatapku. "gue gak percaya sama cerita itu. gue mau denger yang sebenernya dari lo. karena gue--"

"--gue yakin lo bukan pembunuh"

🍭

Makan malam kali ini terasa canggung. appa sama eomma belum pulang, mereka ada undangan makan malam dengan salah satu kolega appa. Jaemin sedang menyuapi Jisung di ruang keluarga. jadilah aku makan malam berdua dengan Jeno dimeja makan

Barusan aku memasak sedikit daging yang tersedia di kulkas, karena kupikir sup yang eomma buat tidak cukup--Jisung akhir-akhir ini memiliki nafsu makan yang luar biasa untuk perkembangannya

Usai makan, aku mengambil ice cream--tepatnya 2 ice cream--kemudian menunggui Jeno yang tengah mencuci piring

"ice cream?" tawarku pada Jeno

"nanti gue masih perlu ganti, gak?"

Aku terkekeh ringan, mengingat dulu pernah memintanya mengganti ice creamku yang terjatuh karena ulahnya

"kenapa?" tanya Jeno membuyarkan lamunanku. aku baru tersadar jika sudah memberinya tatapan intens yang mengganggu

"enggak" gelengku

"Jun?" panggilnya lembut, hampir membuatku menyublim hanya dengan panggilan itu

"hm?" aku berusaha menguatkan hati untuk tidak salah tingkah

"nanti malem.. boleh gue tidur sama lo?"

Jantungku berasa berhenti. itu memang hal yang... masih bisa diterima. tapi kata-kata Jeno membuat pikiranku ini kemana-mana hiks..

"BOLEH DONG!"

Aku menoleh pada sumber suara yang menjawab pertanyaan Jeno. ternyata sudah ada Jisung dalam gendongan Jaemin

Ya.. barusan Jisung sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan

🍭

"gue gak percaya sama cerita itu. gue mau denger yang sebenernya dari lo. karena gue--"


"--gue yakin lo bukan pembunuh"


Jeno termangu ditempatnya. aku pun mendadak ketakutan, kilat amarah dimata Jeno membuatku ciut. ia terlihat sangat emosi

Tungkainya melangkah mendekatiku, ia meraih lenganku yang tadi terluka. menariknya kasar

Aku pikir ia akan menyakiti lebih jauh, ternyata tidak. Jeno merengkuhku

Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leherku. aku bisa merasakan ia mengendusnya sesekali

"Terimakasih" ujarnya lirih namun masih bisa telingaku tangkap

Setelah itu, suasana cukup canggung kalau saja Jeno tidak tertawa terbahak dan mengusak rambutku gemas

Tak lupa, ia membantuku mengurangi rasa sakit akibat jatuh tadi dengan mengusap lengan ku serta memijitnya pelan

Aku tidak ingin terburu memintanya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya ingin Jeno kembali seperti biasa terhadapku terlebih dulu



Tbc

See u🍭



haii guys, kindly check book terbaru aku yang Renjuniverse

pair di cerita pertama nya !Noren!

thankuuu

Him | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang