α•••••••

1.2K 180 5
                                    

buggh

Mark tetap kena tonjok juga

Tapi Felix pelakunya

Kepalaku mendadak pusing. Haechan teriak dan Felix masih mukulin Mark

Aku takut, tapi ngeliat Hyunjin dan yang lain gak berniat melerai, aku turun tangan

"gila ya lo, bangsat"

buggh

Perutku sakit banget

Ingatan tentang pukulan kecil Felix yang dulu sering baku hantam sama aku, lewat sepintas dimemoriku

Sekarang, temanku itu memukulku keras tepat diperut, entah sengaja atau tidak, tetap saja rasanya sakit

🍭

Aku memasuki area rumah dengan tertatih

Soobin yang mengantarku dan sepedaku sampai depan pagar tadi, langsung pamit pulang

Meski sudah diperiksa perawat sekolah dan tidak apa-apa, rasanya tetap sakit. terutama hatiku

Hyunjin dan seisi kantin tadi diam. tidak ada yang menolong langsung. beberapa dari mereka hanya melihat lebih dekat, hingga Soobin datang bersama guru yang bertanggung jawab akan kedisiplinan sekolah

🍭

Aku melepas sepatu dan membuka pintu rumah

Jeno

Aku ingin segera bertemu Jeno

mereka berdua-Jeno dan Jaemin-tengah duduk menonton tv diruang tengah

"Renjun? udah pulang?"

Aku mengangguk samar

"baju kamu kenapa Jun?" tanya Jaemin sambil menunjuk kebagian dadaku

Ternyata bekas darah kak Mark. tadi sudut bibirnya berdarah. meski kesakitan, aku tetap membantu membopong kak Mark ke ruang kesehatan, dibantu Soobin

Sedang Haechan menangis sambil mengadu pada Kyungsoo Songsaenim

Jeno bangkit dan menghampiriku

Tiba-tiba, ia membawaku dalam dekapannya. ah benar. tadi disekolah aku merindukannya

merindukan orang yang baru sehari kukenal

hiks..

aku tidak bisa menahan bulir air mata ini. dekapan Jeno semakin mengerat. sekilas aku bisa melihat Jaemin mengernyit-mungkin sedang mengira-ngira keadaan

🍭

Aku sudah berganti pakaian dan menunggu appa pulang. begitu pula Jeno dan Jaemin yang kini berada dikamar Winwin hyung

Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang, memejamkan mata, lalu tanganku terulur meraba-raba, hendak meraih moomin untuk kudekap

Sampai kulitku menyentuh kulit lain. Aku menepuk-nepuk lengan itu pelan, kemudian membuka mata setelah mendengar kekehan pelan pemiliknya

"Jaemin?"

"maaf mengejutkanmu Renjun"

Aku tidak jadi marah karena itu bukan Jeno. "enggak kok, kenapa Jaem?"

"itu aku bikinin coklat hangat. Ohiya Jun, kalo ada apa-apa kamu bisa cerita ke aku. kamu udah aku anggep kaya sodaraku sendiri" binar dimata Jaemin benar-benar menakjubkan, aku tersenyum sambil menggenggam jemarinya, "makasih ya Jaemin"

Eomma bilang, Jeno Jaemin lahir sebulan sebelumku, aku sebenarnya ingin merasakan bagaimana memiliki seorang kakak-atau bahkan dua sekaligus juga tidak buruk-karena selama ini aku anak sulung yang terkadang merasa seperti anak tunggal

Jisung yang baru masuk taman kanak-kanak begitu dekat dengan appa, kamipun jarang bermain bersama. Aku hanya menemaninya bermain saat orangtua kami tidak ada

"kamu bisa mengganggap kami kakak kamu sendiri" imbuhnya

"gue gak mau" seloroh Jeno yang tiba-tiba masuk kekamarku juga

Memang ya, kehadiran dua kembar ini suka mendadak tanpa tanda-tanda sebelumnya

Aku memutar bola mata malas, sedetik kemudian aku merasa wajahku memanas mengingat Jeno yang memelukku, dan aku yang menangis dipelukannya

"Jaemin, gue juga mau coklat panas" pintanya pada Jaemin

"oiya, aku masak air lagi tadi dibawah. bentar" Jaemin keluar kamar meninggalkan aku dan Jeno berdua, sepertinya Jaemin lupa jika kompor masih menyala

"minum aja dulu punya gue" aku menawarinya

"bekas lo ya?" selorohnya

"enak aja! gue icip aja belom"

"padahal gue maunya bekas lo"

Aku melotot padanya. ia terbahak hingga memperlihatkan eye smile nya

"nih" Jeno mengulurkan tangannya

"apaan?"

"gue juga mau digenggam kaya Jaemin tadi"

Aku bergeser jadi menghadap dirinya, "lawak ya lo"

"kalo gamau ya udah. biar gue duluan" tanganku diambil paksa oleh Jeno, aku yang masih lelah ini, membiarkan jemariku ia mainkan

"perut lo masih sakit?"

ck, gimana dia bisa tau

"gue baik-baik aja"

"tadi lo meringis pas gue gasengaja nyentuh perut lo. serius gapapa?"

"gapa-AW! sakit bego!"

Lee Jeno itu menyentuh perutku dengan gerakan cepat yang tiba-tiba, aku tidak bisa menghindarinya

"katanya gapapa"

"ihh. gue tonjok lo!" ancam ku dengan mengepalkan tangan

"siapa yang nonjok perut lo tadi?"aku mengerjapkan mata, Jeno ini cenayang atau ia memang sangat peka?

"a-apaansi" aku mengibaskan tangan

"kalo gitu, gue cari tahu sendiri ntar disekolah"

Tbc

See u🍭

Him | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang