2

2.3K 217 8
                                    

Naruto terlambat 1 detik.

Hinata kini sudah terbaring di pinggir jalan dengan darah yang mengalir di kepala dan juga antara 2 pahanya.

Naruto ingin menyeberang jalan, tapi jalanan sangat rame dan tak sedikit orang melajukan kendaraannya dengan kencang.
.
.
.
Sasuke melihat kejadian itu dengan cepat dia memarkirkan mobil di pinggir jalan, lalu dia menghampiri Hinata dengan rasa takut.

"Apa dia mencoba bunuh diri?" Ucap salah satu orang yang mengelilingi Hinata.

"Aku lihat dia berhenti di tengah jalan" ucap yang lainnya.

"Oh, benarkah?" Ucap yang lain.
.
.
.
Dengan cepat Sasuke menggendong Hinata ke mobilnya.

"Sasuke-kun, tolong selamatkan anakku" ucap Hinata dengan pelan, sebelum terjatuh kedalam pelukan Sasuke.

Anakku?

Deg!

Pikiran Sasuke tiba-tiba terputar kembali di saat malam itu ketika itu dia  mabuk berat lalu dia meninggalkan Hinata dalam keadaan kacau.
.
.
.
Sasuke kini terlihat sangat kacau dan dia terus mondar mandir di depan pintu ruangan operasi.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi.

Sasuke dengan cepat menghampiri dokter tersebut.

"Permisi tuan, apakah dia istri anda" ucap sang dokter.

Sasuke terpaksa mengangguk.

"Bagaimana dokter?" Ucap Sasuke dengan nada khawatir.

"Anak anda harus di arborsi, jika tidak istri anda bisa meninggal" ucap dokter.

Sasuke mengepalkan kedua tangannya.

"Tolong di tanda tangani surat aborsi" ucap dokter tersebut.

Dengan terpaksa Sasuke langsung menandatangani surat tersebut.
.
.

Naruto menghampiri Sasuke.

"Apa dia baik-baik saja?" Ucapnya.

"Kau siapa?" Ucap Sasuke.

"Calon suaminya Hinata" ucap Naruto.

Naruto tadi sebenarnya sempat melihat Sasuke dan Hinata di catatan sipil karena dia kebetulan ada urusan di sana.

"Jadi, kamu selingkuhannya Hinata" ucap Sasuke.

Naruto tersenyum miris, "ya, bisa di bilang begitu" ucap Naruto asal.

Sasuke merasa jantungnya berhenti satu detik.

'Dasar munafik' batin Naruto ketika melihat Sasuke.
dia begitu muak dengan sikap Sasuke terhadap Hinata selama ini.

"Baguslah" ucap Sasuke lalu pergi meninggalkan Naruto.
.
.
.
1 hari berlalu, operasi jantung Sakura telah berhasil dan juga keadaan Sakura semakin membaik.

Ruang inap Sakura.

Sasuke membantu Sakura bersiap-siap untuk meninggalkan rumah sakit.

Hp Sasuke berdering, Sakura mengambilkan Hp Sasuke yang berada di atas nakas lalu dia memberikan kepada Sasuke, dia sempat sekilas melihat siapa yang menelpon.

Hinata calling.

Sasuke mematikan panggilan telpon.

"Tunggu sebentar ya?" Ucap Sasuke lalu meninggalkan Sakura.

"Sasuke-kun, kamu tidak mungkin mencintainya kan?" Ucap Sakura.
.
.
.
.
Brakk!

Suara pintu di buka paksa.

"Sasu-" ucap Hinata.

"Kau sengajakan ingin membunuhnya?" Ucap Sasuke.

"......" Hinata hanya tertunduk jujur dia sangat takut.

Sasuke mencengkram erat pipi Hinata.

"Jika kau ingin mati jangan membawanya" ucap Sasuke.

Hinata melepaskan tangan Sasuke dengan kasar.

"Iya, aku sengaja melakukannya dan aku tidak menyesalinya, lagipula dia bukan anakmu" ucap Hinata, dia sepenuhnya berbohong.

Hinata menatap Sasuke dengan tatapan kebencian.

"Ah... benarkah? Aku lega telah bercerai denganmu" Ucap Sasuke, dia sedikit merasa kecewa dan sakit, Sasuke berjalan ke arah pintu keluar.

"Sasuke-kun, apakah aku dimatamu hanyalah seperti itu?" Ucap Hinata dengan pelan, namun masih dapat terdengar jelas oleh Sasuke.

Sasuke berbalik sambil tersenyum sarkas, "iya, bahkan kau lebih jahat dari iblis dan tidak punya hati sedikitpun" ucap Sasuke lalu dia berbalik dan pergi.
.
.
Setelah kepergian Sasuke Hinata tidak berhenti menangis.

'Aku tidak pernah ingin dia mati' batin Hinata.

•°3°• тнє мιѕѕιση •🄴🄽🄳•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang