3

2.2K 213 14
                                    

Butir-butir airmata Hinata semakin lama semakin mengalir deras.

"Maafkan aku anakku, mama tidak bermaksud begitu, seharusnya aku lebih menjagamu dan lebih berhati-hati lagi." Ucap Hinata sambil menangis terisak-isak

"Hinata" ucap Naruto dengan pelan.

Hinata menghapus airmatanya dengan kasar.

"Naruto-kun, kapan kamu datang?" Ucap Hinata kaget.

"Daritadi aku sudah mengetuk pintu, tapi nggak ada sahutan aku kira kamu tidur" ucap Naruto.

"Oh.... begitu maaf" ucap Hinata sambil tersenyum kikuk

"Tidak masalah" ucap Naruto sambil nyengir.
.
.
.
.
Sasuke merasa bersalah atas kepada Hinata. jadi dia membelikan makanan untuk Hinata.

Sasuke mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Hinata, karena dia melihat Hinata bersama Naruto. Mereka sedang tertawa bersama sambil menikmati Ramen.

Sebelum pergi, Sasuke melemparkan kotak makan kedalam tempat sampah.

Hinata dapat melihat punggung Sasuke yang mulai menjauh dari balik kaca pintu rumah sakit. Hinata menatap punggung Sasuke dengan tatapan sendu.

Naruto tau siapa yang di lihat oleh Hinata.
.
.

Setelah beberapa hari kemudian Hinata keluar dari rumah sakit.

Dan tak lama kemudian 1 hari sebelum pernikahan Sakura dan Sasuke datang.
.
.
.
Jam 11 am.

Sakura meminta Hinata untuk menemaninya untuk perawatan.

"Hinata, kamu ya yang membawa mobilnya?" Ucap Sakura.

"Baiklah" ucap Hinata.
.
.
.

Mereka kini hampir sampai di tempat.

Tinggal 15 menit lagi mereka sampai.

"Hinata, bisakah kamu membawa mobilnya lebih cepat lagi, soalnya aku mau makan bareng Sasuke-kun" ucap Sakura.

"Aku akan berusaha secepatnya" ucap Hinata.

Mobil yang berada di depannya berhenti mendadak.

Rem mobil blong dan akhirnya kecelakaan tak dapat dihindari lagi.
.
.
.
.
Setelah 4 hari berlalu akhirnya Hinata siuman.

Dengan tergesa-gesa Hinata turun dari kasurnya.

Tangan Hinata ditahan oleh seseorang

"Mau kemana?" Tanya Naruto.

"Ketempat Sakura" ucap Hinata.

"Biar ku temani" tawar Naruto.

"Aku bisa sendiri, jangan khawatir ok?" ucap Hinata.

"Tetap di sini atau aku temani" ucap Naruto sambil menghalangi jalan Hinata.

"Apakah ini tidak merepotkanmu?" Tanya Hinata.

Naruto menggeleng sambil tersenyum.
.
.
.
.
Hinata masuk ke ruang inap Sakura. Sedangkan Naruto memilih menunggu di luar.

Di sana ada Sasuke yang menggenggam erat tangan Sakura.

"Apa kau puas sekarang?" Ucap Sasuke.

"Aku-" ucap Hinata.

"Tak cukupkah kau membunuh anakku saja?" Ucap Sasuke sarkas.

"Biarkan aku menyembuhkannya" ucap Hinata.

Sasuke tertawa, "apa kau bercanda?" Ucapnya.

"Kalau aku gagal maka bunuh aku" ucap Hinata dengan serius.

"Setuju" ucap Sasuke. Sebenarnya dia tisak terlalu yakin dengan ucapannya itu. Karena egonya lebih tinggi.

"Bisakah kau keluar dahulu, Uchiha-san?" pinta Hinata.

Sasuke sempat tertegun sebelum dia keluar ruangan.

Setelah Sasuke keluar ruangan Hinata dengan cepat mengunci pintu.
.
.
.
.
.
"Sasuke, bisakah kita berbicara sebentar?" Tanya Naruto.

Sasuke menjawabnya dengan anggukan.

Sasuke mengikuti Naruto hingga taman yang berada di atas atap rumah sakit.

"Sasuke apa kamu tidak merasa sekarang kau sedang di permainkan oleh Sakura?" Ucap Naruto.

"Jika kau ingin memfitnah maka aku pergi" ucap Sasuke.

"Aku punya buktinya" ucap Naruto sambil mengambil alat perekam suara berbentuk flashdisk dari saku celananya.

Sasuke mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Dengarkan baik-baik" ucap Naruto.
.
.
.
Rekaman pertama.

"Ini uangnya karena kamu berhasil membuat Sasuke mabuk"
.
.
.
.
Rekaman kedua.

"Sekarang Hinata berada di gedung catatan sipil, tabrak dia"
.
.
.
Rekaman ketiga.

"Uang karena kamu berhasil membunuh anaknya Hinata sudah aku kirim"
.
.
.
Sasuke mengambil alat perekam suara yang berada di tangan Naruto lalu melemparnya hingga hancur berkeping-keping.

"Kau kira aku akan percaya dengan trik murahan seperti ini" ucap Sasuke lalu pergi.

•°3°• тнє мιѕѕιση •🄴🄽🄳•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang