4

3.3K 199 24
                                    

Sasuke menggedor-gedor pintu ruang inap milik Sakura.

karena Sasuke melihat cahaya yang cukup menyilaukan mata dari dalam ruangan inap milik Sakura.

Brak!

Pintu rumah sakit itu di dobrak paksa oleh Sasuke.

Wajah Hinata terlihat sangatlah pucat pasi. Ketika Hinata hendak terjatuh Sasuke langsung menangkap Hinata.

"Sasuke-kun, biarkan aku memelukmu sejenak" ucap Hinata.

Sasuke hanya bisa diam, dia ingin membalas pelukan Hinata, tapi dia urungkan niat tersebut. Karena ego dan gengsinya sangatlah tinggi.

"Sasuke-kun, aku sangat mencintaimu aku hanya ingin kamu tau hal itu, tidak perlu kamu membalasnya, aku tahu kamu sangat mencintai Sakura, Sakura sangat baik kalian berdua terlihat cocok ketika bersama" ucap Hinata sambil menahan airmatanya agar tidak terjatuh.

"Sekarang, aku sudah bisa pergi dengan tenang" ucap Hinata.

Tubuh Hinata semakin lama semakin redup.

"Hinata, kamu kenapa?" Ucap Sasuke.

"Hinata kamu tidak memberikan seluruh cahaya milikmu kepada Sakura, kan?" Ucap Sasuke sambil memeluk Lisa dengan erat.
.
.
.
.

Cahaya sama pentingnya dengan darah. Jika seorang dewa/dewi kehilangan seluruh cahayanya maka dia akan menghilang seperti debu yang di tiup oleh angin.
.
.
.
.

"Berbahagialah, Sasuke-kun" ucap Hinata sebelum menghilang.

Sakura yang melihat adegan tersebut diam-diam tertawa, dia juga merasa sedikit kasihan dan juga sedih.
.
.
.
.
.
Semenjak Hinata pergi dari hidupnya, Sasuke berusaha untuk menutupi rasa kehilangannya.

Sakura menghampiri Sasuke yang kini berada di balkon ruang inap Sakura.

"Sasuke-kun, kamu cinta sama Hinata kan? Kamu selama ini hanya merasa kasihan denganku kan?" Ucap Sakura.

Sakura memeluk Sasuke, tapi, Sasuke tidak memiliki sama sekali niat untuk membalas pelukan Sakura

'Ternyata benar, bukankah seharusnya aku senang karena itu pertanda baik' batin Sakura.

Sakura melepaskan pelukkannya.

"Sakura, bagaimana kalau kita menikah lusa?" Tanya Sasuke asal-asalan. Dia berusaha seolah-olah tidak memiliki rasa sedikitpun kepada Hinata. Dan bertindak seolah-olah perasaannya kepada Sakura masih sama.

"Baiklah" ucap Sakura mengangguk pasrah.
.
.
.
.
.
Lusa kemudian.

Pesta pernikahan megah di adakan di taman Tokyo.

"Apakah mempelai wanita bersedia menjadi istri yang selalu mendampingi suami, sedih maupun senang, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya" ucap sang pendeta.

Sakura dengan ragu berkata, "saya bersedia."

"Lalu bagaimana dengan mempelai pria apakah bersedia?" Ucap pendeta.

'Jangan bilang iya, aku tidak ingin terjebak di dunia ilusi selamanya' batin Sakura.
.
.
.
.
Sebenarnya Hinata dan Sasuke adalah sebagai objek ujian dari dewa jodoh kepada Sakura. Jika mereka gagal dalam ujian. Maka, mereka akan terjebak di dimensi negri bayangan itu selamanya.

Dimensi negri bayangan itu seiring berjalannya waktu akan sedikit demi sedikit akan hancur. Sama hal dengan orang-orang yang tinggal di sana. Mereka juga akan ikut menghilang jika mereka gagal.

Ujian Sakura itu adalah di suruh menjodohkan Hinata dan Sasuke. Karena mereka telah tertulis di buku besar dewa jodoh. Sedangkan Naruto hanya numpang ikut-ikutan Saja.
.
.
.
.

•°3°• тнє мιѕѕιση •🄴🄽🄳•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang