1. Merantau

21 1 0
                                    

Merantau. Semua orang pasti berat memutuskan pergi keluar dari zona nyaman entah itu keluar dari circle yang biasa kita jalani atau pergi ke tempat lain hanya demi menggapai cita-cita. Merantau adalah salah satunya.

Aku tidak tahu bagaimana rasanya pergi jauh dari kehidupanku. Kehidupan bersama ayah, ibu dan adik harus aku tinggalkan demi menggapai cita-cita. Tak main-main, aku memilih Jepang sebagai tempat perantauanku. Jauh? Bukan lagi, aku pun tak pernah membayangkan sebelumnya. Tapi inilah takdir, tak ada yang tahu bahkan aku sendiri pun tidak pernah menyangka.

Seminggu kemarin rasanya berat sekali melihat Ayah, Ibu dan Ara adikku menangis melepasku di bandara. Sebesit senyuman memang sempat terlintas dalam wajah mereka, namun air mata terus mengalir. Bagaimana denganku? Jangan tanya. Aku yang paling keras menangis, bahkan aku sempat tidak ingin pergi, tapi ayah menguatkanku ini semua telah Tuhan rencanakan, katanya.

Hari demi hari, aku merasakan tinggal di negeri orang. Awalnya sulit memang, karena aku harus tinggal di asrama sendiri tanpa Ibu yang biasanya selalu memasak dan membersihkan rumah. Kini, aku yang harus melakukannya sendiri.

Kamarku di asrama tidak terlalu luas, hanya cukup satu tempat tidur, lemari, meja belajar, dapur yang hanya disekat oleh lemari, serta kamar mandi dibelakang pintu masuk. Namun, fasilitas ini sudah cukup untuk seorang introvert sepertiku. Dulu, sewaktu kuliah di Bandung, aku memang sudah tinggal mandiri di kamar kost, tapi tidak ada dapur, jadi kurasa kamarku yang di Jepang ini sudah cukup karena sudah ada dapur beserta peralatannya.

Aku lupa memberi tahu bagaimana aku bisa melanjutkan kuliah di Jepang, sedangkan aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ya, apalagi selain beasiswa. Aku bersyukur mendapat beasiswa full sampai lulus S2 di Jepang. Pendidikan Fisika adalah jurusan yang aku ambil. Aku memilih jurusan yang sama dengan S1 karena aku ingin memperdalam ilmu dan keahlianku disana. Walaupun aku harus bersusah payah perang melawan ketidakmampuanku dalam bidang matematika, tapi aku tidak boleh menyerah.

Aku tinggal di salah satu kota kecil yang ada di Jepang. Okayama, kota tersembunyi yang penuh dengan keindahan. Okayama merupakan ibu kota Prefektur Okayama dan kota terbesar di wilayah Chugoku setelah Hiroshima. Meski sempat digempur semasa perang, Okayama berkembang dengan sangat pesat.

Okayama Univesity adalah kampusku. Mengapa aku memilih Okayama University? Dulu, dosenku pernah menjelaskan tentang kota yang Sustainable contohnya adalah Okayama. Sosial, ekonomi, dan lingkungan semuanya sudah seimbang dan berkelanjutan, sehingga aku tertarik berkuliah disini.

Bagaimana dengan bahasanya? Ya, aku sangat kesulitan ketika pertama kali menginjakkan kaki di negeri Sakura ini, masalahnya adalah tidak semua orang disini yang bisa berbahasa Inggris. Sedangkan aku? Yang aku bisa hanya bahasa Inggris dan Indonesia, ya aku bisa bahasa Jepang namun hanya kata-kata dasar saja. Tapi, untungnya aku ikut organisasi pelajar Indonesia, mereka sangat baik mengajarkanku bahasa Jepang secara sukarela, sehingga aku bisa berkomunikasi dengan lancar.

Satu yang sebenarnya aku pikirkan, apakah jodohku ada disini? Di Jepang? Entahlah. Mari kita lihat apakah aku menemukannya? Atau aku hanya memperbaiki nasib agar bisa bersanding dengan jodohku? Semuanya masih menjadi tanda tanya. Kita lihat saja.

Aku, Hana Aquila perempuan yang sedang menjemput lelakinya.

__________­­­­__________Catatan Author__________________

Bismillah, maaf atas kelabilan author yang mengganti cerita Hanabi menjadi versi yang baru karena versi lama agak gimana gitu ya wkwk. Semoga saja aku lebih serius mendalami cerita ini, meskipun aku nulis ini pas waktu mendekati masuk kuliah huhu.

Kemana aja woy selama liburan?

Maaf hehe aku memperdalam keahlianku di bidang lain yaitu rebahan wkwkwk

Gimana? Aku yakin kalian belum suka sama part ini.

Iyalah orang ga jelas

Hahaha sabar ya nanti aku berusaha untuk lebih jelas lagi kalau nulis.

Oh iya kalau ada percakapan dalam cerita ini anggap aja mereka ngomong pakai bahasa Jepang ya.

Yakali, aku harus nulis pakai huruf Hiragana, Katakana, dan huruf Kanji, kan gak ngerti wkwk.


Mungkin segitu dulu ya, kalau ada pertambahan tokoh akan diberi tahu nanti, semoga cerita ini dapat menghibur teman-teman semua.

I Love You All 😍😍😍

HanabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang