2. Altair Holmes

13 1 0
                                    

Saat mentari terbenam, saat itulah siluet cahaya keemasan tampak bersinar di ufuk barat sana. Ku kayuh sepeda ini dengan tenang dan damai sambil menikmati suasana sore hari di Okayama. Langit senja yang sangat cantik, membuatku berniat untuk mengabadikan keindahannya. Kuhentikan sepedaku, lalu aku berjalan di sebuah padang rumput yang membentang disamping sebuah danau kecil. Dari tempat ini aku bisa memandang senja lebih dekat, menyaksikan matahari terbenam, serta mengabadikannya dengan kamera ponselku.

Setelah memotret keindahan sang surya yang perlahan pergi, aku pun memutuskan untuk pergi juga meninggalkan tempat ini dan pulang ke asrama. Tetapi,

"Meongg"

Suara kucing mengeong, yang seharusnya menjadi suara yang biasa saja bagi telingaku. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian. Aku melangkah perlahan mendekati semak belukar, bersembunyi dibalik ilalang, mengintip dari balik celah dedaunan itu. Apa yang kuintip?

Seorang lelaki yang sedang bersenda gurau bersama seekor kucing, lelaki itu tampak bahagia tertawa hanya dengan mengelus dan terkadang menggelitiki kucing itu. Sang kucing pun semakin bermanja-manja dengan 'teman'nya yang tak lain lelaki itu.

"Pulang, Meng"

Kudengar samar-samar suara lelaki dengan lembut menyuruh kucing tersebut untuk pulang. Walaupun aku tak yakin kucing itu akan mengerti, tapi sepertinya si kucing nyaman bermain dengan lelaki itu.

"Pulang hey, pulang yaa nanti kita main lagi".

Kali ini, aku benar-benar yakin si kucing tidak akan mengerti karena bukannya pergi, kucing itu malah berlari ke pangkuan lelaki tersebut.

"Kau tidak boleh ikut ya, aku janji aku akan kesini lagi".

Aku menyerah, sepertinya memang benar apa yang dikatakan teman-teman pecinta kucing, berbicara dengan kucing membuat siapapun akan merasa bahagia.

Tiba-tiba, ada satu lebah yang dari tadi mengitari kepalaku, aku reflex berkata "Pahit! Pahit! Pahit!"

Ya, aku berhasil mengusir lebah itu, tetapi sekarang lelaki itu yang menatapku. Aku tertangkap basah sedang mengintipnya dari balik ilalang. Raut wajah lelaki itu bisa aku tebak, mungkin sekarang ia sedang berkata 'Sedang apa disini?'.

Sebelum ia menganggap aku melakukan hal aneh, segera aku lemparkan senyumanku padanya.

"Eh.. maaf tadi saya sedang memotret matahari terbenam, ta.. tapi saya tidak melihat apa yang anda lakukan kok, saya permisi".

Segera aku berlari menuntun sepedaku tanpa menaikinya. Bodoh saking paniknya, aku sampai lupa menaiki sepedaku.

****

Siang tadi, aku diajak oleh kakak tingkat untuk membicarakan suatu event di laboratorium fisika dasar. Kebetulan lab disana terbuka untuk mahasiswa fisika yang sedang ada keperluan. Ketika aku memasuki lab tersebut, ada dua orang wanita yang tersenyum ke arahku, yang satu adalah kakak tingkat yang mengajakku dan satu lagi mungkin temannya.

"Sebentar ya Na, yang lain belum datang".

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ya, aku memang pemalu jika belum akrab dengan seseorang.

Satu persatu, orang-orang mulai berdatangan memasuki lab. Tapi, tidak ada satupun yang duduk menghampiri kami bertiga. Semua orang yang masuk adalah mahasiswa yang akan melakukan praktikum. Sepertinya sedang ada kelas praktikum di lab, dan aku rasa ini kelas tingkat dua, karena aku melihat beberapa kakak tingkat yang aku kenal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.15, seharusnya kelas praktikum sudah mulai dari lima belas menit yang lalu. Meja pun sudah terisi penuh oleh mahasiswa. Laboratorium memang tidak boleh diisi oleh banyak orang, paling banyak 20 mahasiswa yang bisa melakukan pembelajaran di lab.

HanabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang