17 || Into the Darkness

5.1K 1.2K 305
                                    

Bisikan yang menyengsarakan terkadang berasal dari sendiri. Rasa bersalah pun kerap dijadikan bukti. Betapa hidup ini dipenuhi oleh kesaksian-kesaksian yang membuat manusia akan lupa diri.

.
.
.

Sampai di detik dimana kakinya berpijak saat ini—Changbin mulai berpikir bahwa ia sedang di permainkan oleh semesta. Bagaimana epiknya rencana tuhan untuk menghancurkannya dan menjadikannya bahan tontonan yang lucu bagi bumi serta langit diatas sana.

Seo Changbin akhirnya bertemu dua orangtuanya lagi. Namun, dengan mata hitam dan aura yang sangat gelap. Mengenggam masing-masing satu bongkahan batu yang cukup besar. Jangan lupakan tatapan yang mengancam sampai membuat Changbin nyaris tak mengenali mereka lagi.

"Seo Changbin," Minho berulang kali menghentakkan Changbin dengan nada suara tinggi. Tapi pemuda itu tak beranjak dari tempatnya berdiri.

Alih-alih, Changbin malah berjalan mendekat dengan dua orang yang tengah menatapnya nyalang.

"Sudah kucari kemana-mana, ternyata kalian berdua disini," ujar Changbin sayup seperti orang hilang akal.

"Ayo pulang. Akan ku mainkan salah satu lagu ciptaanku."

"Changbin berhenti!"

Suara Minho sama sekali tak ia indahkan. Memangkas jarak adalah fokus utamanya saat ini. Minho baru menyadari—mungkin seperti inilah sulitnya Changbin menyadarkannya setiap kali Minho melihat ibunya. Mungkin seperti ini frustasinya Changbin untuk menahan Minho terus melangkah ke arah yang berbahaya berlandaskan rasa bersalah yang terus mendera. Minho baru mengerti ketika situasinya berbalik.

Changbin selalu menyelamatkan Minho dengan sabar sampai berulang kali.

Ini saat nya membalas.

Minho menarik kerah baju bagian belakang Changbin. Namun lelaki itu berontak. Ia ingin bersama keluarganya lagi. Saat ini, Changbin bukan lagi Changbin yang Minho kenal. Luka di perasaan memang membawa pengaruh besar bagi si empunya tubuh.

"Ada apa ini?" Tanya Felix dan Seungmin yang tau-tau sudah berada di daun pintu—pembatas antara ruangan yang tadi.

Minho memberikan kode dengan mamainkan ekor matanya pada ayah dan ibu Changbin di bawah tangga. Melihat Changbin yang seperti orang gila meronta minta dilepaskan dari dekapan Minho—Seungmin seketika langsung mengerti.

Ia kemudian berbisik pada Felix. "Sepertinya itu orang tua Changbin."

Orang-orang lainnya dari ruangan sebelah pun berdatangan. Mereka langsung ambil posisi siaga saat melihat dua manusia bermata hitam dimana merupakan orangtua Changbin. Mata Han berubah warna menjadi Jingga, pertanda ia sedang bersiap untuk mengeluarkan kemampuannya sebagai antisipasi.

"Tidak!" Changbin akhirnya berhasil melepaskan diri dari Minho. Ia memandang tajam orang-orang itu dengan mata berair. "Jangan berani-berani melukai orangtuaku!"

Seungmin tak bisa tak merasa kasihan. Ia tau bahwa roh jahat sudah mrngambil hampir seluruh energi orang tuanya. Dia juga sudah beritahukan kepada yang lain selain Changbin tentang hal tersebut. Tanda-tanda bahwa energinya sudah terkuras adalah kulitnya yang semakin pucat.

Dan kulit dari kedua orangtua Changbin hampir menyamai putih tulang.

Felix mendecih. "Mereka bukan orangtuamu lagi."

Meskipun fakta itu memang benar, Chan memandang Felix cepat karena merasa tak enak. Felix tak seharusnya mengatakan itu disituasi seperti ini.

Dua orang itu berjalan mendekat kearah anaknya. Halusinasi Changbin membawanya pada perandaian bahwa itu masih wujud asli orangtuanya yang lama.

stray society ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang