Author’s point of view
11.49p.m.
Niall mematikan laptopnya. Ia baru saja menyelesaikan tugas rangkuman tentang perkembangan negara Inggris yang diberikan oleh Mr. Rush. Niall diberikan tugas ini karena saat pelajaran ia tertidur. Sebenarnya, pr ini dikumpulkan 2 hari lagi. Tapi Niall pikir, kalau ditunda-tunda malah jadi ribet.
Aku lapar. Chipsku sudah habis, batin Niall. Niall bergegas keluar kamar lalu mengambil beberapa chips dan coklat. Saat ia melewati kamar Barbara dan kamar Zayn...
Driving too fast,
Moon is breaking through her hair
Siapa yang bermain gitar tengah malam gini? pikir Niall. Ia berjalan menuju kamar Zayn. Namun, ia menghentikan langkahnya karena Zayn tidak bisa bermain gitar. Berarti... di kamar Barbara. Ok, Barbara.
Tok..tok..tok.. Niall membuka pintu kamar Barbara perlahan. Barbara langsung menoleh ke arah Niall. Niall berjalan mendekati Barbara, “Kok belum tidur, Barbz?” Niall mengamati Barbara. “Kau menangis ya?” Barbara tersenyum getir. “Kenapa?”
“Uhm, nothing,” jawab Barbara fake smile.
“Hey, Barbz. Look at me!" ujar Niall lembut tapi tegas. Barbara mendongkak.
"Soal keluarga lagi, right?" Tanya Niall. Barbara mengangguk lemah. Niall yang dari kecil sudah hidup dan tinggal bersama Barbara cukup mengetahui sisi lemah dan permasalahan seorang Barbara.
Ayah dan ibu Barbara adalah orang yang sibuk. Hingga keduanya memutuskan untuk berpisah saat Barbara berumur 5 tahun. Ayahnya tinggal bersama kakaknya di negeri Rusia dan ibunya menetap di US. Barbara diasuh oleh neneknya dan tidak lama setelah itu, nenek Barbara meninggal. Mommy Shak, sebagai teman baik nenek Barbara mengasuh Barbara di rumahnya yang sudah ada Niall dan Taylor.
"I miss them so badly, Nee," perlahan, air mata Barbara turun. Niall menghapus air mata Barbara perlahan.
"Sshh, no need to cry, ok? Aku mau malam kau selalu ceria seperti hari-hari biasanya saat kau bermain ps, bola, dan hebohnya kau saat menonton bola. Kita semua di sini berdoa agar kau bisa bertemu dengan orang tuamu lagi secepatnya. Oke, Barbz?" Ujar Niall lembut. Sisi dewasa Niall mulai keluar!
"Tapi, Nee. Nasibku tidak sebagus kalian semua. Kalian semua ada di sini karena ingin hidup mandiri dan ingin meneruskan sekolah di sini sejak kecil. Sedangkan aku?" Isak Barbara.
"Hey, Barbara. Bagaimanapun masa lalumu, aku tidak akan pernah menjauhimu. Aku percaya mommy dan daddy juga tidak akan membeda-bedakan kita semua. Cheer up, Barbara!" Kata Niall menyemangati. "Kita buat masa lalu menjadi pelajaran. Sekarang kita susun dan buat masa depan kita semua lebih bagus. Oke, Barbz? No more tears, gurl," Ujar Niall kembali.
"Thank you, Niall. Kau yang paling mengerti tentangku," kata Barbara tersenyum lebar.
"Wanna some? Chocolate makes you feel better," tawar Niall. Barbara mengambil coklat itu. Dan akhirnya mereka mengobrol panjang lebar. Niall dan Barbara adalah sahabat yang sangat pengertian.
**
"Sudah jam 1 malam. Kau tidak tidur, Nee?" Tanya Barbara.
"Kau sudah ingin tidur?" Barbara mengangguk. "Baiklah, aku balik ke kamarku ya, B. Night, night, Palvin," ujar Niall hendak membuka pintu kamar Barbara.
"Bye, Horan. Sampai jumpa besok pagi!" Barbara menenggelamkan wajahnya di dalam selimut bergambar Real Madrid itu.
Niall tersenyum melihat Barbara. Sudah berkali-kali ia berbicara kepada Barbara seperti itu. Menurut Niall, Barbara adalah orang yang kuat tapi sebenarnya rapuh. Barbara juga penyayang dan moody-an. Terlalu lama melihati Barbara yang sangat cepat terlelap, Niall merasakan hawa kamar Barbara yang semakin dingin. Dan benar saja, Barbara menyalakan AC dengan suhu 16°c padahal di luar salju turun. Niall mengecilkan AC kamar Barbara lalu kembali ke kamarnya.
**
"GUYS!!!!! MAIN SALJU DI LUAR YUK!!!!" seru Louis dari atas tangga yang sudah siap dengan baju musim dinginnya.
"Sarapan dulu, Lou," tegur Daddy Gerard.
"Sorry, Dad. Aku terlalu bersemangat menghabiskan minggu-minggu terakhir musim salju," kata Louis riang.
"Lou, kau kekanak-kanakkan sekali," komentar Taylor.
"Taylor, Liam. Tolong bangunkan Barbara dan Niall ya. Lama sekali Barbara bangun. Kalau Niall sih, bisa dimaklumi," pinta Mommy Shak. Liam dan Taylor mengangguk. Mereka berduapun langsung berjalan ke arah kamar Barbara dan Niall yang berada di lantai atas.
"Tay, kau bangunkan Barbara ya. Aku ke kamar Niall," kata Liam.
"Kau bijak tapi terkadang aneh, Li. Iyalah, aku ke kamar Barbara!" Sahut Taylor. Lalu, Taylor berlari menuju kamar Barbara.
"Barbara!!! Its 9p.m!" Seru Taylor sambil mengguncang-guncangkan. "I and the other will play snow!"
"Hhhhmmmm. Wait for me, Tay," Barbara segera bangun dan pergi ke kamar mandi.
"Kau rajin sekali, Barbz. Udara dingin tapi mandi," komentar Taylor.
Sedangkan di kamar Niall, Liam bersusah payah untuk membangunkan Niall.
"NIALLERRRR!"
"NIALL!!!"
"Kau bisa sabar sedikit tidak sih? Aku mengantuk," jawab Niall polos.
"Kita akan bermain salju. Kalau kau tidak bangun aku tinggal," ancam Liam. Niall tetap tidur.
"Semuanya akan pergi! Aku hitung sampai 3!"
"1!"
"2!"
"2 seperempat!"
"2 setengah!"
"2 tiga perempat!"
"TINGGALKAN AKU SAJA DEH, LI!" Niall menutup matanya dengan selimut.
"Nee, aku ambil makananmu untuk kita makan ya! Thanks Nee! Bye!" Liam menggunakan cara paling ampuh.
"Okay. Fine. Aku bangun!" Liam terkekeh. "Kau mandi tidak, Li? Aku malas sekali,"
"Aku sih tidak hehehehe," cengir Liam.
"Ya sudah. Aku ikut daddy Liam aja!" Peluk Niall ke Liam.
"Cuci muka dan gosok gigi dulu, Nee!"
"Okay, daddy!"
-----------
a/n: Part 2!:333 walaupun dipart 1 gak ada yang comment tapi yasudahlah.---.
MERRY CHRISTMAS BUAT YANG MERAYAKAN YAAA!xxxx
6votes for next?:) Thank u♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Limit
FanfictionKau lain dari yang lain. Kau berbeda. Kau unik. Kau perempuan yang tangguh, menghadapi segala masalah di dalam hidupmu yang tak kunjung usai. Segala perbedaanmu yang membuat aku jatuh terlalu dalam kepadaku. Dan perlu kau ketahui, kemampuanmu di lua...