a/n: hiiiii baca dulu bentar yaa :)) chapter ini kayaknya cuma nge-clear-in masalah chapter 12 aja, sama sisanya cuma masih filler ajaa.. tapi kayaknya chapternya lumayan panjang soalnya 2000+ words, jadi maaf kalo agak ngebosenin dan kalo ada typo!:))
Tapi aku mohon tetap vomments juga ya! Yang komennya hacep, nanti aku dedikasiin :)) ohiya makasih juga buat 5.5k readers:") dan 1K vomments.
Hari ini aku ultah loh!/lah #plak/ deketan kan sama harry?:p ok gapenting. Udah gini aja, makasih udah mau baca:*
Enjoy baes!xxx
Author's point of view.
London, 09.30p.m
Niall dan Taylor memandangi Barbara yang terbaring lemas tak sadarkan diri. Ya, Niall dan Harry mengambil keputusan untuk membawa Barbara ke rumah saja bukan ke rumah sakit. Mengapa? Entahlah.
Untungnya, di rumah semuanya sedang berkumpul, kecuali Ariana dan Luke yang tidak terlihat batang hidungnya dari tadi. Saat Niall dan Harry tiba di rumah dengan keadaan rambut dan baju yang penuh dengan salju sambil menggendong Barbara yang wajahnya sangat sangat pucat dengan darah yang sudah mengering di sekitar wajahnya, seisi rumah, terutama Eleanor dan Taylor yang langsung menghampiri sahabatnya yang tak sadarkan diri di tengah pelukkan seorang Niall James Horan.
"Luke is a jerk," komentar Niall.
"Hey! Bahasamu, Niall!" protes Taylor.
"Memang benar! Dia tidak punya hati! Meninggalkan Barbara di tengah Hyde Park yang sangat luas ketika hujan salju turun dan cuaca bersuhu 16 derajat celcius! Seharusnya, cuaca seperti itu tidak diperbolehkan keluar rumah!" komentar Niall kembali.
"Tapi ini salah Ariana juga! Kalau si bitchy itu tidak menyusul Luke pasti tidak akan seperti ini. Eh, Nee, jujur saja, ya. Luke menyukai Barbara itu sudah seperti rahasia umum lagi. Dan, aku bisa membaca dari matamu kalau kau juga suka dengan Barbara, kan?" tanya Taylor.
"Eh-what? Ah, perasaanmu saja kali aku suka dengannya." Elak Niall.
"Cie, Niall berbohong, cie. Oke, terserahmu. Intinya, aku memiliki perasaan tidak enak terhadap Ariana dan Luke,"
"Kau tau dari mana, eh?"
"Itu, kan, hanya perasaanku saja, Niall! Pokoknya, kau hati-hati saja kalau Barbara jadian dengan Luke," Taylor berjalan pergi dari kamar Barbara.
"Wh-what? Maksudmu, Tay...?" Niall mengacak rambutnya.
**
Taylor's point of view.
Pasti kalian tidak tahu, kan, aku bisa membaca pikiran orang? Ya, begitulah aku. Bukan membaca pikiran juga, sih. Pokoknya semacam indigo seperti itu. Aku juga tahu tentang Barbara totally so much! Iya, aku dan Niall yang paling mengerti Barbara di sini selain Mom.
Aku tahu hiruk piruk hidup Barbara. Ya, dia orang yang kuat. Setahuku, ibu dan ayahnya memiliki hubungan yang tidak baik sehingga mereka tidak hidup bersama. Barbara sendiri tidak tahu dari dulu sampai sekarang di mana keberadaan orang tuanya.
Barbara berkata, ia sangat beruntung memiliki teman-teman yang sangat baik, yang bisa menerima ia apa adanya. Barbara sendiripun, menganggap Niall, Louis, Luke, Liam, Harry, Zayn, Eleanor, Ariana, dan aku sebagai saudara-saudaranya. Ya, memang. Kami semua memang saudara, kok! Walaupun bukan satu darah, tapi kami semua saling menyayangi layaknya adik dan kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Limit
Fiksi PenggemarKau lain dari yang lain. Kau berbeda. Kau unik. Kau perempuan yang tangguh, menghadapi segala masalah di dalam hidupmu yang tak kunjung usai. Segala perbedaanmu yang membuat aku jatuh terlalu dalam kepadaku. Dan perlu kau ketahui, kemampuanmu di lua...