tiga

297 165 49
                                    

Allice menghampiri cowok yang terkena botol yang dia lempar tadi, "duh! Liam maafin gue ya, gak sengaja. Tadi tuh gue mau ngelempar si Leo tapi, malah kena lo maaf ya." cowok yang bernama Liam itu mengangguk lalu tersenyum manis ke arah pacarnya.

"Santai aja kali Lice, kayak sama siapa aja." Liam mengelus kepala pacarnya yang sedari tadi minta maaf ke dia.

Allice dan Liam sudah lama berpacaran, sekitar dua tahunan lebih gitu. Liam cukup populer di sekolah banyak cewek yang ingin menjadi pacarnya, tapi dia lebih memilih cewek blak blakan seperti Allice.

Untung cantik.

"Ngapain lo kesini?" Allice duduk. Mereka beda kelas tapi setiap jam istirahat Liam selalu mampir kekelas Allice.

"Ngajak lo ke kantin kayak biasa, belum sarapan kan lo?" Allice cuma nyengir, membuat Liam ingin sekali memukul kepalanya.

"Tau aja lo," Allice menatap Clara dan Bianca bergantian, "lo berdua gak kekantin?" Bianca sendiri yang menggeleng.

"Gue ikut lo sama Liam ke kantin deh, sekalian ngeliat si doi. Byee Bian, byee Leo." Clara mengikuti Liam dan Allice yang keluar, mereka bertiga pergi meninggalkan Bianca dan Leo berdua di kelas.

Bianca melirik Leo yang sedang menatap kelas dengan tatapan kosong.

"Kadang gue iri," Leo membuka suara, Bianca menyimak apa yang mau Leo ceritakan.

"Kapan gue punya pacar, gue pengen tau rasanya dicintai sama seseorang." Leo menghela nafas lalu menatap Bianca yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.

Bianca yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah, berusaha tidak tampak gugup didepan Leo.

Berdehem lalu mengibasi wajahnya, "ya cari pacar lah, lo kan lumayan cakep, gak mungkin gak ada yang naksir." Leo manggut manggut.

"Waktu itu, ada yang nembak gue," Bianca yang lagi minum mendengar penuturan dari Leo menjadi tersedak.

Leo terkejut lalu menghampiri Bianca dan menepuk punggungnya, "lo kenapa bisa tersedak gini sih?" Bianca geleng geleng memasukkan botol minum itu kembali ke dalam tas nya.

Menatap Leo meminta penjelasan cerita yang terpotong tadi, Bianca tertarik ingin mendengarkannya.

"Gak penting. Ceritain dulu gimana tiba tiba ada yang nembak lo." Leo duduk disamping Bianca.

"Kayaknya semalam deh dia nembak gue, adekel imut namanya kalo gue gak salah Lauryn deh," Leo menatap Bianca yang masih setia mendengar ceritanya, "apa gue terima aja?"

Bianca diam, tidak mampu menjawab. Dia ingin menjawab 'tidak' tapi nanti Leo banyak bertanya kenapa dia jawab tidak. Tapi, kalo dia jawab 'iya' itu terlalu sakit untuknya.

"Ya kenapa lo nanyak ke gue, itu kan keputusan lo." Bianca menepuk nepuk bahu Leo, "kalo lo merasa dia baik buat lo, yaudah terima aja. Walaupun..."

"Saat nanti lo pacaran sama dia, gue yang nanggung semua sakit hati yang gue rasain saat ini dan seterusnya karena udah cinta sama lo."

Bianca membatin sekaligus tersenyum manis dan menatap Leo yang menunggu kalimat dia yang tergantung tadi.

"Walaupun apa?"

"Walaupun nanti lo bakal sibuk sama dia, tapi jangan lupain gue."

Leo tertawa lalu mengangguk, "masa iya sih, gue bakal lupain sahabat gue yang manis ini." Bianca tersenyum miris saat Leo menyebutnya sahabat.

Inget! Mereka hanya sahabatan.

"Yaudah, lo kapan mau nerima dia?" Bianca bertanya ke Leo yang ditanya menaikkan bahunya.

"Gak tau."

Oke, Bianca harus sabar, dia tau sangat bahwa Leo dulu tidak tertarik untuk pacaran. Tapi, Bianca kasian sama si Lauryn, perasaannya digantungin oleh Leo.

"Lo sebenernya niat gak sih mau nerima si Lauryn?" Binca bertanya lagi, greget dengan mimik wajah Leo yang sok bingung.

"Gue sih gak niat, tapi kasian gue sama dia." Leo menghela nafas, "oke. Gue bakal buka hati buat Lauryn dan jadikan dia pacar gue." Finalnya yang dibalas anggukan oleh Bianca.

"Bagus! Sekarang lo kekelas dia dan terima dia." Bianca mendorong tubuh Leo agar keluar dari kelas.

"Apa harus sekarang?" Leo bertanya malas, dia sebenarnya masih capek habis ngerjakan hukuman dari buk Resa tadi.

Bianca berdecak, "lo niat gak sih anjir! Gerem banget gue. Sana kekelas Lauryn temuin dia." Leo langsung beranjak pergi dari pada diamuk sama maung.

Bianca menatap kepergian Leo dengan sendu, "seenggaknya lo selalu disamping gue Le, gue gak masalah kalo lo pacaran sama orang lain. Asal dia baik buat lo dan bisa bikin lo bahagia, itu udah cukup buat gue."

***
Pendek ya? Maaf ya semua. Aku lagi ngumpulin ide ide supaya kalian semua nyaman dan suka baca cerita yang aku buat.

Happy reading♡

Continue...

-LEAN-

LEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang