❝Cinta tidak dilihat dengan mata, namun dengan pikiran, itu sebabnya cupid bersayap digambarkan buta.❞
—𝑾𝒊𝒍𝒍𝒊𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒌𝒆𝒔𝒑𝒆𝒂𝒓𝒆—
-ˋˏ ༻✧༺ ˎˊ-
Jakarta, 2020.
Alma Himeka Badra.
Umurnya genap menginjak angka delapan belas beberapa bulan yang lalu. Sudah resmi mendapatkan Kartu Tanda Penduduknya kurang lebih setahun lalu. Dalam beberapa bulan ke depan pula resmi menjadi maba alias mahasiswa baru setelah melewati berbagai ujian akhir yang memuakan di SMA-nya.
Kalau orang bertanya tentang bagaimana rupa gadis ini, maka kata pertama yang akan terucap adalah mata bulatnya yang berbinar. Bola mata indahnya pasti lah menginspirasi orangtua gadis tersebut untuk menyelipkan nama 'Himeka.'
Kata 'Himeka' sendiri berasal dari Bahasa Sansakerta, yang jika diartikan adalah sorot mata yang bercahaya dan penuh binar. Nama itu sangat cocok melekat dalam diri Alma. Dan tentu, aksanya yang indah memang membuat Alma semakin dahayu.
Ada satu kepribadian gadis itu yang bisa membuat orang kesal. Gadis itu jika sudah fokus akan sesuatu hal, ia bisa melupakan hal-hal lainnya. Melupakan orang di sekitarnya, meski untungnya tidak lupa bagaimana cara bernapas.
Sama seperti sekarang. Ia masih terpaku di tempat, tidak yakin sudut mana yang harus ia lihat terlebih dahulu. Mungkin ini kali pertama Reksa membawanya ke ruangan ini. Kali pertama pula ia melihat banyak benda yang seharusnya ia lihat di museum.
Bingung sekaligus takjub, entah mana yang mendominasi.
Reksa duduk cemberut di sofanya, mulai kesal dengan saraf auditorik Alma yang seolah tidak berfungsi dengan baik sekarang ini. Laki-laki itu berdeham cukup keras, dengan disengaja.
"Alma," panggil Reksa.
Alma tidak menggubris. Justru gadis itu sibuk menyentuh satu per satu barang yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indurasmi Batavia✧ [𝒂 𝒉𝒊𝒔𝒕𝒐𝒓𝒊𝒄𝒂𝒍 𝒇𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏]
Ficção Histórica𝐁𝐚𝐭𝐚𝐯𝐢𝐚, 𝐇𝐢𝐧𝐝𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚, 𝟏𝟗𝟎𝟑. ❝Semua tentangmu adalah pesona, Nona. Sebuah puisi yang lebih nyata dari ilusi.❞ ~ Carel Arthur van Mook, 1903. Ini bukan hanya kisah tentang Himeka, gadis dari tahun 2020 yang gagal m...