2. Bukti keseriusan

8.8K 744 306
                                    

Langit tidak menganggapi ucapan Rintik. Ia sibuk memejamkan matanya menikmati sentuhan dingin di wajahnya. Rintik mengerucutkan bibirnya." Langit." Panggil Rintik.

"Hmm?"

"Kapan kita nikah?"

Langit langsung bangkit." Maksud kamu?" Tanya Langit.

Rintik menghela nafas." Kapan Langit halalin Rintik?" Tanya Rintik.

"Gue belum siap nikah muda." Jawab Langit apa adanya. Karena sejujurnya ia belum siap untuk membina rumah tangga di umur yang masih terbilang masih muda, ia saja belum punya penghasilan sendiri.

"Berarti Langit nggak serius sama Rintik?! Kalo Langit nggak serius, kita mending putus aja!" Rintik merajuk.

Langit membelalakkan matanya lalu ia segera menarik tangan Rintik."Kita nikah sekarang!"

"Eh kita mau kemana Langit?" Tanya Rintik.

"KUA." Jawab Langit.

Rintik mengerutkan dahinya." Ngapain ke KUA?"

Langit membalikkan badannya." Daftar nikah. Gue mau halalin lo sekarang." Jawab Langit.

Rintik langsung menghempaskan tangannya." Rintik nggak mau nikah muda! Rintik masih mau kuliah." Ucap Rintik.

Langit menganga tidak percaya." Lah?"

"Langit nggak peka banget sih?! Rintik ngomong gitu karena Rintik mau nguji keseriusan Langit sama Rintik. Rintik juga masih belum siap nikah muda."

Langit menghela nafas jengah." Butuh berapa bukti supaya lo percaya sama gue?" Tanya Langit dengan nada serius.

Mendengar nada serius dari Langit beserta tatapan mata Langit membuat Rintik menunduk." Maaf Rintik nggak bermaksud---."

Belum sempat Rintik menyelesaikan kalimatnya, Langit langsung menggendong Rintik ala bridal style. Rintik sontak berteriak." Langit mau bawa Rintik kemana?!"

Langit tidak menggubris perkataan Rintik. Ia terus berjalan dengan tatapan lurus ke depan. Rintik memutarkan bola matanya pasrah.

🍭🍭🍭

Seusai hakim mengetuk palu selama tiga kali ketukan kini Alfa dan Vina sudah resmi bercerai. Memang sudah lama Alfa ingin menceraikan Vina, dan sekarang keinginannya terkabul. Ada perasaan bahagia dan juga sedih. Ia bahagia karena tidak terikat lagi dengan janji itu, ia sedih karena harus meninggalkan Tania. Ia menyayangi Tania lebih dari putrinya sendiri namun Tania salah menggunakannya.

"Papah..."

Alfa membalikkan badannya menghadap Tania yang menatapnya dengan tatapan sendu." Jangan tinggalin Tania."

Alfa tidak sanggup melihat air mata Tania. Ia mencoba menguatkan hatinya." Maafin papah Tania."

Tania menggeleng lalu berjalan memeluk Alfa." Jangan tinggalin Tania hiks... Hiks... Tania nggak bisa hidup tanpa papah. Tania mohon hiks hiks hiks..."

Alfa mengelus-elus rambut Tania." Kamu sudah dewasa Tania, kamu harus belajar mandiri tanpa kehadiran papah."

Tania menggeleng." Tania nggak bisa hiks... Tania butuh papah, Tania mau papah selalu ada di samping Tania. Papah udah nggak sayang lagi sama Tania hiks... Hiks... Papah berubah hiks... Pasti ini semua karena Rintik kan?"

Alfa melepaskan pelukannya." Jangan salahkan Rintik Tania! Rintik tidak tau apa-apa soal ini, berhenti membenci kakak kamu!"

Tania tersenyum sinis." Kakak? Sampai kapanpun Tania nggak akan nganggap Rintik itu kakak Tania. Rintik itu cuma benalu di keluarga kita! Dia nggak pantes di sebut kakak!"

Plak!

Alfa menampar pipi Tania membuat Tania meringis." Jaga omongan kamu Tania!" Bentak Alfa.

Tania memegangi pipinya."Papah tega nampar Tania demi belain anak nggak tau diri itu?! Tania benci sama papah!" Tania berlalu pergi meninggalkan Alfa yang masih terdiam.

🍭🍭🍭

Rintik mengerutkan keningnya ketika Langit membawanya ke toko perhiasan. Buat apa kesini? Apakah ada yang berulang tahun hari ini? Sepertinya tidak! Berbagai pertanyaan muncul di benak Rintik." Kita ngapain kesini?" Tanya Rintik.

Langit tersenyum penuh arti." Kamu suka cincin yang mana?" Tanya Langit.

Rintik semakin bingung di buatnya." Buat apa? Ngapain beli cincin?" Tanya balik Rintik.

"Pilih aja." Sahut Langit.

Rintik mengangguk. Ia menatap seluruh cincin yang ada di sana. Pandangannya berhenti ketika melihat cincin yang modelnya sederhana namun terlihat elegan." Mbak coba lihat yang ini."

Mbaknya pun menurut. Ia mengambilkan cincin yang di tunjuk oleh Rintik. Mata Rintik berbinar-binar." Cantik banget." Gumamnya.

"Suka?" Tanya Langit.

Rintik mengangguk, tetapi senyumnya luntur." Suka sih, tapi mending uangnya di tabung buat beli yang lain. Lagipula Rintik nggak terlalu suka pakek perhiasan." Ujarnya.

Langit tersenyum." Mbak saya ambil cincin yang ini." Ujar Langit. Mbaknya pun mengangguk lalu membungkus cincin tersebut.

Rintik menatap Langit." Tadi kan Rintik bilang nggak usah!"

"Mana tangan kamu?"

Rintik pasrah mengulurkan tangannya ke Langit. Langit tersenyum simpul sembari memasangkan cincin ke jari manis Rintik." Cincin ini bukti keseriusan aku sama kamu." Ujar Langit.

Mata Rintik berkaca-kaca mendengarnya." Makasih Langit." Ucapnya dengan suara pelan.

Langit menautkan kedua alisnya." Makasih buat apa?" Tanya Langit.

Rintik menggeleng." Nggak tau, tapi pokoknya Rintik mau bilang makasih sama Langit." Jawab Rintik.

Langit terkekeh dan mengacak rambut Rintik gemas." Jaga baik-baik cincin ini!" Pinta Langit, Rintik mengangguk patuh.

"Rintik juga punya hadiah buat Langit." Ucap Rintik. Langit menaikan satu alisnya seolah bertanya.

Rintik menggabungkan tangan yang kiri dan kanan membentuk sebuah hati di atas kepala." Saranghae Langit."

Langit terkekeh geli. Ia membawa Rintik dalam pelukannya dan mencium pucuk rambut Rintik gemas." Nado saranghae."

🍭🍭🍭

Tania merenung memikirkan kejadian tadi siang. Ia tidak rela jika mamah dan Papahnya berpisah. Ia mengambil foto keluarganya lalu membantingnya di lantai." Gue benci kalian semua!!!"

Vina menghampiri Tania dan membereskan pecahan kaca." Udah puas nyakitin diri kamu sendiri?" Tanya Vina.

"Ngapain mamah kesini? Mending mamah pergi aja! Tania lagi pengen sendiri!" Pinta Tania.

Vina geleng kepala." Ck! Ck! Ck! Tania Tania. Mamah nggak pernah ngajarin kamu jadi cengeng kayak gini. Waktunya kita membalas dendam sama Rintik dan ibunya."

"Maksud mamah?" Tanya Tania.

"Kamu benci kan sama mereka berdua?" Tanya Vina.

Tania mengangguk." Tania benci banget sama mereka! Mereka yang udah buat papah pergi ninggalin kita."

Vina tersenyum devil." Bagus! Kita akan buat mereka ngerasain apa yang kita rasain!"

"Gimana caranya?" Tanya Tania.

"Nanti kamu juga bakal tau."






Bersambung...

Mau fast update?
Spam next!

SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang