14. Pergi

4.7K 427 129
                                    

Happy reading 💖

***

"Gimana keadaan kamu?" Tanya Pelangi sembari menyuapi Langit.

"Seperti yang mama liat." Jawabnya. Ia memang tidak mengingat siapapun, namun Pelangi memberitahukan tentang siapa dirinya dan juga orang-orang terdekat Langit kecuali Rintik, karena ia tidak mau Langit mengingat Rintik.

Karena baginya Rintik hanya akan mendatangkan masalah bagi putranya.

Ceklek.

Pintu terbuka menampilkan Senja yang tersenyum lebar kearah mereka." Hai Tante." Sapanya. Kemudian beralih pada Langit." Hai kak Langit."

"Berhubung kamu udah datang, kamu bantu suapi Langit ya. Tante ada urusan mendadak. Tante percayakan Langit sama kamu, Senja." Ucap Pelangi.

"Mah, aku bisa makan sendiri." Sahut Langit.

"Nggak, kamu masih sakit!" Pelangi kembali menatap Senja." Senja, kamu nggak keberatan kan?" Tanya Pelangi.

Senja menggeleng." Nggak Tante. Tante pergi aja, biar kak Langit aku yang jaga."

Pelangi tersenyum, lalu ia membawa tasnya." Kalian baik-baik disini." Ujarnya.

"Hati-hati Tante." Ucap Senja, Pelangi mengangguk lalu pergi keluar dari ruangan tersebut.

Selepas Pelangi pergi, keadaan menjadi canggung. Mereka berdua sama-sama bungkam, Langit juga sama sekali tidak menatap. Lagipula ia tidak mengenal orang yang ada dihadapannya.

Akhirnya Senja yang membuka suara."Aku suapi kak Langit ya." Ia meraih mangkok dan menyendokan bubur pada Langit.

🍭🍭🍭

"Nih minum!" Varrel menyodorkan gelas berisi air putih kepada Tania.

Tania mengangguk, ia meminumnya dengan tangan yang masih gemetaran. Sesudah minum, ia merasa sedikit lega namun tetap saja ia masih ketakutan.

"Thanks." Lirihnya.

"Kenapa lo ketakutan kayak gitu?" Tanya Varrel.

"Gu-gue ee gu-gu."

Varrel kembali memberikan minum untuk Tania. Tania menatap sebentar dan kembali minum dibantu oleh Varrel. Varrel pun bingung kenapa tiba-tiba Tania datang dengan wajah yang ketakutan.

"Gimana? Udah lega?" Tanyanya. Tania mengangguk pelan.

"Bisa cerita sekarang?" Tanya Varrel.

Tania kembali mengangguk. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan." Gu-gue kabur dari rumah, dan ketahuan sama nyokap gue. Dia nyuruh anak buahnya buat nyari gue, gue takut. Gue nggak mau pulang kesana lagi, rel."

Varrel menarik Tania dan mendekapnya erat. Mengelus-elus rambut Tania." Udah lo tenang aja, mereka nggak mungkin bisa nemuin lo." Katanya menenangkan Tania.

"Gimana lo bisa tau? Nyokap gue nggak mungkin nyerah sebelum dia dapat, apa yang dia mau. Gue takut kalo gue berhasil ketangkap, gue bakal dibawa pergi. Gue nggak mau pisah sama lo lagi." Lirihnya.

"Itu nggak akan terjadi, gue bakal lindungi lo dari dia. Selagi lo sama gue, lo aman." Ucap Varrel meyakinkan.

"Mulai sekarang lo tinggal bareng gue dan lo jangan keluar kemana-mana kalo nggak sama gue, paham?"

Rintik hujan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang