━ when feel low

77 44 0
                                    

Azura kebingungan saat ini. Gadis itu membatalkan niatnya ke kantin dan langsung kembali ke kelas lalu mengikuti pelajaran yang akan berlangsung. Setelah Grizelle memberikan perlawanan kepada Alice, gadis itu langsung lari entah kemana. Azura tak memperhatikannya karna setelahnya ia langsung menjambak rambut Alice dan terjadilah keributan disana.

Ringisan pelan keluar dari mulut Azura saat sebuah pulpen yang dilempar mengenai bahunya. Gadis itu menoleh ke belakang untuk melihat si pelaku dan ternyata orangnya adalah Azka.

Azura menatapnya bingung. Kembali ia alihkan pandangannya ke pulpen yang dilemparkan oleh Azka. Gotcha! Disana ada sebuah kertas yang diikat dengan karet pada bagian gagang pulpennya. Sepertinya surat. Ada guru yang tengah mengajar saat ini jadi para siswa yang di dalam kelas tidak bisa berbuat sesuka hati mereka.

Izel mana? Kok gak ada sama lo? Dia bolos? Sekarang mata pelajaran bahasa Indonesia bukan fisika.

Itu adalah isi surat yang ditulis oleh Azka. Azura menghela nafasnya. Gadis itu tak mungkin menulis kronologi lengkap kejadian di kertas ini. Ukuran kertasnya kecil dan tak akan muat juga. Lagian Azura tak seniat itu untuk menulis kejadian tak mengenakkan tadi secara lengkap.

Sepertinya Azura harus berterimakasih. Saat ini baru saja ingin menulis balasan dari surat tersebut, bel yang menandakan jam istirahat pertama telah terdengar di seluruh penjuru sekolah.

Guru bahasa Indonesia tersebut beranjak keluar dari kelas, tak lupa dengan salam tentunya. Terlihat Azka yang langsung menghampiri Azura ke mejanya.

"Mana, Ra?" tanya lelaki itu to the point.

"Tadi Izel berantem sama Alice, Ka. Terus dia lari, gue gak tau dia kemana. Soalnya tadi gue sibuk jambakin rambut si Alice." cerita Azura. Gadis itu tertawa pelan di akhir kalimatnya.

Raut wajah Azka langsung berubah menjadi khawatir. "Kok bisa berantem, Ra? Gimana ceritanya?"

"Daripada gue ceritain mending lo cari Izel aja, Ka. Nanti lo bisa tanya sendiri sama dia. Pasti dia lagi ngerasa down banget sekarang." kata Azura mengeluarkan pendapatnya. Gadis itu tak ingin membuang banyak waktu.

Azka menyetujui usulan dari Azura. Setelah mengucapkan kata terimakasih, lelaki itu langsung beranjak cepat dari kelas untuk mencari miliknya.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Pasti di taman belakang sekolah lagi." gumam Jake sembari menghela nafasnya. Berpacaran cukup lama dengan Grizelle membuatnya paham tentang kebiasaan yang sering dilakukan oleh gadis itu.

Benar saja. Pemikiran Jake tentang dimana gadisnya itu tidak salah. Ia menemukan Grizelle disana tapi tidak seperti kondisi yang biasanya. Jika gadis itu akan selalu menonton sesuatu di ponselnya maka sekarang ini Grizelle hanya melamun saja. Dapat Jake lihat jika pipi Grizelle masih sedikit basah.

Dapat Jake simpulkan bahwa gadisnya itu menangis. Sial, Jake jadi semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Grizelle." panggil Jake dengan nada pelan.

Grizelle menoleh pelan ke arah Jake. Hanya menoleh tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Aku izin duduk di sebelah kamu, ya." setelah mengatakannya, Jake langsung duduk tepat di sebelah Grizelle.

"Jake." panggilan dari Grizelle langsung membuat Jake menoleh ke arah gadis itu dengan cepat.

"Iya, Grizelle?"

"Aku gak mau ikut olimpiade biologi." kata Grizelle dengan isakan tangisnya yang mulai keluar. Jake mengerti. Grizelle memang tidak bisa memendamnya sendirian.

Jake menarik Grizelle lembut untuk masuk ke dalam pelukannya. "Kenapa gak mau? Mau cerita?"

"Kata Alice aku gak bakalan bisa jawab soal-soalnya. Dia juga bilang aku itu gak pintar karna gak bisa matematika atau fisika." simpul Grizelle.

"Izel, kamu tau 'kan kalau gak semua orang di dunia ini bisa suka sama kita, bisa kasih apresiasi atas usaha yang udah kita lakuin. If other people put you down, you still have yourself as your encouragement." kata Jake pelan. Tak lupa tangannya bergerak untuk mengelus-elus pucuk kepala gadis yang ada di pelukannya.

"Perlu kamu ketahui juga kalau pintar itu gak harus ada di bidang angka. Filosofi pintar itu banyak. Gak hanya ada di bidang pelajaran."

"Harusnya kamu sadar kalau diri kamu yang sekarang ini udah lebih dari cukup dari apa yang kamu pikirkan selama ini. You deserve it all. No need, kamu gak perlu dengerin apa yang dibilang orang lain." Jake menangkup pipi Grizelle sehingga gadis itu bisa menatapnya.

"Diri dan kehidupan kamu itu hak kamu, milik kamu. Masalah orang lain mau menilai kamu kayak gimana, itu urusan mereka. You're the main character in your life and they cannot change the course of your life."

Saat Jake berhenti berbicara, Grizelle memeluk lelaki itu dengan sangat erat. Jake bisa merasakannya.

"Jake, kamu tau gak kalau aku sayang banget sama kamu? Bener-bener sayang banget. Kamu harus tetap jadi punya aku, kamu harus sama aku. Kamu gak boleh sama orang lain."

Sambil membalas pelukan sang kekasih, Jake tertawa kecil. Sial, tampan sekali. "I know cuz i feel it too. Kamu juga harus tau, ya, kalau aku sayang sama aku. Bukan sama kamu aja tapi everything inside in you, Grizelle. Betapa bersyukurnya aku ke Tuhan atas pertemuan kita."

Jake melanjutkan, "Nanti kalau ditakdirkan sama Tuhan, aku bakalan buat kamu seutuhnya menjadi milik aku. Aku bakalan buat kamu jadi perempuan yang paling beruntung karna bisa jadi milik aku."

"Kenapa gitu?"

"Satu-satunya alasan itu karna bahagia yang ada di dalam diri kamu itu bahagianya aku juga. I swear, everything about you is my happiness."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

see u soon in next chap 💭💐 !!

❝ physics boy ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang