"Winata!"
Winwin yang sedang meneguk sebotol air mineralnya menoleh begitu mendengar suara dari balik punggungnya.
"Ya?"
"Nggak manggil doang. Siapa tau lo nggak hidup." Jef berujar dengan mengedikkan bahu.
"Apasih, nggak guna banget lo manggil gue?" Winwin mengangkat satu alisnya.
Jef tidak menjawab, ia malah beralih selonjoran di sofa. Saat ini mereka sedang ada di kost Winwin. Jef datang ke Bandung hanya karena dia ingin curhat, mengatakan dia sedang stres-stresnya memikirkan hubungannya dengan pacarnya yang sudah hampir di ujung tanduk. Laki-laki itu uring-uringan, seringkali menelpon Winwin di kelas penting, sampai dia kena tegur.
Karena kesal, mau tidak mau Winwin menyuruh Jef bercerita langsung saja dengannya. Jangan lewat telpon atau pesan apalagi mendatanginya ke kampus. Cukup ke kostannya saja.
"Lo beneran gamau cari pacar, Win?"
"Penting banget lo nanyain begituan?" Winwin lanjut ngeliatin laptopnya. Dia lagi ngegarap skripsi, mau cepet-cepet lulus pusing dia kuliah mulu.
"Ya siapa tau gitu. Gue punya kenalan cakep tau,"
Winwin menghela napas dengan mata yang tertuju pada laptop. "Ga penting di gue."
"Padahal ada yang bucin banget sama lo," Jef berucap pelan, hanya sayup-sayup suara yang sampai di telinga Winwin.
"Hah apa?"
"Nggak, gue ngomong sendiri." Jef mencibir.
Winwin tuh menurut Jef manusia nggak normal. Kenapa? Ya karena kebanyakan manusia tuh selalu penasaran kalo orang ngomong hal yang nggak jelas. Nah, kalo Winwin nih tipe yang gamau tau urusan orang. Terus juga super duper nggak peka. Makanya Jef bingung banget pas tau Irina tahan banget ngebucinin Winwin yang modelan nggak pekaan.
Ngomong-ngomong soal Irina, cewek itu juga ada disini. Nggak tau gimana caranya, Irina tau Jef mau nemuin Winwin ke Bandung. Tau-tau nongol minta ikut juga. Jef nggak mau debat akhirnya iya-iya aja. Sekarang sih, dia lagi di toilet, katanya kebelet jadi ya pergi sejak lima belas menit yang lalu.
"Win, lo nggak ada snack apa?" Entah kapan, Jef sudah beranjak dari sofa melangkah menuju dapur. Membuka lemari dapur dan kulkas Winwin.
"Nggak ada. Gue nggak biasa ngemil."
"Dih," Jef mendelik, menutup pintu kulkas setengah membanting.
"HEH ITU KULKAS GUE PELAN PELAN NUTUPNYA!"
Winwin ngegas, yaiya soalnya dia termasuk sayang barang. Kulkas mah nggak murah atuh, ini si Jef seenaknya aja nutup keras-keras.
"Yeu, iya iya maap maap." Jef balik ke sofa lagi, selonjoran disana kayak orang gabut.
Nggak lama Irina muncul, mukanya pucat banget, terus badannya kayak lemes gitu.
"Kenapa lo?" Tanya Jef.
Winwin ngelirik sekilas kan, agak aneh ngeliat Irina pucat gitu. Mana wajahnya lesu kayak orang sakit.
"Gatau badan gue nggak enak. Dari tadi perut gue mules." Irina sandaran di sofa.
Winwin matiin laptopnya kan terus berdiri. Ngedeketin tempat Irina rebahan, baru agak merunduk dikit. Tau-tau telapak tangannya Winwin tiba-tiba megang dahinya Irina.
Wadaw~
Jef auto melotot, Irina apalagi. Jantungnya udah senam kecepatan 160 kilometer per jam. Ngebut banget sampai nggak napas selama beberapa detik. Bayangin aja Winwin yang nggak pekaan tiba-tiba jadi perhatian gitu. Baper Irina coy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkana's Diary : Wenyeol (ft. Renjun, Winwin)
FanfictionKisah klasik kehidupan keluarga Alkana yang penuh lika-liku pahit manis dunia. Starring ; Wenyeol ft. Renjun, Winwin Genre : Slice of life ©lareinapvchs