Catatan #6 : Jangan Cepu

399 38 71
                                    

Sejujurnya ya, Jeno bukanlah tipikal orang yang akan mengurusi urusan orang lain. Dulu sekali, saat dia pernah secara tidak sengaja melihat Aresh bertengkar dengan mantan pacarnya, Jeno tidak ambil pusing dan diam saja. Dia malah sama sekali tidak mengungkit-ungkit mengenai hal itu walau tau selama itu juga Aresh tampak kalut. Ibarat kata sih, sebenarnya Jeno hanya mencoba bersikap netral. Dia tidak akan mengungkit jika Aresh tidak ingin membicarakannya. Cowok itu baru benar-benar membahasnya saat dia merasa Aresh siap bercerita.

Tapi ya, gatau kenapa untuk yang kali ini rasa penasaran Jeno malah lebih dominan daripada rasa tidak acuhnya. Biasanya kalo lihat yang beginian mah, Jeno paling langsung membatin bahwa mungkin dia salah lihat. Atau dia akan menunggu waktu sampai Revan sendiri yang ingin mengungkapkan siapakah gerangan cewek yang bersamanya di rumah sakit.

Memang benar seperti kata Aresh. Rasa penasaran itu sama nggak enaknya kayak lagi mules. Mau ditahan bikin gabisa tidur tujuh hari tujuh malam, dan baru lega jika sudah dikeluarkan. Makanya, Jeno dengan langkah seribu kilat berjalan mengendap-endap mengikuti sosok yang dia yakini sebagai Revan. Gimana ya, semakin Jeno lihat semakin dia yakin seratus persen bahwa itu Revan.

"Bentar itu kok kayak kenal, ya?" Jeno bergumam.

Revan di sana berjalan ke arah taman, dan saat posisi mereka agak menyamping, jeno dapat melihat sedikit siluet perempuan yang duduk di kursi roda. Sebenarnya Jeno ga bakalan heran kalo itu cuma emak-emak yang lagi sakit minta dianterin sama Revan. Tapi, gimana ya? Boro-boro emak-emak, yang dilihatnya malah perempuan muda yang umurnya bisa jadi tidak beda jauh dengan mereka.

"Mau minum ga?" Ketika Jeno mendekat dan bersembunyi dibalik semak dia dapat mendengar jelas percakapan Revan.

Sumpah ya, ini tuh agak tidak masuk akal. Jeno bersumpah dia tidak pernah melakukan pengintaian dadakan seperti ini. Apalagi ini terkait temannya sendiri. Tiba-tiba Jeno merasa takut, gimana kalo Revan tahu dan menuntutnya atas penguntitan? Duh, gak mungkin kan ya? Jeno kan bukan Aresh.

"Emang kamu bawa minum?"

Taraktuk deng!

Kalo ini sinetron udah pasti wajah Jeno diclose up pake muka kaget sampe ada backsound drum yang bikin suasana heboh terus ditransisi ke muka Revan sama cewek yang ada di sebelahnya. Ya gimana ga kaget, bahasa Revan sama si cewek udah kayak orang pacaran.

Iya pacaran. PACARAN.

Ini Revan loh! Jeno inget banget Revan sama sekali nggak kelihatan deket sama cewek habis dia putus dengan mantannya yang agak ganas dan sedikit creepy beberapa bulan yang lalu. Ya gimana mau cewek ngedeket juga? Tiap hari Revan mah lengketnya sama Aresh. Bahkan sampe Aresh udah jadian sama Yasmin pun, Aresh sama Revan masih lengket banget. Malah ada rumor gay pula. Sebenarnya Jeno nggak ambil pusing karena dia tahu bromancenya Revan sama Aresh mah emang begitu. Cuma ya Jeno masih shock aja kalo misalnya Revan punya cewek diem-diem.

"Nggak ada sih. Mau aku beliin? Kantin rumah sakit deket kok." Revan duduk di kursi taman.

"Gausah aku lagi nggak haus. Kamu kenapa tiba-tiba dateng? Aku kaget loh, padahal aku nggak bilang aku masuk rumah sakit."

"Tala chat aku kok. Aku nanyain kamu, tapi dia bilang kamu udah nggak masuk tiga hari gara gara sakit."

"Tala?! IH CEPU!"

Revan tertawa. "Kenapa nggak bilang, hm? Aku kaget pas Tala bilang gitu. Aku hampir lari dari rumah buat jengukin kamu. Untung Tala udah bilang kalo kamu udah nggak kenapa-kenapa." Revan tersenyum tipis.

Sementara Jeno bengong di balik semak kayak orang tolol. Nggak tau ya tiba-tiba dia ngerasa yang di depannya bukan Revan. Mungkin nggak kalo Revan kerasukan setan makanya jadi lemah lembut? Biasanya juga ngegas...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alkana's Diary : Wenyeol (ft. Renjun, Winwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang