Empat

15 0 0
                                    

Bandara.
Kami berdua menjumpai rekan-rekan yang sudah menunggu. Dan mulai check in untuk keberangkatan ke Jogja.

Doa yang di pimpin Angga itu sangat syahdu, tak henti aku memperhatikannya, tak henti juga aku berucap dalam hati Aku akan meninggalkan Jakarta untuk beberapa hari kedepan untuk menjumpai Jogja yang sudah lama menanti. Angga tolong bawa aku untuk melupakan Bara di kota Jogja nanti, karena di sana setiap sudut kota banyak cerita yang bertaburan tidak karuan.

***

Akhirnya kamipun sampai Jogja, tepatnya di hotel yang akan kita inapi untuk beberapa malam kedepan.

Nyatanya benar, Jogja menyimpan banyak cerita yang ingin ku ulang kembali. Bukan dengan Bara, bukan hanya sekedar liburan juga. Kali ini dengan dia, orang baru dalam hidupku. Berharap semua nya akan baik-baik saja. Dalam pekerjaan ataupun perasaan.

Sekitar ada 10 orang dari kami yang akan mulai melakukan kerjaan baru disini, setiap orang dari kami sibuk mencari kamar yang akan ditempati. Aku mendapat kamar 128 dan itu berada di bagian depan kolam renang dan ada beberapa sudut spot yang nyaman untuk di pandang mata.

Akupun membuka perlahan pintu kamar, dan mulai merebahkan tubuhku di kasur. Capek sekali hari ini.
Tak lama aku mulai merapikan beberapa bawaanku diatas meja. Seperti laptop dan buku catatanku. Aku melihat diatas meja itu ada selembar kertas putih yang berisikan secarik puisi.

Pergilah kemanapun kau mau
Kembalilah jika kau merasa hina
Aku yang pergi untuk memulai bahagia
Aku harap kau bahagia juga disana
Salam, rindu.
Jogja

Aku seperti mengenali tulisan itu, tulisan yang tidak asing bagiku. Ahhh entahlah.

***

"Zee, ayo makan malam dulu" Laras mengetuk pintu kamarku.
"Iyaa Ras, tunggu"

Aku membuka pintu kamar, dan kebetulan sudah siap-siap dari tadi.

"Ayoo!"
"Yok"

Aku dan Laraspun pergi dan menuju arah ballroom hotel yang dipenuhi meja bundar dan beberapa sajian makanan yang dihiasi lampu-lampu kelap kelip yang di gantungkan di beberapa pohon dan pilar. Dan aku melihat Angga yang tengah sibuk didepan laptop miliknya itu.

"Ga"
"Ya?"
"Sibuk sekali sepertinya"
Angga hanya tersenyum tipis.
"Nggak Zee"
"Ayo makan malem bareng!"
"Akhirnya aku di ajak dinner sama perempuan yang menyebalkan, tumben"
"Anggaaa!"
"Iyaa maaf maaf"
"Yaudah ayo gabung bareng mereka" sambung Angga

Anggapun menutup laptopnya itu dan kami berdua berjalan untuk bergabung dengan yang lain.

***

Setelah makan malam bersama, kami semuapun berbincang tentang rencana dihari esok. Semua dari kami sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Ada yang sibuk menyusun kamera-kamera yang akan digunakan nanti, ada yang sibuk berdiskusi dan sibuk di depan laptop nya. Lain hal nya dengan aku, aku malah disibukkan dengan membuat puisi. Kenapa harus buat puisi? Pasti ada yang selalu bertanya itu. Aku suka puisi, puisi itu indah. Ditambah lagi ditempat aku menulis puisi itu, jauh lebih indah.

Terimakasih
Sudah mengenalkan ku pada dirimu
Yang sebenarnya
Yang sulit untuk ditebak pikirannya
Yang sulit untuk ditinggalkan tempatnya
Jogja

Tiba-tiba Angga menghampiriku dari arah belakang.

"Puisimu indahh" katanya
"Angggaaa?"
"Kamu baca?" Sambung pertanyaanku
"Udah, bagus!"
Aku hanya tersenyum di puji oleh laki-laki yang saat ini ada di pikirannku.

"Buat siapa kamu nulis puisi sebagus itu?"
"Bukan buat siapa-siapa" meyakinkan dirinya

Aku juga tidak tau puisi yang ku buat kali ini untuk siapa, yang jelas kata-kata itu terangkai dengan sendirinya. Ahhh masa sih.

"Aku suka puisi Ga, aku juga suka nulis puisi. Tapi sayang..."
"Iyaa sayang" gombal Angga
Seketika aku sedikit mulai merasa terbang keangkasa, entah apa maksudnya. mudah baper sekali dirimu Zee.
Aku dan Angga saling tersenyum.

"Maksudku kenapa?"
"Iyaa kalau aku nulis puisi, suka tiba-tiba dateng manusia menyebalkan menganggu pikiran dan merusak suasana"
"Siapa? Alam?"
"Yaa siapa lagi, Alam barzah" candaanku
"Kamu ya bisa aja ke adik sendiri"
Hehehe

***

Pagi ini, waktunya produksi di mulai setelah sarapan pagi bersama, kami semua pergi meninggalkan hotel tempat inap kami dengan membawa beberapa peralatan syuting. Tempat scene kami tidak jauh dari hotel, cukup dengan berjalan kakipun sampai.

Kami berjalan beriringan pagi ini dengan menghirup udara kota Jogja ini.

"Sudah sampai akhirnya"
"Jauhnya perjalanan kita"
Percakapan Bagas dan Tio untuk mencairkan suasana pagi ini walaupun sedikit keluar keringat hehe.

"Yaudah, waktu nya kita breafing dulu sebelum produksi dimulai" kata Angga selaku produser.

***

Kami disibukkan dengan jobdesc masing-masing hingga petang tiba. Lelah pasti dalam pekerjaan, tapi ada hal yang membuat aku semangat ketika aku harus bekerja disandingkan dengan orang yang sedikit spesial bagiku.

Disela-sela break, aku mencoba untuk merangkai puisi kembali sambil menikmati malam hari di Malioboro ini.

Jogja terlalu indah untuk puisi yang sedikit berisi pasrah.
Jogja terlalu kejam untuk bara yang ingin padam
Aku mengakhiri cerita ini, di kota ini.
Lekas berbahagia kembali dengan yang saat ini.
Salam Jogja

Aku kembali menutup buku catatan, aku mencoba untuk ikut kembali bergabung dengan mereka. Saat ini di bagian scene dimana anak-anak pengamen jalanan Malioboro mulai take.

Mereka bernyanyi dengan perasaan yang dalam, sungguh aku menikmati. Mungkin bukan aku saja, tapi juga teman-teman yang lain bahkan orang yang tengah berlalu lalang lewat.

Aku menikmati suara mereka, mereka yang tengah bernyanyi lagu amin paling serius.

Selain lagunya yang enak, lirik perlirik punya arti berbeda. Sama dengan Jogja dan mereka yang begitu syahdu berteman baik, meskipun ada sedikit perbedaan.

"Mereka hebat ya!"
Terdengar suara laki-laki yang tidak asing bagiku dari arah belakang. Dia mendekatiku dan berdiri berjajar.

"Ya Ga, i'm so proud"
Kami berdua saling tersenyum sambil menikmati suasana Jogja malam hari di iringi suara-suara mereka yang berbakat.

***

Selesai sudah, waktunya kami semua pulang menuju hotel dan segera beristirahat, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Benar ya, Jogja semakin malam semakin hidup. Kota hidup yang akan selalu hidup dalam hidupku.

Setiap jalan bersembunyi bayang
Setiap bayang ada yang hidup
Kau tetap hidup
Hidup untuk dirimu
Dan aku hidup untukku

Semuanya beres, kami beriringan kembali berjalan sambil bercanda gurau. Aku juga mencoba untuk menghilangkan sedikit rasa ketika sedang bekerja, dan mengembalikan lagi ketika sudah selesai tiba.
Ahhhh Jogja membuat aku semakin bisa jatuh cinta  kembali setelah patah hati terdalam.

***

Hii! I'm ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang