rapal.

4.5K 448 253
                                    

Sakura bukan sosok keibuan, tapi ia selalu menyukai anak-anak.

Sore itu tidak sepucat biasanya. Hari ini diwarnai oleh corak kemerahan di langit dengan sinar keemasan yang jatuh tepat pada rona pipi yang dihiasi oleh senyuman.

Satu persatu anak mengintip dari balik tenda rumahnya. Sekilas mereka melihat layang-layang tengah dijahit dengan hati-hati oleh wanita cantik berambut merah muda. Netra hijaunya mengundang kesejukan yang memikat, perlahan-lahan menarik kerumunan anak-anak mengerubungi ninja medis itu.

"Ini adalah layang-layang," Sakura mengangkat karya tangannya dengan bangga, membuat anak-anak melompat kecil seraya berseru gemilang.

"Momo," Sakura memanggil gadis kecil bermanik delima yang sedari tadi malu-malu berekspresi. Gadis itu berjalan mendekat, kemudian Sakura meletakkan tangkai berbalut benang di tangannya.

"Tugasmu adalah memegang kendali, ya?" pinta Sakura. Momo mengangguk, tersenyum. Sakura mengalihkan pandangan pada dua anak laki-laki yang sibuk mengagumi struktur layangan tersebut.

"Siapa nama kalian?"

Yang berpostur pendek dan tak berambut menyahut duluan, "Jinki!"

Barulah yang lebih tinggi, terlihat lebih pendiam, dan berkulit pucat, bergumam malu, "Noru."

"Baiklah, Jinki dan Noru. Tugas kalian adalah berlari ke arah sana bersama Momo sekencang mungkin."

"Sekencang mungkin?" Mereka terlihat sangat bersemangat.

"Sekencang mungkin!" Sakura membenarkan, tertawa kecil. Tak hanya mereka berdua, anak-anak di sekitar tertawa tak sabar menunggu aksinya.

"Lalu jika layangannya sudah mulai terbang sedikit-sedikit, kalian lepaskan ke atas! Aku akan bantu Momo-chan untuk menerbangkannya!"

"Baik, Kak! Ayo, Momo!" Seru Jinki, membuat wajah Momo bersemu. Belum ada yang pernah mengajaknya bermain sebelum ini. Momo menatap Sakura yang tersenyum senang, sebelum mengangguk dan mengikuti irama langkah Jinki dan Noru.

Ketiganya berlari sangat kencang! Sakura mengikuti dari belakang, tak sadar bahwa anak-anak yang lain juga ikut berlari di belakang.

Kemudian, Jinki dan Noru berhasil menerbangkan layangan itu. Momo berusaha menyeimbangkan layangan yang bergerak ke kanan dan kiri, tak stabil. Wajahnya cemas bila angin yang bertiup kencang itu akan menjatuhkan layangannya.

Sakura menggenggam benang di atas Momo, lalu membantunya mengendalikan layang-layang.

Semuanya memekik bahagia, melompat-lompat dan ikut berlari mengikuti layangan itu.

"Kalian suka?" seru Sakura penuh kebahagiaan. Mereka bersorak sambil melompat.

"Kakak hebat!"

Sementara, ada satu anak yang terlihat lebih muda dan lebih kecil dari keseluruhan, mendongak tinggi-tinggi melihat layangan tersebut, lalu mengerucutkan bibir, menahan tangis sembari menarik-narik setelan bawahan Sakura.

"Layangan... aku mau pegang main! Telbang! Aku mau telbang--pegang!"

Sakura panik. Tidak mungkin ia menurunkan layangannya sekarang, anak-anak tengah menikmati pertunjukan.

"Nanti Kakak buatkan lagi, ya!" Bujuk Sakura, masih dalam posisi mengendalikan layangan yang tak stabil bersama Momo.

Anak itu mulai menangis keras.

Sakura semakin panik.

"HUEEEEE!"

"Ah bagaimana ini! Jangan menangis, kumohon--"

Awhile.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang