Part 2

8 0 0
                                    

Sesampainya dirumah,aku langsung menuju kamar mandi setelah lebih dulu menaruh barang-barang milikku ke dalam kamar. Ku siramkan segayung penuh air keatas kepalaku,guna membersihkan air hujan yang tadi telah mengenai seluruh tubuhku.

Byurr

Begitu segar rasanya ketika air itu menyiram seluruh tubuhku. Dengan segera aku mengambil sabun dan menyabuni seluruh tubuhku tanpa terkecuali. Sesekali aku menyenandungkan lagu yang sedang berputar melalui ponsel lamaku. Sudah menjadi kebiasaanku untuk mandi sambil mendengarkan lagu.

"Isheeqa cepetan mandinya,mama juga mau mandi." Terdengar teriakan ibuku dari dalam kamarnya

"Iyaa mahh. Ini Iqhaa lagi pakai baju kok." Kujawab teriakan ibuku sambil bergegas memakai baju

Setelah selesai memakai baju,aku langsung keluar dan menjemur handukku di belakang rumah. Kulangkahkan kakiku menuju kamar sembari mengeringkan rambut dengan handukku yang lain. Tak sengaja aku melihat ada semangkuk mie rebus yang sepertinya baru matang tergeletak di atas meja makan.

"Ma,ini mie punya siapa ?"Aku bertanya pada Mama yang kebetulan berada di belakangku

"Punya kamu,tadi Tiia yang bikin."Jawab Mama sambil berlalu menuju kamar mandi

"Makasih yaa Nyill." Ucapku pada sesosok gadis yang sama-sama berpenampilan tomboy sepertiku yang sudah lebih dulu memakan mie bagiannya

"Heeh,kalo kurang pedes itu ada Bon Cabe tadi aku beli." Adikku menjawab sambil menunjuk sesachet bubuk dengan bungkus berwarna keemasan

"Level 30 ? Gak dehh,perutku lagi gak enak. Kayaknya sihh mau dapet" Aku berkata sambil menyuapkan mie ke dalam mulutku

"Haa ? Masa kamu udah mau dapet lagi,cepet banget mba ?" Tia mengerutkan dahinya saat mengatakan hal tersebut

"Kan aku biasa kalo dapet itu maju terus tanggalnya." Kusuapkan lagi mie yang telah kutambahkan saus yang ada di meja makan

Adikku kembali melanjutkan acaranya dalam memakan mie rebus yang telah bercampur sesachet Bon Cabe Level 30 itu. Aku pun segera menghabiskan mie milikku ini.

Aku duduk bersandar pada kepala ranjangku sesaat setelah mencuci bekas makanku tadi. Kuambil ponsel milikku yang tergeletak di meja sebelah ranjang. Lampu hijau terus berkedip menandakan ada notifikasi atau mungkin pesan yang belum aku lihat. Dan benar saja,ada beberapa pesan dan sederet notifikasi yang berasal dari Facebook.

Kubuka satu persatu pesan yang ternyata berasal dari operator seluler. Entah kenapa mereka suka sekali mengirimi pesan-pesan yang isinya sama. Setelah menghapus pesan-pesan tersebut,aku membuka notifikasi Facebook tersebut berharap ada notifikasi dari salah satu akun yang memang sudah cukup sering berbalas komentar denganku.

Harapanku terwujud,ada notifikasi yang menandakan bahwa akun tersebut mrmbalas komentarku. Bahkan ia mengirimiku permintaan pertemanan. Segera ku konfirmasi permintaan dari akun tersebut. Akupun mengiriminya pesan melalui Messenger.

'Hai 😉.' sapaku dengan menyisipkan emoticon lucu sebagai pelengkap

'Hai juga 🙂' Ia membalas dengan menyisipkan emoticon juga

'Nama kamu siapa ?' Aku memberi pertanyaan basa basi karena jujur aku tidak begitu pandai dalam menjalin komunikasi secara maya seperti ini

'Kan udah ada nama akunnya' Ia menjawab dengan begitu cuek dan sedikit terkesan dingin

"Astaga,cuek banget ya ini cewe." Aku bergumam sambil mengetik balasan

'Itu beneran nama kamu,bukan nama samaran ?' Kubalas pesannya sambil menulis di atas meja belajarku

'Emang kenapa ?'

'Ya gpp sihh sebenernya. Jadi aku panggil kamu Krystal ?' Kutanyakan nama yang memang tertera sebagai nama akunnya itu

'Iya,panggil aja aku Krystal. Kalo kamu siapa ?'

'Panggil aja aku Uchi 😉' Kujawab pertanyaannya dengan menyisipkan emoticon kembali

'Oh,Okk deh.'
'Salam kenal aja ya'

'Iya,kamu anak mana ?'

'Banjarmasin,kamu ?'

'Jateng.'

Kamipun terus berbalas pesan sambil aku mengerjakan tugas kuliahku. Ya,aku memang bekerja sambil kuliah. Senin - Sabtu aku bekerja dan pada hari Minggu aku kuliah. Cukup menguras tenaga memang tapi demi mengejar cita-cita,maka aku harus berusaha bukan ?

Kuajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar untuk tahu lebih jauh tentang dirinya. Dan dari sekian banyak pertanyaan,aku mendapat informasi bahwa dia masih berumur 17th. Dia bersekolah di salah satu SMA yang ada di kota tersebut dan sudah memasuki tahun akhir alias sudah kelas 12. Aku hanya tersenyum kecil mengingat perbedaan umur kami,aku berumur 20th dan dia 17th. Aku berkenalan dengan anak kecil rupanya.

Setelahnya hampir setiap hari bahkan setiap waktu,kami berkomunikasi lewat Messenger. Walaupun dia terkesan cuek dan dingin namun tidak pernah sekalipun dia mengabaikan chatku. Dia akan tetap membalas walaupun hanya sekedar kata-kata pendek. Hingga suatu hari akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta nomor teleponnya.

'Krys.'

'Hm ?'

'Umm,aku boleh minta nomor telepon kamu gak ?'

'Buat ?'

'Buat disantet. Ya buat komunikasi lah.'

Kujawab pertanyaan dengan sedikit sewot

'Kan lewat inbok aja bisa'

'Iya sihh,tapi kalo dirumah sinyal buat internet suka susah.'
'Kalo aku punya nomormu kan kita bisa chat lebih gampang.'

'Ooo'

'Boleh gak ?'

'Apanya ?'

'Aku minta nomor kamu.'

'Nomor apa ?'

Astaga,anak ini benar- benar menyebalkan ternyata. Kenapa aku bisa ada anak semenyebalkan ini.

'Yaudah lupain aja.'

Aku sudah terlanjur kesal dengannya hingga akhirnya aku menutup Messenger dan memilih pergi ke dapur untuk mengambil makan. Setelah selesai makan,aku kembali mengambil ponselku dan ternyata ada pesan dari Krystal.

'085747xxxxxx'
'Itu nomorku'

Kukerjapkan mataku saat melihat balasan darinya. Akupun tersenyum dan segera membalas pesannya.

'Okk,makasih.'
'Aku save yaa 😉' Kembali emoticon andalanku ku sematkan dalam balasan chatku untuknya

Segera kusimpan nomor itu dalam buku telepon yang ada di ponselku. "Krystal ♡♡" aku menuliskan namanya dengan dibubuhi emoticon hati. Setelah tersimpan aku langsung mengiriminya pesan melalui salah satu aplikasi media sosial yang saat ini biasa digunakan oleh orang-orang untuk komunikasi.

'Krys~'
'Ini Uchi yang tadi minta nomormu.'

Kukirimkan pesan itu padanya dan menunggu balasan sambil membaca novel yang baru saja aku beli.

Karena Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang