Sepasang remaja sedang bergelung di bawah selimut, tidak terganggu saat matahari menyoroti mereka dari celah hordeng. Hingga salah satu dari mereka terbangun dan meringis."shhhh" wanita itu tersentak saat merasakan lengan kekar seseorang di pinggangnya
"r-rafa?" tangannya yang bergetar ia gunakan menarik selimut sampai ke leher
"eunghh" lelaki yang bernama rafa itu mengerjap dan memfokuskan pandangannya kearah perempuan di sampingnya, perempuan?
Rafa langsung loncat dari tidurnya dan berdiri di samping kasur dengan hanya menggunakan bokser nya.
"a-anna?" ia tak bodoh, dirinya cukup paham apa yang sudah terjadi dengan mereka di kamar hotel ini, apalagi yang di lakukan sepasang lelaki dan perempuan dengan tidur tanpa busana seperti ini?
Rafa berdiri kaku disana, mengingat semalam ia mengantar anna ke pesta ulang tahun temannya dan meminum minuman yang disediakan, mereka cukup mabuk, setelah itu rafa tak sanggup membawa mobil dan menyewa satu kamar dihotel tempat pestanya berlangsung, dan rafa tak mengingat apapun sampai pagi ini ia melihat dirinya bersama anna
"hiks....hikss...hikss"
Rafa tersadar saat melihat punggung anna sedang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, ia mendekat, berlutut di hadapan anna, menggenggam tangan untuk menenangkan
"an sorry, kita sama-sama ga sadar saat itu"
"hiks..kalau jeje tau gimana raf?"
"untuk saat ini kita rahasiakan dulu yah soal itu, kita ga tau kedepannya gimana an"
"terus hiks.. Kalo gu-e" anna tak melanjutkan perkatannya
"hamil?" anna menganggukan kepalanya dan menangis semakin keras
"ssttt...gue tanggung jawab an, tapi bukan sekarang, karna gue butuh waktu buat ngasih tau orang tua gue"
Rafa memeluk tubuh anna yang terbalut selimut, dapat rafa rasakan tubuh anna bergetar sambil terisak.
"kalo gue ga hamil, lo ga perlu tanggung jawab raf, gimana pun lo punya jeje, gue gamau dia kecewa sama gue"
Rafa menggeleng sambil mengusap punggung anna.
"ngga an gue harus tetap tanggung jawab, gue udah ngerusak masa depan lo, gue udah ambil sesuatu berharga milik lo, sabar ya gua usahain semua beres dengan cepat, termasuk sama jeje, jeje perempuan dia pasti tau perasaan lo"anna mengangguk, tapi setelahnga nangis anna semakin kencang.
"s-sakit hiks, mau mandi"
Rafa mengangkat anna dalam gendongannya, dan meletakan di atas kloset duduk
"bisa sendiri kan? Nanti selimutnya di gantung aja"
Anna mengangguk, melihat rafa keluar menutup pintu, ia menutup wajahnya dan menangis hebat berusaha menutup mulutnya, walaupun suara sesenggukannya masi terdengar oleh rafa, ia mengingat jeje, sepupu yang sekaligus ia anggap adik dan sahabatnya, ia pasti sangat menyakiti jeje, bahkan saat pulang nanti dirinya malu melihat wajah jeje.
Di kasur rafa sedang mencengkram rambutnya dengan tangan menumpu di lutut, ia samar-samar mendengar isakan anna, dirinya menyakiti dua perempuan, atau bahkan tiga, pertama anna, kedua jeje, dan ketiga ibunya.
Rafa menyayangi jeje, bagaimana perasaan itu bisa hilang begitu saja setelah dia dulu mati-matian mengejar jeje yang begitu cuek padanya, kini dirinya berhasil mendapatkannya, dan berpacaran selama setahun, hati rafa sudah penuh dengan nama jeje, apa ia sanggup melihat gadis itu memandangnya dengan mata kecewa, dengan membayangkan saja rafa tak sanggup
KAMU SEDANG MEMBACA
LIEFDE
Teen FictionRasa kecewa memang selalu berhasil mengubah prinsip seseorang. Apalagi di kecewakan dengan cinta dan kepercayaan.