Bacanya pelan-pelan ya, ditemani secangkir teh dan biskuit Khong Guan juga bisa😆
Ternyata bukan hanya sosok yang menyerupai Kirana saja yang mengejarnya, sudah sangat banyak memedi (bangsa alus) di semua sisi mengepung Bella.
Digelapnya hutan malam Bella tidak berhenti berlari, gadis itu lari ketakutan bagaimana tidak puluhan memedi terbang di atasnya mencoba meraih tubuhnya.
Bella menoleh lagi, dilihatnya ke belakang Kirana masih mengejarnya dengan langkah terseok-seok. Gadis itu sangat panik, hingga ia tersandung pohon tua yang tumbang.
Kakinya terkilir, ia merangkak menuju gubuk tua untuk bersembunyi. Gadis itu mengistirahatkan kakinya, ia mengaduh sakit dilihat kakinya sudah lebam akibat tersandung tadi.
Seorang anak kecil menghampiri Bella. ''Mbak..'' Bella tersentak kaget, ada seorang anak kecil di tengah hutan seperti ini. Bella mengamati anak kecil itu dari atas kepala hingga bawah kaki, Bella bernapas lega karna kaki anak kecil itu menyentuh tanah.
''Mbak kaki kamu terluka?'' Tanya anak kecil itu yang dibalas anggukan Bella.
Bella masih mengaduh sakit, kakinya terasa nyeri. ''Ikut kerumahku mbak, biar diobatin Ibu saya.'' Bella berfikir dan sedikit ragu akan ajakan anak kecil itu, tapi rasa takut dikejar demit lebih besar maka Bella pun setuju.
Dengan langkah tergopoh-gopoh menahan nyeri Bella mengikuti langkah anak kecil yang ada didepannya. ''Dek namamu siapa?'' Tanya Bella.
''Ragiel mbak..'' Ragiel sendiri berarti anak terakhir atau anak bungsu dalam bahasa Jawa.
''Kamu sendirian ditengah hutan malam-malam begini gak takut?''
''Mboten mbak, rencang kula katah (Nggak mbak, temen ku banyak.)''
Bella hanya mengusah-usap lengannya, dan sesekali menoleh kanan kiri yang entah perasaannya saja atau apa banyak sosok yang mengintip dirinya dibalik semak belukar.
Di depan sudah ada pemukiman warga, rumah-rumah disana pun masih sangat sederhana hanya terbuat dari kayu saja, rumah dengan bangunan batu bata sama sekali tidak terlihat di desa itu.
Ragiel mempersilahkan masuk pada salah satu rumah disana. ''Ibu.. Ragiel pulang.'' Ucapnya, yang disambut seorang wanita paruh baya berbadan gempal membukakan pintu rumah.
''Ragiel, sopo cah ayu iku le? (Ragiel, siapa gadis cantik itu nak?)'' Tanya Ibu Ragiel yang merasa heran anaknya membawa seorang gadis ke kediamannya.
''Ini mbak Bella bu, kakinya sedang sakit makanya Ragiel bawa kerumah biar bisa diobatin Ibu.'' Ucap Ragiel, memperkenalkan Bella pada Ibunya.
Ibunya mengangguk paham, dan mempersilahkan Bella masuk. Bella pun dipapah (dibopong) oleh Ibu Ragiel masuk ke dalam salah satu kamar yang ada dirumah itu.
Ibu Ragiel keluar kamar, mengambil minyak urut. Tidak lama ia pun kembali, dan mulai memijat kaki Bella yang terkilir.
''Sudah mbak, sekarang mbak istirahat dulu.'' Ucap Ibu Ragiel beranjak pergi meninggalkan Bella sendirian didalam kamar.
Bella pun tertidur beralaskan tikar, dinginnya lantai rumah yang masih berupa tanah liat menembus hingga ke tulang, ditemani api obor yang tergantung didinding sebagai pencahayaan kamar.
''Mbak..''
''Mbak sampeyan sampun tilem ta? (Mbak kamu sudah tidur ya?)'' Tanya Ragiel berdiri didepan pintu kamar.
Bella yang mendengar suara Ragiel pun terbangun dengan terkantuk-kantuk. ''Kenapa Ragiel?'' Tanya Bella dengan mata yang masih merem melek.
''Mbak baturi pipis (Mbak temenin pipis)'' Ucapnya memegang ekhemnya, mungkin sudah kebelet.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD
Mystery / ThrillerTakdir yang mengharuskan Bella bertemu dengan Peter seorang 'pembunuh berdarah dingin' membuat Bella harus memilih untuk tetap mencintai ataukah membunuh Peter. Yang penasaran, langsung saja di baca!! Noted: Psychopath, Gore, Horror ⚠️WARNING⚠️ 🔴...