Teror 1

347 102 757
                                    

Diharap membaca dengan tidak terburu-buru agar feel-nya lebih kerasa 😃

Pagi itu Bella baru saja terbangun. ‘’Ah.. dimana aku.’’ katanya sembari memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Gadis itu mencoba mengingat apa yang sedang terjadi pada dirinya, matanya menyorot ke bawah.  Gadis itu bernafas lega karna tubuhnya masih lengkap dengan pakaian yang ia gunakan semalam. 

Dengan cepat Bella pergi meninggalkan hotel  tua itu terlihat dari desain bangunannya yang kuno. Bella terheran-heran karena jalanan masih sangat sepi padahal sudah jam 9 pagi. Gadis itu berjalan sendirian mencoba mencari kendaraan untuk pulang ke rumah namun entah kenapa gadis itu merasa seperti ada yang mengikuti dirinya. Beberapa kali Bella menoleh ke belakang, namun tidak ada siapa-siapa.

Bella melanjutkan langkahnya, lagi-lagi perasaan tak enak itu muncul lagi seperti  ada seseorang yang mengikutinya. Sayup-sayup Bella mendengar suara cekikikan lirih, saat ia menoleh tidak ada siapapun di samping kanan kirinya.

Hingga di persimpangan jalan Bella mendapati sebuah halte bus, Bella terduduk dan menunggu. Tak lama sebuah bus Puwo Widodo datang, Bella mencoba bertanya pada sang kernet. ‘’Pak ngapunten, bus niki lewat jalan Sedya Utama mboten? (Pak permisi, bus ini lewat jalan Sedya Utama nggak?)’’

Kernet itu mengangguk. ‘’Nggih mbak, monggo (iya mbak, silahkan)’’ Jawabnya mempersilahkan Bella untuk menaiki bus itu.

Bella pun masuk dan merebahkan bokongnya di kursi dibelakang supir bus. Beberapa kali sang sopir melirik Bella dari kaca depan bus dengan tatapan yang aneh, Bella mencoba menghiraukannya dengan memasang earphone di telinga dan mendengarkan musik.

‘’Pak berhenti pak..’’ Seru Bella.

Bus pun berhenti. ‘’Ini pak..’’ Ucap Bella sembari menyodorkan selembar uang pada pak supir.

‘’Lho mbak kurang ini..’’ Jawab sang supir dengan wajah terheran karena Bella hanya memberikan selembar uang padanya.

Bella tak kalah heran dengan sang supir, setaunya ongkos bus memang segini. ‘’Apa supir ini sedang memeras aku ya.’’ Batin Bella curiga.

‘’Ngapunten pak, tapi kulo gur dewekan ki pak (Maaf pak, tapi saya kan hanya sendiri pak)’’ Ucap Bella heran.

‘’Gimana sih mbak, itu kembaran kamu masa nggak dibayarin.’’ Ucap pak supir sembari menunjuk di belakang Bella yang tidak ada siapa-siapa.

‘’Ha.. kembaran? Kembaran dari Hongkong, orang aku nggak punya kembaran gila ini supir.’’ Batin Bella dengan wajah sangat kesal. Bella turun dari bus menghiraukan teriakan sang supir meminta bayaran lebih.

Bella misuh-misuh (ngedumel) sepanjang jalan menuju rumahnya. ‘’Asu, jik isuk wes marai wong emosi wae. (Anj*ng, masih pagi sudah bikin orang emosi saja)’’

Bella pun sampai di depan rumahnya tentu dengan pakaian gamis yang sudah digantinya. Bella mengetuk pintu rumah. ‘’Mam, papi anakmu pulang..’’ Seru Bella dari luar rumah.

Tidak ada sahutan dari orang rumah, Bella mencoba mengetuk kembali. ‘’Mas Dimas adik cantikmu sudah pulang, bukain pintunya nyet.’’ Seru Bella dengan suara meninggi.

Lagi-lagi tidak ada sahutan, dengan kesal Bella mencoba membuka pintu rumah yang ternyata tidak terkunci. Gadis itu melangkah masuk, dan mendapati abangnya sedang menonton Doraemon di ruang tamu. Dengan langkah marah Bella menuju abangnya dan..

PLAAK

Pukulan kencang mendarat di kepala Dimas abang Bella, pria itu hanya diam masih fokus menatap layar tv didepannya. ‘’Jancok  aku wes mberak-mberok kat mau ra mbok buka ne pintu asu tenan kowe. (Sialan, aku sudah teriak-teriak dari tadi nggak kau bukain pintu anjing betul kau.)’’

BLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang