"Loh Ase, lo beli pembalut?"
Mampus!
Dimana diletakkan muka Ase?
Ember mana ember???
Ase menelan ludahnya susah payah lalu menoleh ke samping, dan ternyata orang yang memergokinya beli pembalut adalah Tina, sekretaris di kelasnya yang mempunyai mulut pedas lebih pedas dari cabe cabean.
"Iya, kenapa?" tanya Ase nyolot.
"Emang lo bisa mens juga ya? Lo sebenarnya laki tulen atau transgender?" ucap Tina sadiss.
"Enak aja, gue cowok tulen! Gak percaya? Pengen gue kasih bukti?"
"Dih gak makasih," ucap Tina lalu berlalu.
Ase mengabaikan saja sekretaris sadisnya itu, lalu ia segera mencari Una untuk memberikan pembalut itu.
***
Hujan.
Satu kata sejuta kenangan.
Hujan deras mengguyur kota disertai gemuruh yang bersahut-sahutan. Ase masih di sekolah, ia baru saja keluar kelas.
"Clar, lo kedinginan ya?" tanya Ase melihat Clara menggigil kedinginan.
Ase segera mendekatkan badannya ke Clara lalu memeluk gadis itu dari samping, menghangatkannya.
Clara tersenyum melihat perhatian Ase kepadanya, Ase sangat perhatian, membuat cinta Clara kepada Ase semakin tumbuh besar.
Una melihat drama keuwuuann sahabatnya itu memutar bola mata malas, menurut Una, mereka lebay! Toh hujan sedikit langsung kedinginan, pake acara peluk-pelukan lagi, kesal Una dalam hati.
Clara bersin, ia mendadak kena serangan flu, Clara mengusap hidungnya yang langsung memerah.
"Clar, kayaknya lo sakit deh, gue anterin pulang ya," ajak Ase dan Clara mengangguk setuju.
"Na, gue anterin Clara ya sekalian mau ke apotek beliin obat dulu," pamit Ase meninggalkan Una yang masih cengo sendirian di parkiran.
Ase berlari bersama Clara menuju mobilnya, pria itu menutupi kepala Clara dengan tangannya agar hujan tak membasahi kepala gadis itu.
"Ck. Nonton drama gue," dengus Una.
"Eh trus gue pulang sama siapa dong?" tanya Una, detik kemudian mobil Ase meleset meninggalkan parkiran sekolah.
Una mengerang kesal, kenapa Ase meninggalkannya sendirian di sini.
"Ah udahlah, gue pengen mandi hujan aja, udah lama gue gak hujan-hujanan," ucap Una tersenyum senang.
Lalu Una melangkahkan kakinya menembus hujan yang langsung membasahi badannya. Una merentangkan kedua tangannya menikmati hujan yang turun menimpa wajah cantiknya.
Teman-teman Una menatap gadis itu takjub, baru kali ini mereka bisa melihat Una tertawa lepas dan sangat ceria, biasanya hanya muka horor dan tatapan tajam saja yang mereka lihat.
Una bukan sombong, tapi ia hanya menyukai kesendirian, Una mempunyai muka jutek dari lahir, jadi jika ia menatap orang-orang pasti kelihatan judes, padahal memang muka Una yang seperti itu, walaupun sifatnya juga dingin seperti es.
Una asik menari-nari di bawah hujan, tak memikirkan jika ia akan jatuh sakit karena hujan-hujanan, Una sangat menyukai hujan, dulu ia sering mandi hujan bersama Ase waktu kecil.
Asik menari-nari Una tak sengaja menabrak badan seseorang.
Mateek!
Una dengan hati-hati menoleh ke atas menatap muka orang yang telah ditabraknya, bisa bahaya jika ia menabrak guru, apalagi kepala sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga (Sequel LYB1)
Roman pour AdolescentsPersahabatan antara cowok somplak dengan cewek seram, walaupun keduanya berbeda namun perbedaan membuat mereka nyaman bersahabat dari kecil. Mempunyai teman dekat rumah pastinya menyenangkan,apalagi kenal sudah dari bayi tentunya kedua sejoli ini ma...