___ Kesalahan ___

2K 245 7
                                    


Mata merah milik Kaizo memandang sosok yang terbaring lemah di hadapannya, sosok anak buah yang begitu ia percayai_ yang hingga saat ini masih belum sadarkan diri.

Meski matanya memandangi Lahab, namun pikirannya melayang jauh. Hingga saat ini, Kaizo tidak mengerti, kenapa Lahab bisa ada disini? Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah ia memerintahkannya untuk mengawasi Halilintar di Bumi?

Ah, Kaizo tidak mengerti. Bagaimana pun, arah dari tempatnya dengan Bumi itu tidak perlu melalui Volcania, jadi, kenapa Lahab bisa ada di sana?

Menghela nafas, Kaizo tahu kalau ia terus-terusan mempertanyakan pada diri sendiri, bukan jawaban yang akan ia dapatkan, melainkan hanya kebingungan tak berujung.

Alhasil, pemuda itu memilih untuk keluar ruangan perawatan, meninggalkan Lahab yang terbaring disebuah tabung kesehatan.

Saat keluar dari ruangan itu, Kaizo langsung menuju ke arah kemudi pesawat, mengaktifkan hologramnya dan mencoba mencari sesuatu di sana.

"Huh? Kenapa tidak ada? Harusnya jika sebesar itu, ledakan energi yang kurasakan dua hari yang lalu pasti masih terdeteksi. Tapi... Kenapa menghilang begitu saja?"

Kaizo tidak mengerti. Ada apa ini? Bukankah secara jelas ia melihat sendiri, titik merah yang berubah-ubah menjadi kuning kemudian hitam dan kadang berpendar seperti cahaya pelangi tampak di sekitaran Planet Bumi? Lalu... Kemana perginya titik itu?

"Semoga... Ochobot menemukan apa yang dicarinya..."

_______

_______

_______

Bersama Solar, remaja itu saat ini tengah melamun di dekat jendela kapal angkasa milik Fang. Mata dibalik kacamata jingganya menatap lurus keluar jendela, tepat pada kumpulan gunung berapi yang sesekali memercikkan lava panas.

Ah, iya. Kedua pesawat angkasa itu_milik Fang dan Kapten Kaizo_ sama sekali tidak meninggalkan Planet Volcania. Para penghuninya memilih tetap berada di sana selagi menunggu Lahab sadar dari pingsannya.

"Tsk, apa kau mau terus disitu sampai mati, huh?"

Siapa lagi kalau bukan Fang? Partner ungunya itu memang selalu mengganggu kesenangannya melamun.

Solar menoleh, memandang Fang yang mendudukkan dirinya di kursi kemudi. Jangan lupakan mantel ungu yang masih melekat di tubuhnya, meski tanpa helm.

"Aku punya pertanyaan untukmu!" Solar mendekat, melepaskan helm di kepalanya saat menyadari betapa beratnya kepalanya.

"Hm?" Fang masih terlihat santai, menaikkan kedua kakinya di atas kemudi pesawat dengan tidak sopannya. Ah, ini 'kan pesawatnya sendiri.

"Sebenarnya, kau berbohong pada kakakmu, 'kan?" Solar melancarkan pertanyaan dengan mata yang menuntut penjelasan.

"Hm?"

Masih sama, respon Fang masih terlihat tak peduli selain sebelah alis yang dinaikkan.

"Kau berbohong saat mengatakan jika kau menemukan Lahab hanya karena tak sengaja lewat, iya 'kan?"

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

Demi apapun, dibawah tatapan Solar yang mengintimidasi, kenapa Fang masih saja santai? Padahal 'kan, Solar mempelajari tatapan intimidasi ini dari Halilintar, kenapa tidak mempan? Apa mungkin ia masih belum menguasai 'tatapan intimidasi ala Halilintar' dengan sempurna ya?

"Pertama, kau mengatakan padaku jika akan mengajakku menemui orang yang bisa membantuku menemukan informasi tentang kedua alien kembar itu. Kedua, kau mengatakan pada Kapten Kaizo jika kita berdua baru melaksanakan misi dan tak sengaja lewat, padahal secara jelas kita tidak punya misi apapun yang melewati Volcania. Ketiga, kau menyembunyikan tanganmu yang bergetar di belakang punggungmu, beruntung aku ada di belakangmu dan melihat jelas getaran tanganmu. Kesimpulannya adalah, kau mengajakku hanya sebagai topeng agar kakakmu percaya kalau kita baru pulang dari misi, iya 'kan?"

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang