___ Mata yang Berharga ___

1.3K 183 138
                                    

Malam masih panjang, pergerakan bulan pun masih belum menunjukkan tanda akan cepat berakhir.

Namun, hal itu tidak membuat Halilintar kembali memejamkan matanya setelah beberapa saat lalu ia terbangun.

Alas tidurnya yang hanya berupa tikar tipis yang tergelar di atas lantai dingin membuat tidurnya tidak terasa nyaman, belum lagi udara malam itu memang bersuhu rendah, hingga remaja beriris ruby itu sempat menggigil kedinginan.

Alhasil, setelah dirasa tidak mungkin lagi ia tertidur, Halilintar memutuskan untuk terjaga sepenuhnya. Mungkin tidak masalah, karena malam-malam sebelumnya pun ia memang tidak bisa tidur nyenyak ketika dirinya selalu bermimpi tentang masa lalunya.

Berbicara tentang mimpi, malam ini ia tidak lagi mengalaminya. Dan Halilintar tahu hal itu adalah karena ingatannya telah kembali sepenuhnya, hingga mimpi-mimpi yang berasal dari memori masa lalunya tidak bermunculan di saat ia tertidur.

Beranjak dari tikar yang ditidurinya, pandangan Halilintar terarah pada ranjang miliknya, dengan tiga sahabat masa kecilnya yang masih belum sadarkan diri.

Sebisa mungkin Halilintar menahan diri untuk tidak menghela nafas, sadar jika malam ini helaan nafas yang ia keluarkan sudah tidak terhitung lagi.

Memandang ketiganya prihatin, ingin sekali Halilintar menyembuhkan mereka. Tapi tidak, kuasa penyembuhan miliknya belum bisa ia kendalikan, dan ia tidak mau hanya karena kuasanya itu, keadaan sahabat-sahabatnya menjadi lebih parah dari sebelumnya.

Mengalihkan pandangan, mata tajam Halilintar berhasil menembus keluar dari dinding kamarnya, dan ia dapat melihat jika disebelah kamar miliknya, kamar Taufan, kelima saudaranya sudah tidak ada disana. Tidak kelimanya juga sebenarnya, karena Taufan sebagai pemilik kamar, masih berada di dalamnya sembari tertidur pulas.

Melihatnya, Halilintar tersenyum. Adik pertamanya itu hanya bisa diam saat sedang tidur saja. Dasar!

Mengalihkan pandangan, tatapan tajam Halilintar jatuh pada kamar di sebelah kirinya, milik Tok Aba. Dan yang ia temukan adalah sosok sang Atok yang tengah tertidur dengan Ochobot di sebelahnya.

Ochobot...

Setelah pertengkaran Halilintar dengan Blaze-Ice yang membicarakan 'adik baru', Ochobot tidak lagi berbicara dengannya.

Entahlah. Bahkan telepati mereka pun sudah terputus, membuat Halilintar berpikir, apa mungkin Ochobot masih marah padanya? Buktinya, dia yang biasanya selalu menempel dengan Halilintar malah menjauh begitu saja, dan sekarang lebih memilih tidur di kamar Tok Aba daripada kamarnya.

Air muka Halilintar berubah murung saat ia menatap wajah tidur sang Atok. Pria tua itu.... Terlihat kelelahan.

Entah Halilintar harus merasa marah atau kasihan pada sang Atok, jika mengingat pembicaraan Tok Aba dengan Ochobot tadi siang.

Bagaimanapun, selama ini Tok Aba lah yang selalu menemaninya, menghiburnya dan bersedia menjadi orang tua pengganti untuknya.

Senyuman sang Atok begitu tulus padanya. Pelukannya, kasih sayangnya, nasihatnya, semuanya! Tok Aba begitu lembut hingga sosok berhati keras seperti dirinya pun bisa luluh oleh sang Atok.

Tapi siapa sangka, dibalik semua itu ada hal lain yang menjadi tujuan Atoknya?

Halilintar akui, ia kecewa. Sangat kecewa.

Namun ia bisa apa? Memang ini salahnya. Tok Aba pasti memiliki perasaan seperti ayahnya, perasaan membenci dirinya.

Memang pantas ia dibenci, karena semua masalah bermula dari dirinya.

Kehadirannya yang membuat kedua kakaknya meninggal.

Kehadirannya yang membuat GogoBugi bisa sampai hancur seperti sekarang.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang