___ Kembang Api di Langit TAPOPS ___

1.8K 202 105
                                    

Boboiboy tengah menatap langit galaksi di atas pesawat milik Laksamana, saat Halilintar berjalan mendekati dirinya.

"Kak Boy..."

Panggilan lirih itu memang masih di dengar, tapi Boboiboy memutuskan untuk tidak menyahut. Ia masih mengarahkan wajahnya pada langit angkasa, melihat jutaan miliar bintang yang bertebaran di atasnya. Setidaknya pemandangan langit malam ini jauh lebih baik dari pada apa yang akan di bicarakan Halilintar padanya.

Sadar panggilannya tak akan mendapat respon, Halilintar berjalan dan mendudukkan dirinya di samping sang kakak, lalu memberi isyarat pada sosok di belakangnya untuk mendekat.

"Kau kenapa?"

Nada suara Halilintar masih sangat lirih, penuh kehati-hatian. Bagaimana pun, ia tahu suasana hati kakaknya sedang tidak baik saat ini, dan ia tidak mau memperburuk keadaan.

Masih tak ada suara, tapi Halilintar belum menyerah untuk bicara. "Voltra sudah sembuh, kak Boy" ucapnya sembari menatap sosok sang adik bungsu yang masih berdiri.

"Khe, terus saja kau perhatikan dia. Alien gila hampir mati sepertinya tidak perlu kau pedulikan!" Bukannya menjawab, Boboiboy seolah tengah mengutarakan kekesalannya.

Masih seperti biasa, isi kalimat sang kakak memang menyakitkan untuk di dengar, bahkan Halilintar sendiri harus meringis mendengarnya. Ia mengalihkan pandangan untuk tidak menatap wajah Voltra yang berdiri di belakang kakaknya.

"Memangnya kau percaya dia benar-benar jahat? Kau tidak akan mengetahui kebenarannya jika terus seperti ini, kakak!" Ia berusaha membujuk, bagaimana pun rencananya harus berjalan lancar seperti yang ia pikirkan. Memperbaiki hubungan persaudaraan mereka.

Boboiboy berdecih, lebih memilih memandang ke samping kanannya saat Halilintar berada di sebelah kirinya. Bagaimana bisa ia memandang Halilintar sekarang saat tatapannya justru menyiratkan kebencian?

"Kak..." Halilintar masih sabar memanggil. Setidaknya stok kesabarannya sudah mulai meningkat, jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena ia sadar, dirinya bukan lagi sulung elemental yang memiliki kesabaran setipis kertas, tapi ia telah kembali menjadi si bungsu yang selalu di lingkupi kesabaran.

Ugh, peran yang menyedihkan dan terlihat lemah baginya sekarang!

Saat tak ada respon kembali, sang pengendali petir itu hanya bisa menghela nafas, sebelum kemudian kembali bersuara.

"Aku membenci Voltra..."

Ucapan Halilintar bukan hanya mengambil perhatian Boboiboy yang kini menatapnya, tapi juga membuat si pemilik nama tersentak tak menyangka. Ah, padahal beberapa waktu yang lalu baru saja mereka saling memeluk seperti layaknya saudara.

"Semenjak Voltra datang, ayah terlihat lebih menyayanginya daripada aku. Padahal, dari semenjak aku hidup di Bumi, seperti apapun yang aku lakukan, ayah tidak pernah memperhatikanku. Segala yang di lihatnya tentang aku, semuanya salah!"

Mendengar lanjutan kalimat itu, Voltra menunduk. Ia tahu rasanya, karena dirinya pun di perlakukan seperti itu oleh saudara-saudaranya.

"Ochobot, dia juga membenci Voltra lebih dari aku membencinya. Dan melihat sikap kami, saudara-saudara ku yang lain justru ikut membenci Voltra!"

Halilintar tidak menatap Voltra, karena ia tahu wajah itu pasti tengah meredup kehilangan cahayanya.

"Tapi kemudian, seiring waktu aku sadar, Voltra... Tidak bersalah apa-apa!"

Kepala Voltra yang tertunduk kembali terangkat mendengar ucapan lanjutan dari sang kakak. Ia yang masih berdiri, menatap Halilintar seakan ingin mendengar kalimat selanjutnya.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang