___ Serangan Red Flash? ___

1.8K 205 29
                                    

"Lin! Jangan lari-lari!"

Teriakan seorang anak terdengar, bernada cemas yang kentara. Sedangkan anak yang diteriaki, hanya memeletkan lidah seakan menantang.

"Blek.. kejar aku kalau bisa, kak Boy!"

"Gr... Awas kau, adik nakal!" Dengan geram sang kakak mempercepat larinya, membuat anak yang berada di depan semakin bersemangat memecut langkah.

"Hahahahah...." Lin tertawa lepas, menoleh kebelakang saat melihat kakaknya kesulitan mengejarnya. Setidaknya, kakak keduanya ini tidak secepat kakak pertamanya yang memiliki kecepatan kilat, jadi ia bisa dengan mudah menjaga jarak agar sang kakak tidak menangkapnya.

"Hahahahha... Kak Boy lambat!" Ejekan mengudara, membuat sang kakak menatapnya kesal.

"Awas kau, kalau ku tangkap, aku akan mengerjaimu habis-habisan!"

"Tidak aka_aduh!"

"Lin?"

Sang adik mengaduh saat ia tak sengaja menabrak sesuatu, membuatnya terjerembab ke tanah dengan beberapa balok kayu yang semula tersusun rapi kini bergeletakan karena ulahnya yang menabrak kayu-kayu itu.

Jatuhnya sang adik tentu saja membuat Boy panik, hingga mempercepat larinya dan langsung menghampiri sang adik, memeriksa tubuhnya berharap tidak ada yang terluka.

"Kau tidak apa-apa 'kan?"

"Um, sakit!" Sang adik meringis, menunjukkan tangan dan kakinya yang sempat bergesekan dengan balok kayu hingga menunjukkan memar merah, meski tidak terlalu parah.

"Ya ampun, kau ceroboh sekali sih. Makanya kalau lari, liat-liat..." Dengan gerutuannya, Boy mengusap-usap memar di tangan adiknya.

"Bola kilat!"

"Hk?!"

Lin mematung di tempat, saat sebuah cahaya dengan percikan listrik hitam melesat ke arahnya, hampir saja mengenai sisi wajah bagian kanannya.

Melihat hal itu, Boy menolehkan kepalanya ke arah serangan itu berasal, dan menemukan seorang anak seusia keduanya yang memiliki rambut hitam dan mata hitam.

"Kakak? Apa-apaan kau? Bagaimana kalau Lin terluka karena seranganmu?" Berpikir bahwa sang kakak mungkin tidak sengaja, Boy mengomel kembali, merasa khawatir jika saja adik kembarnya itu mendapat bahaya.

"Tsk, kalian mengganggu latihanku!" Dengan dingin, sosok anak yang dipanggil 'kakak' oleh Boy itu menjawab, menunjukkan raut terganggu sembari menatap balok-balok kayu yang sudah tergeletak tak beraturan.

Awalnya, balok kayu itu sudah ia susun rapi untuk bahan latihannya. Tapi karena adik kembarnya tiba-tiba datang dan menabrak balok-balok itu, dengan kesalnya ia mengarahkan serangan pada sang adik, sedikit mendecih kesal karena ternyata serangannya tidak tepat sasaran.

"Tapi tidak begitu juga, 'kan? Lin tidak sengaja menabraknya!" Memasang wajah masam, Boy membantu sang adik untuk berdiri, kemudian menatap kakaknya dengan tajam.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang