2

28 5 0
                                    

"Rindu itu rasanya nyata, tapi pertemuannya halu"



Andai saja waktu bisa diputar ulang, mungkin hari itu aku memilih untuk tidak memulai. Andai saja waktu bersamamu aku tidak menaruh harapan sebesar itu, mungkin sakitnya juga tidak separah ini. Tapi itu semua tidak akan terulang, aku hanya bisa berandai andai. Biarlah penyesalan ku nikmati seperti kopi, walau pahit harus ku telan perlahan lahan. Setidaknya bersama mu walau banyak menyisahkan luka aku juga banyak belajar, belajar untuk tidak menumpukan hidup ke orang lain, belajar tidak menaruh harapan yang tinggi, belajar sabar, belajar ikhlas karna hal yang paling kita sayang tidak akan pernah selamanya bersama walau hanya sekedar bayang.

Kini tinggallah aku dengan penyesalan. Tinggallah aku bersama janji yang dulu kita ikrari bersama, tinggallah aku yang tenggelam dalam luka nestapa. Bukan lukanya yang membuat semua terasa sepedih ini. Tapi cara mu yang membuat hati ku mati. Trauma akan laki laki, tidak bisa percaya dengan janji, dan enggan untuk jatuh cinta lagi.

Pelangi menggelengkan kepala, mengusir pikirannya yang jauh berkelana ke masa lalu. Sudah setahun lebih namun rasanya masih saja perih. Pelangi memegang dadanya, menekannya berharap sesak yang semakin terasa menikam dadanya hilang, air matanya jatuh tanpa suara. Pelangi menghapusnya secara kasar, dia tidak boleh lemah, dia harus kuat.

"gak! gak! Pelangi gak boleh cengeng, isshh apaan sih pake nangis nangis segala. Pelangi kan kuat" kata pelangi menguatkan dirinya sendiri. Ya memang begitulah pelangi.

Pelangi melirik jam dinakasnya, dia membelalakkan mata terkejut karena waktu sudah menunjukkan jam setengah tujuh, tiga puluh menit sisa waktu yang dimiliki pelangi sebelum bel sekolah berbunyi. Dia segera bangkit dari kasurnya meraih handuk dan berlari masuk kedalam kamar mandi.

Cuma butuh waktu tujuh menit untuk pelangi menyelesaikan ritual mandi kilatnya, dia bergegas memakai seragam lalu memoles sedikit bedak bayi ke wajahnya.

Setelah semua selesai pelangi berjalan tergesa gesa keluar dari kamar menghampiri bunda dan ayahnya yang berada di ruang makan.

"pagi yah, pagi bun" sapa pelangi, sambil meraih segelas susu yang sudah disiapkan oleh bundanya.

"pagi sayang" kata damian ayah pelangi membalas sapaan putri bungsunya.

"kalau minum itu duduk pelangi" tegur sang bunda melihat anaknya yang meneguk susu dengan tergesa gesa sambil berdiri.

"iya bun, maaf besok gak lagi. Pelangi udah telat, pelangi jalan dulu yah, bun" kata pelangi sambil meraih tangan ayah dan bunda nya lalu menciumnya secara bergantian.

"assalamualaikum, dahhh" kata pelangi berlari keluar rumah.

"walaikumsalam" jawab ayah dan bunda serempak.

❤❤❤

Pelangi menatap pagar tinggi didepannya yang nampak sudah ditutup. Pelangi merutuki dirinya yang melamun dipagi hari, gara gara dia hanyut memikirkan masa lalunya yang kelam jadilah dia terlambat.
Sungguh sial batinnya.

Tidak mungkin dia bisa masuk kedalam lagi. Dia harus menunggu jam pelajaran kedua, untuk bisa masuk lewat gerbang.

Diberputar, celingukan kesana kemari, sembari berpikir dimana tempat yang pas untuk menghabiskan waktu.

"woii" teriak seseorang kepada pelangi.

Pelangi yang mendengar suara seseorang pun memutar tubuhnya menghadap seberang jalan, dia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan apakah dia yang dipanggil. Orang itu mengangguk,mengiyakan bahwa memang pelangi yang dipanggil.

Ragu ragu pelangi berjalan kearah seseorang tersebut. Sampai dihadapan orang tersebut pelangi mendongak menatap nya, lalu manaikkan sebelah alisnya bertanya 'apa'.

"lo telat? " tanya orang itu.

"iyaa, kenapa? "

"duduk diwarung ini aja, dari pada lo berdiri didepan gerbang kek kambing congek ntar ketahuan guru bk mampus lo" ajak orang itu sambil bercanda.

"oke deh" jawab pelangi setelah menimang nimang tawaran seseorang itu.

"oh iya, kenalin nama gue Dava Mahesa, lo bisa panggil gue dava" kata dava memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

"gue Pelangi" jawab pelangi singkat sambil menyambut uluran tangan dava.

"oh, ayok masuk" ajak dava sambil berjalan masuk kearah warung.

Pelangi tidak menjawab, dia hanya mengikuti langkah kaki dava.

Ternyata didalam tidak hanya ada dava, banyak murid lain juga. Mungkin mereka juga terlambat pikir pelangi.




Jangan lupa vote dan komentarnya readersku :)

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang