Musim panas sudah tiba beberapa hari yang lalu, suhu udara sudah meninggi nyaris menyentuh angka 34°C membuat tubuh terasa berkeringat setiap saat. Namun, banyak pula masyarakat yang berbondong-bondong menuju taman untuk melepas penat atau sekedar mencari angin sambil meminum minuman dingin. Sangat menyegarkan.
Kang Seulgi tengah membantu mengeluarkan loyang berisi cocholate cookies yang harumnya menguar memenuhi dapur. Shift-nya sudah berakhir 15 menit yang lalu namun dia masih enggan beranjak dari tempat kerjanya tersebut. Sebut saja Seulgi terlalu rajin dan tidak berniat untuk kembali ke rumahnya.
"Kang Seulgi, kau tidak pulang?" Tanya Son Seungwan, salah satu temannya yang kini sudah melipat apron.
"Sebentar lagi, selesai memasukan adonan terakhir ke pemanggang" Jawab Seulgi sambil menempatkan scoop terakhir adonan dalam loyang. Setelahnya, dia mengangkat loyang yang telah berisi delapan bulatan adonan tersebut dalam panggangan.
"Ahra-ya, aku sudah memasukan adonan terakhir, jangan sampai lupa!" Teriak Seulgi pada wanita yang tengah membaca pesanan dari pengunjung.
"Siap! Terima kasih, sekarang pulang lah, mungkin pacarmu sudah menunggu di luar" Jawab Ahra membuat Seulgi menggerutu.
Seulgi berjalan ke arah loker tempat dia menyimpan barang miliknya, melepas apron lalu mencuci tangan.
"Mau pulang denganku? Yoongi menjemput dan kami bisa mengantarkanmu terlebih dahulu" Tawaran Seungwan terdengar menggiurkan untuk Seulgi yang memiliki rumah di pinggiran kota Seoul dan sedang berhemat.
"Lalu melihat kalian berdua bermesraan di dalam mobil? terima kasih, Seungwaan. Tawaranmu membuatku ingin muntah"
Seungwan tertawa mendengarnya, Seulgi memang sedikit ketus, tapi dia sudah terbiasa.
"Sudahlah, aku pergi, Yoongi sudah menunggu di depan" Pamit Seungwaan dan keluar lewat pintu belakang kafe. Seulgi hanya berdeham menyahuti Seungwaan yang telah berlari dengan semangat.
Belum ada sepuluh detik Seungwaan menghilang di balik pintu, wanita itu muncul lagi membuat Seulgi terkejut dan hampir menjatuhkan tas miliknya.
"Kang Seulgi, pacarmu menunggu! Cepatlah, nampaknya dia lebih dulu datang daripada Yoongi! Jangan terlalu lama bersiap!"
Pacar?
Seulgi menghela nafas mendengarnya. Dia yakin pasti laki-laki itu berbuat bodoh untuk menunggunya pulang bekerja.
Setelah berpamitan kepada atasan, chef juga temannya yang lain, Seulgi berjalan keluar dan menemukan laki-laki tersebut tengah berdiri di samping mobil hitam mengkilatn sambil memakan sebuah apel. Mata mereka bertemu dan membuat dua ekspresi yang berbeda di antara keduanya. Senyum lebar laki-laki itu dan dengusan malas dari Seulgi.
***
Keheningan terjadi di dalam mobil yang tengah melaju tenang menuju pinggiran kota. Seulgi masih memangku dagunya dan melihat jalanan sore yang mulai ramai, Hey! hari ini adalah sabtu malam, weekend yang dinantikan seluruh orang, wajar saja jalanan terlihat sangat ramai.
Ting!
Satu bunyi pemberitahuan pesan masuk ke ponsel Seulgi membuatnya beralih. Membuka tas dan meraih ponsel yang sudah retak dimana-mana itu. Satu helaan nafas panjang menjadi reaksi yang dia tunjukan setelah membaca persan tersebut.
"Ada apa?"
Seulgi menoleh sebentar sebelum menggeleng dan memaksakan senyum tipisnya. Park Jimin, laki-laki yang tengah menyetir tersebut mengangguk mengerti, mungkin masalah pribadi.
Seulgi membenarkan posisi duduknya yang sedari tadi bersandar pada kaca mobil. Setelah membaca pesan berisi himbauan pemilik goshiwon yang dia tinggali menagih pembayaran untuk bulan ini yang sduah telat hampir seminggu membuatnya sakit kepala.
Bulan lalu dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menekan pengeluaran dengan berbagai cara. Salah satunya menyanggupi ajakan Jimin untuk mengantarnya pulang supaya biaya transportasinya berkurang, juga sering membawa sisa bahan makanan di kafe untuk dia bawa namun tetap tidak bisa menutupi uang sewa rumahnya.
"Kau tidak lapar? ingin makan dahulu? di sekitar sini ada kedai samgyetang dan bingsu yang enak, kita bisa berhenti dahulu" Tawaran Jimin itu membuat lamunan Seulgi tentang bagaimana cara berhemat buyar seketika.
"Tidak, terima kasih tawarannya" Tolak Seulgi. Lebih baik dia memakan kimchi dan rumput laut yang kemarin dia beli daripada mengeluarkan uang lebih hanya untuk makan malam.Jimin tidak lagi berbicara macam-macam meski ratusan tawaran makanan sudah siap di ujung lidahnya untuk dia tanyakan pada Seulgi. Dia diam ketika Seulgi sudah bersiap untuk turun padahal jarak mereka masih 300 meter lagi.
Mobil SUV keluaran terbaru itu berhenti di depan gedung yang sudah tua dan minim penerangan pada waktu malam hari itu. Seulgi menyampirkan tas dan bersiap keluar.
"Terima kasih, Jimin, atas tumpangannya. Aku merasa sangat berhutang budi padamu, maaf merepotkan" Ucap Seulgi ketika akan membuka pintu.
"Ah! Tidak apa, aku tidak keberatan sama sekali" Jawab Jimin dengan senyuman cerah.
Seulgi mengangguk sopan dan keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam bangunan tersebut. Jimin masih belum beranjak sampai Seulgi benar-benar hilang di balik tangga gedung tersebut. Setelah lima menit, Jimin baru kembali menghidupkan mobil dan pergi meningglakan tempat tersebut.
"Selamat malam, Kang Seulgi"
***
Suara ketukan pintu kamar membuat Seulgi terkejut dan segera memakai jaket yang ada di balik pintu kamar. Dia tidak mungkin membuka pintu dalam keadaan baju minim, berbahaya bila itu orang jahat.
"Atas nama Kang Seulgi?" Tanya orang tersebut dan membawa kotak yang telah dia letakan di lantai dan mengeluarkan tiga bungkusan makanan di dalamnya.
"Saya tidak memesan makanan sama sekali, Pak" Tentu saja Seulgi kebingungan, sedari tadi dia hanya membersihkan kamar tanpa merasa memesan makanan lewat ponselnya.
"Tapi pesanan ini atas nama Kang Seulgi dan alamatnya berada di gedung ini. Untung saja tadi saya bertemu dengan salah satu penghuninya jadi bisa tau kamar anda" Jawab pengantar makanan tersebut yang nampaknya tidak terlalu tua.
"Ini dua porsi samgyetang dan satu porsi bingsu ukuran besar" Ucapnya sambil menyerahkan tiga bungkusan pada Seulgi, mau tidak mau dia menerimanya dengan kebingungan.
"Dan ini notanya, sudah dibayar juga. Mungkin temanmu yang memesankan untukmu" Seulgi kembali menerima selembar kertas nota atas nama miliknya.Setelah pengantar makanan tersebut pergi, Seulgi masuk dan membuka tiga bungkusan tersebut. Meski masih bingung, dia memasukan satu porsi samgyetang dan bingsu ke dalam kulkas kecil miliknya. Seulgi kembali membaca nota pesanan yang tadi diberikan, memang benar pesanan tersebut atas namanya, tapi dia sama sekali tidak memesan.
Tidak perlu berpikir lama untuk menebak siapa yang memesan ini, hanya satu nama yang terlintas di benaknya, Park Jimin.
Memang siapa lagi yang mau memberikannya tiga porsi makanan ukuran jumbo secara cuma-cuma selain laki-laki tersebut? tidak ada.
---
Ditulis, 19 Juni 2020
Dipublikasikan, 13 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover
FanfictionAnd I'm highly suspicious that everyone who sees you wants you I've loved you three summers now, honey, but I want 'em all Lover Taylor Swift 13 Oktober 2020