tiga

132 27 1
                                    

Hari itu pelanggan cafe cukup padat dan mengharuskan Seulgi untuk tinggal lebih lama, bukan lembur, hanya harus bekerja extra karena membludaknya pengunjung. Biasanya pukul sepuluh lewat lima belas menit dia sudah berada di halte untuk menunggu angkutan umum, namun sekarang hampir menunjukan pukul sebelas malam dia masih berkutat di dapur.

Seulgi dan Seungwan selalu menjadi pekerja paling terakhir yang meninggalkan cafe. Ada berbagai alasan, pertama, mereka senior dan diberi tanggung jawab lebih oleh pemilik. Kedua, biasanya pemilik cafe mengajak mereka berbincang setelah jam kerja usai. Hal ketiga merupakan paling sering menjadi alasan, menunggu Yoongi untuk menjemput Seungwan dan mengobarkan Seulgi untuk menemani gadis berambut pendek itu menghabiskan waktu. Untung saja hari ini Yoongi datang lebih awal, emm tidak juga, dia tetap datang terlembat hanya saja waktu pulang yang molor.

Setelah berpamitan pada Seulgi yang tengah membawa beberapa sisa makanan yang tidak dapat digunakan kembali esok pagi, Seungwaan segera berlari keluar menuju kekasihnya. Selanjutnya Seulgi keluar dengan satu kantung di tangan dan menemukan laki-laki itu kembali setelah tiga hari tidak terlihat batang hidungnya. Siapa lagi kalau bukan Park Jimin.

"Ah, kau sudah dijemput ternyata, awalnya aku akan menawarimu tumpangan hingga halte. Kalau begitu aku duluan ya, Seul. Sampai ketemu besok!" Itu Suara Yoora, pemilik dia pekerja. Seorang pengusaha muda yang cukup berhasil dan sangat ramah, dia bersyukur untuk kesempatan bekerja dengannya.

Seulgi hanya mengangguk dan tersenyum canggung. Dia berdiri sampai mobil yang dikendarai Yoora pergi meninggalkannya, lalu berjalan ke arah halte yang sialnya satu arah dengan keberadaan Jimin yang tengah berdiri di pinggir jalan raya.

"Ya, Ya! Kau mau kemana?" Tanya Jimin ketika Seulgi hanya berjalan melewatinya.

"Pulang" Jawab Seulgi tanpa menoleh, berhenti pun tidak.

Jimin merotasikan matanya, antara sebal dan gemas. Dia berlari menyusul Seulgi yang masih terus berjalan, setelah itu menggapai pergelangan tangannya dan membuat Seulgi berhenti.

"Lalu apa gunanya mobilku jika kamu menaiki bus?" Seulgi sudah akan menyanggah apa yang Jimin ungkapkan namun kembali tertelan dalam tenggorokannya ketika lelaki itu menariknya lebih dekat.

"Demi apapun jangan berteriak dan mencurigakan, arah jam dua ada dua orang pria yang sedari tadi mengincar pejalan kaki, bahkan tadi temanmu yang keluar sebelumnya juga akan mereka ikuti sebelum pacarnya keluar dari mobil" Bisik Jimin, Seulgi tentu saja ketatkutan. Bahkan rasa terkejutnya atas tarikan Jimin kalah dengan rasa takutnya.

Seulgi menelan ludahnya kasar, dia melirik dimana arah yang Jimin maksud. Benar saja, ada dua orang yang berdiri bersandar pohon dan tengah seperi mengintai mereka.

"Sekarang ayo cepat masuk ke mobil"

Jimin menggandeng tangan Seulgi kearah mobilnya terparkir dan membuka pintu bagian penumpang, setelah itu dia bergegas berlalari memutari mobil dan masuk pada bagian kemudi. Selanjutnya Jimin segara mengunci pintu mobil dan segera menghidupkan lalu melajukan mobilnya. Dapat Seulgi lihat kedua orang tersebut sudah lebih mendekat pada mobil Jimin.

"Huh! Untung saja, aku merasa seperti beradi di adegan film horror, Oh! atau thriller? meneganggkan sekali" Jimin mengoceh ketika merasa selamat dari mara bahaya.

"Kita mampir makan dulu ya" Tentu itu bukan sebuah pertanyaan apalagi ajakan. Itu sebuah pernyataan.

"Bisakah kau mengantarkan saya lebih dahulu?"

"Aku mengajakmu makan, bukan hanya untuk menemaniku saja"

"Tapi saya menolak ajakan anda"

"Tapi aku tidak terima penolakan" Seulgi menghela nafas kesal.
"Aku kelaparan menunggumu keluar dari cafe lebih dari setengah jam" Lanjut Jimin membuat kening Seulgi berkerut.

LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang