[15] Kecurigaan

140 30 141
                                    

***

Kita sama-sama terluka, mungkin menjauh adalah cara terbaik untuk menghilangkan rasa sakit.

***

Jangan-jangan paket yang dimaksud Om Hendra itu yang aku terima. Dan, inisialnya nama pengirimnya HK. Itu Hendra Kurniawan. Tapi, aku nggak boleh nuduh tanpa bukti yang kuat.

Ruby meninggalkan paket itu, ia berbaring di ranjangnya. Berusaha memejamkan mata, melupakan perkataan yang cukup kasar dari Abyan tadi siang. Ia tahu, cowok itu tak bermaksud berkata seperti itu.

***

Keesokan paginya, Ruby sudah rapi. Ia sekarang berada di depan rumah Abyan menunggu angkutan yang lewat. Namun, sudah semakin siang tidak ada kendaraan terlihat.

Ruby hanya bisa melihat seseorang mengendarai motor cukup kencang melewatinya. Padahal, biasanya cowok itu akan mengajaknya berangkat bersama. Akan tetapi, tidak dengan sekarang. Gadis itu tahu, Abyan sedang marah kepadanya. Ia hanya bisa menghela napas, memandang cowok itu yang sudah menjauh.

Saat ia sibuk dengan pikirannya, ada mobil berhenti tepat di depannya.

"Ayo berangkat bareng kita, By. Udah siang lho, nanti lo telat," kata Zhafran, membuka kaca mobilnya. Ruby membalas dengan senyuman, sembari menatap Rhea yang juga tersenyum ke arahnya.

"Ikut aja, By. Ayo.... " kata Rhea, yang ada di samping Zhafran.

Dengan ragu, Ruby menerima tawaran Zhafran. Ia masuk ke dalam mobil, duduk di jok belakang.

"Makasih, Kak."

Tidak ada percakapan selama perjalanan menuju ke sekolah. Namun, Rhea merasakan ada sesuatu yang beda dengan Zhafran. Akan tetapi, gadis itu harus bertahan terlebih dahulu untuk menanyakan sesuatu yang menganjal dalam hatinya.

Sepuluh menit kemudian, mereka sampai di area SMA Sansa Mulia. Dengan cepat Ruby pamit kepada Rhea dan Zhafran. Ia merasa tak enak dengan kedua orang itu.

"Sekali lagi makasih, Kak. Duluan ya.... " Ruby berlari ke arah area gedung jurusan IPA.

"Gue juga masuk dulu ya, Kak. Hati-hati di jalan, oh ya nanti nggak usah jemput gue. Soalnya, nanti ada latihan drama." Rhea tersenyum, dibalas dengan senyuman oleh Zhafran. "Ya udah, kalo ada apa-apa hubungin gue, ya?"

Rhea hanya mengangguk, ia lalu berbalik badan dan berjalan meninggalkan kekasihnya itu. Banyak hal yang sebenarnya ia pikirkan.

Tak jauh dari keberadaan Rhea, ada seseorang yang memperhatikan gadis itu. Orang itu tahu, Rhea tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.

Rhea berjalan di koridor tanpa melihat kanan dan kiri. Melamun. Sampai akhirnya, ada seseorang menepuk bahu dan berjalan di sampingnya.

"Rhe, kalo ada masalah cerita sama gue. Ayo kita bicara," kata orang itu, membuat Rhea tersadar dari lamunannya.

"Abyan? Ngagetin aja, sih." Rhea mendengkus kesal, namun itu justru membuat Abyan tersenyum.

"Ayo kita ke tempat yang lebih nyaman buat ngobrol," kata Abyan menarik tangan gadis itu.

"By, gue nggak mau bolos," kata Rhea, "Gue nggak ngajak bolos. Cuma mau ngobrol di taman bentar, nggak apa-apa, kan?"

Rhea mengangguk, lalu menurut dengan tindakan yang dilakukan sahabatnya itu.

Sesampainya di taman, Abyan langsung duduk berhadapan dengan Rhea.

"Rhe, lo ada masalah sama Zhafran, ya?" tanya Abyan, menatap lekat mata Rhea.

By Love [TAMAT] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang