Seminggu setelah acara di batalyon, kini Kila dan teman-teman yang lainnya bekerja kembali dengan normal.
Kila sekarang sedang makan siang bersama teman-temannya. Ada Rina, Irsyad, Gina, Ai, dan Fikri yang duduk melingkar dan memakan makanan masing masing sambil mengobrol ringan.
Disini hanya Rina yang statusnya jomblo diumur 24 tahunnya.
Rina dan Irsyad yang sudah bertunangan. Beruntung sekali Kila bertemu dua orang ini yang menjadikan dia sebagai seorang adik bagi mereka berdua. Kila tak segan lagi kepada mereka.
Sedangkan Gina, dan Ai sudah memiliki pasangan masing-masing. Bahkan Fikri yang umurnya 26 tahun sudah menikah dan sedang menunggu anak pertamanya lahir.
"A' mau kemana?" Tanya Kila melihat Irsyad yang berdiri.
Aa' itu panggilan Mas dalam bahasa sunda. Kila biasa memanggil Irsyad Aa dan Rina dengan sebuatn teteh. Biar pas. Walaupun keduanya adalah orang Jawa tengah tulen. Tapi mereka tidak pernah keberatan.
"Beli minum."
"Nitip atuh, poca*i ya A' satu." Kata Kila dengan cengirannya. Nitip yang Kila sebutkan ini artinya minta dibelikan, alias mau yang gratis. Maklum, anak rantau, tanggal tua lagi.
Tapi Teteh dan Aa' ketemu gedenya itu tidak keberatan menjajani Kila. Walaupun begitu, Kila masih tahu diri kok. Kila kan gadis baik. Hueekkkk
Tapi kegiatan makan siangnya terganggu dengan datangnya seseorang berpakaian rapi, yang menghampiri meja mereka.
Wakil direktur rumah sakit, Bapak Dandi purnomo, duda anak satu, berusia kisaran 40 tahun itu menghampiri Kila.
Dia mengeluarkan kertas yang ditekuk lalu menyodorkannya pada Kila. Kila hanya bisa menerima kertas itu dengan heran, sedangkan teman-temannya sudah harap-harap cemas pada orang tua ini.
Kenapa? Karena, gosip yang beredar wadirut rumah sskit ini sering sekali bermain perempuan bayaran.
"Dibuka saat kamu sendirian." Katanya, lalu pergi meninggalkan tatapan-tatapan tak suka dari teman-teman Kila.
Kila yang dasarnya polos-polos sedikit lemot itu, santai saja.
***
Kia sedang berada dikamar mandi, mencuci muka yang kucel karena kelamaan kerja. Pekerjaannya sudah selesai, ia sudah siap untuk pulang ke kosannya. Tapi ia ingat mendapat kertas dari atasannya, ia langsung merogoh saku seragamnya lalu membuka perlahan kertas tersebut.
"Temui saya saat sudah selesai kerja." Kila membaca tulisan yang ada dikertas itu.
"Ek kumaha atuh iyeu? Suruh kumaha? Naha Kila dipanggil?" Tanyanya pada diri sendiri.
*Mau ngapain ini? Suruh ngapain? Kenapa Kila dipanggil?
Satu satunya cara agar rasa penasarannya hilang, Kila harus menemui atasannya itu.
Tok tok tok
Kila mengetuk pintu ruangan Pak Dandi. Dia masuk kedalam saat sudah dipersilahkan oleh Pak Dandi untuk masuk.
"Duduk dulu." Kila mengangguk dan duduk disofa yang tersedia.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Pak Dandi berjalan dan duduk disamping Kila.
"Kila umur berapa?" Tanya Pak Dandi lembut.
"24 Pak" kata Kila
"Oh sudah siap menikah ya?" Tanya Pak Dandi menatap Kila dengan tatapan yang eururrrrr
"Kila mau enggak kalo jadi istri saya?" Tanya Pak Dandi dengan nada yang menggoda. Tatapannya seperti macan yang lapar.
Idih! Ngobrol aja baru pertama kali, udah ngajak nikah bae si bapak. Gelo pisan! Kata Kila dalam hati.
Perasaannya tidak enak, kini tangannya dipegang oleh Pak Dandi. Kila berusaha melepaskannya, tapi Pak Dandi malah menggengamnya dengan kuat.
"Tapi saya mau test drive dulu, kalo nyaman dan bikin puas, saya Oke." Kata Pad Dandi. Benar benar buaya tua.
Kila langsung menghentakan tangannya agar lepas dari pak tua itu.
"Mohon maaf Pak, tapi saya rasa ini salah." Kata Kila
"Kenapa Kila? Kamu gamau karena saya duda? Tenang saja, saya akan menjamin hidup kamu, tidak akan ada madu kok." Kata Pak tua itu santai.
HELL!! Kila memaki dalam hati.
Tangan Pak Dandi yang menyentuh paha Kila, langsung Kila tepis dengan keras.
"Bapak tahu yang Bapak lakukan?" Tanya Kila dengan berani, dia sudah dilecehkan oleh atasannya ini.
"Bukan masalah status bapak yang duda, tapi cara bapak yang meminta wanita menjadi istri bapak merendahkan wanita!"
"Wanita mana yang mau test drive dulu untuk menikah! Jangan mentang mentang bapak orang yang berpengaruh di rumahsakit ini, bapak bisa semena-mena memperlakukan pegawai wanita seperti itu!!" Kila berbicara dengan nada yang emosi.
Dirinya tidak suka direndahkan seperti itu. Apalagi oleh atasannya yang kurang ngajar ini.
"Heran sekali! Orang seperti bapak mendapatkan posisi atas dirumahsakit ini!" Kata Kila mengejek.
"Apa maksud kamu?!" Kata Pak Dandi tak terima.
"Apa pak? Bapak pikir saya gak sakit hati direndahkan oleh bapak seperti itu?"
Tapi Pak Dandi mendekat dan sudah mencengkram kedua bahu Kila. Kila mencoba melepaskannya tapi susah.
Saat ada kesempatan, Kila mencengkram kedua Tasnya dan..
BUGH BUGH BUGH
Kila menampar wajah Pak Dandi dengan tasnya yang lumayan berat.
"Itu hadiah bapak dari saya!" Setelah itu Kila keluar dengan wajah yang emosi, bahkan dia membanting pintu ruangan Pak Dandi dengan kencang.
"Edan! Jelema mirip setan. Naha nu kitu bisa jadi wakil direktur! Belegug!" Kila mengomel sambil berjalan keluar rumahsakit.
*Gila! Orang mirip setan. Kenapa yang seperti itu bisa jadi wakil dorektur.
Tapi diperjalanan dia dicegat oleh Gina yang sama akan pulang.
Gina yang melihat Kila mengumpat tidak jelas langsung bertanya.
"Lu kenapa dah?" Tanya Gina dengan logat betawinya.
"Abis liat setan!" Jawab Kila masih emosi. Lalu berjalan dengan cepat. Kila inget cepat cepat sampai dikosannya, hatinya gerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syakila
General FictionGadis yang sedikit manja dan ceria ini bekerja sebagai perawat di RSUD Yogyakarta, jomblo sejak lahir, padahal parasnya yang manis khas orang Sunda. Benar! Dia memang orang Bandung yang nyasar ke Yogya. "Yeuy! Siateh ari bogoh ngomong. Ari teu wani...