Diperpanjang

868 84 10
                                    

Dua minggu sudah Kila dan teman-temannya berada disini, didaerah yang minim dengan semua keadaannya.

Siang ini mereka sedang menunggu kiriman paket dari keluarga mereka masing-masing. Tak berapa lama, truk yang mengantar kiriman paket dan sembako datang.

Para tentara dan tim medis lainnya membawa dus dus berisi sembako dan kiriman dari keluarga mereka masing-masing.

Kila dan Gina berjalan bersama, masing-masing membawa dus ditangan mereka. Berjalan menuju dapur, sambil tertawa cekikikan melihat beberapa om tentara yang persikap tobat. Gara-gara ketahuan istirahat dijam yang tidak tepat.

"Gila ye. Apa kagak pusing kayak gitu. Darah ngalir semua ke kepala." Kata Gina sambil menatap heran kearah para tentara yang sedang dihukum.

"KALIAN TAHU KESALAHAN KALIAN?!" Suara Aji menggelegar. Kila yang menatap itu sedikit takut saat melihat Aji yang murka dan berteriak.

Padahal Aji saat berbicara kepadanya biasa saja, walau eumm biasa sedikit dingin.

"SIAP TAHU!" Jawab para tentara yang sedang bersikap tobat.

"Gue kira Kapten Aji lemah lembut biarpun mukanya sangar kek gitu. Kayak dinovel-novel gitu." Kata Gina

"Novel tu sama dunia nyata beda kali, Gin." Kata Kila.
Lalu mereka masuk kedalam dapur dan meletakan dus.

Malam harinya tim medis dan para tentara dikumpulkan kembali didepan posko kesehatan. Dipimpin oleh Aji sepagai komandannya.

"Selamat malam!" Ucap salam Aji membuka forum.

"Malaamm" jawab tim medis. Tapi kalah dengan suara tentara yang semangat.

"Malam! Malam! Malam! Luar biasa!" Suara para tentara itu menggelora.

Tim medis yang mendengar jawaban salam dari para tentara, dan melongo. Pasalnya suara tim medis lembut dan panjang. Tapi suara para tentara itu ngebas dan semangat.

Mantul gak tuh suara para tentara. Kata Kila dalam hati.

"Disini, saya selaku penanggung jawab kalian dan orang yang dipercaya untuk menyampaikan amanah dari atasan kalian." Bliau menjeda

Kila melirik kearah Gina yang berada disebelahnya. Gina menatap Kila dengan tatapan yang panik. Seperti berbicara 'Firasat gue gak baik, Kil' begitu kira-kira.

"Saya akan menyampaikan beberapa amanah dari pusat mengenai tindakan yang selanjutnya yang harus kita lakuka. Pemerintah menugaskan kita beberapa bulan lagi disini untuk membangun kembali desa yang sempat hancur ini." Kata Aji sambil mengedarkan pandangannya pada anggotanya.

"Termasuk tim medis, yang harusnya pulang minggu depan tapi diundur sampai waktu yang tidak ditentukan." Kata Aji.

Tim medis kini mukai riuh merasa kecewa karena mereka tidak jadi pulang.

Waduh, nanaonan euy iyeuteh. Hayang agian balik urang tuh. Kata Kila dalam hati

"Tapi surat dari rumahsakit, ada beberapa yang mungkin akan dipulangkan kesana. Karena kondisi yang sudah mulai membaik. Disini juga tidak membutuhkan terlalu banyak tim medis." Kata Aji

Aji mulai mengabsen nama-nama tim medis yang akan dipulangkan. Dari 25 tim medis, hanya disisakan 8 orang saja yang berjaga.

Namun, lagi-lagi nama Kila tidak disebutkan. Yang disebutkan hanya nama Ai dalam gengnya. Bahkan Irsyad, Rina dan Gina pun tidak ada dalam daftat yang diberikan langsung dari rumahsakit.

Bener-bener dendam kesumat itu aki-aki. Dibaledog sia ku aing aing! Kata Kila kesal.

Bagaimana tidak kesal. Dia akan dipulangkan dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa sebulan, dua bulan lagi atau bahkan sehatun lagi!

Selesai pengumuman tersebut. Kila, Rina, Irsyad, dan Gina berkumpul didekat dapur. Alasannya karena hangat, dan para tentara juga sedang menyulut api unggun.

"Sial banget ya kita. Masa gak dibalikin cepet." Kata Gina yang sedari tadi protes karena namanya tidak disebutkan dalam daftar tim medis yang dipulangkan.

"Kayaknya itu orang bener-bener benci sama kamu, Kil. Sampe kita yang kena imbasnya." Kata Rina

"Maafin eneng atuh. Gara-gara Euneng, kalian tertahan disini." Kila memasang raut wajah yang menyesal. Ia tidak enak kepada teman-temannya yang terkena imbas gara-gara ulahnya.

"Becanda, Kil. Lagian kita kalo disana juga bakal emosi bawaannya, liat muka si buaya tua." Kata Rina.

"Disini kan enak, bisa berdua terus sama Mas, ya?" Tanya Irsyad pada Rina. Yang diangguki oleh Rina, lalu Rina menyender pada bahu Irsyad.

"Yeuuyyyy pacaran pisan, jelema teh. Bikin iri aja." Kata Kila melempar kacang kearah Rina dan Irsyad.

"Iri bilang boss." Ejek Gina, karena Kila sendiri yang jomblo disini.

Kila menekuk mukanya kesal.

"Nyender tuh sama yang itu." Tunjuk Rina kepada Aji yang sedang berjalan kearah mereka membaaa gitar.

Kila melirik kearah yang ditunjuk Rina. Aji semakin mendekat kearah mereka. Kila malah pura-pura melakukan sesuatu agar dia tidak ketahuan mengagumi Aji.

"Boleh ikut gabung?" Tanya Aji yang sedang membawa gitar.

"Gada receh A'." Kata Kila melihat Aji yang membawa gitar. Aji hanya terkekeh kecil, sedangkan temna-temannya sudah memandang Kila dengan tatapan galak.

Bagaimana bisa dia mengira Aji akan mengamen. Hanya Kila yang berlaku semena-mena kepada Aji. Tapi masih sopan dan wajar.

"Edan kowe. Kapten dikira arep ngamen." Kata Rina

"Silahkan kap. Kami juga sedang santai saja." Kata Irsyad yang mempersilahkan Aji.

"Panggil Aji saja, dok. Kan sedang tidak tugas." Kata Aji sambil duduk disamping Kila. Kila malah menggeser badannya sedikit agar tidak menempel dengan Aji.

"Kalo begitu, jangan panggil dokter. Irsyad saja." Kata Irsyad.

"Mas Aji bisa main gitar ya?" Tanya Rina pada Aji.

"Bisa, sedikit." Kata Aji.

"Wahhh kalo begitu, boleh dong nyanyiin aku." Kata Rina dengan semangat.

"No!" Kata Irsyad membantah

"Mentang-mentang aku gabisa main gitar. Kamu minta nyanyiin cowok lain." Kata Irsyad yang cemburu.

"Gak gitu, Mas. Maksud aku itu Mas Aji nyanyiin kita, tapi duet sama Kila. Gitu." Kata Rina menjelaskan.

"Kenapa jadi bawa-bawa aku?" Tanya Kila tak terima.

"Suaramu kan bagus, Kil. Sumbangin dong. Mumpung masih sore juga. Pasti ada yang nonton." Kata Rina, diangguki oleh Irsyad dan Gina.

"Siapa tau ada yang ngasih duit, Kil." Kata Gita menambahkan.

"Anjir, dikira aing mau ngamen." Kata Kia

"Language, Kila." Kata Aji. Kila ditegur oleh Aji karena berkata kasar.

"Mampus lu." Kata Gina yang melihat Kila neka tegur. Kila hanya memberengutkan wajahnya.
.
.
.
.
.

Syakila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang