Shocked

1.3K 105 2
                                    

aku masih memandangi tenda di hadapanku yang rubuh karena ulah kami. ya, karena kami bersikukuh dapat keluar bersama-sama. lebih tepatnya, tidak ada yang mau mengalah di antara kami.

saat aku masih terfokus dengan pikiranku, tiba-tiba saja sebelah tangan yang kekar telah merangkul pundakku, "tenang saja bung, ada kapten justin di sini. kita dapat membereskan itu nanti." katanya sambil menepuk-nepuk pundakku pelan.

aku mengangguk. dan kami pun berjalan menuju semak-semak, dan konyolnya lagi justin berjalan di belakangku, ia seakan-akan berlindung di belakang tubuh mungkilku. mana mungkin aku bisa melindungi tubuh besarnya itu? bodoh.

aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan idiotnya ini.

kami berjalan perlahan-lahan ke arah semak, tapi langkahku sempat terhenti saat tangan justin yang tadi berada di pundakku, sekarang malah berada di pinggangku. aku tersentak.

"kau ini apa-ap-" belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, justin sudah mendekap mulutku dengan sebelah tangannya.

"sstt, nanti kau mengagetkan sesuatu yang ada di semak-semak itu" katanya berbisik di telingaku, suaranya itu entah mengapa membuatku merinding dan entahlah perasaan aneh itu muncul lagi..

setelah sepersekian detik, aku pun tersadar, cepat cepat aku melerai tangannya yang tadi mendekap mulutku dan tangannya yang melingkari pinggangku.

"ayo jalan" kataku, aku mempercepat jalanku tanpa menghiraukan justin yang sedikit berlari untuk menyamakkman langkahnya denganku.

akhirnya, semak-semak itu berada di hadapan kami. serius tidak ada apa-apa di sana, tidak ada hewan buas atau hewan liar sekalipun, apalagi manusia. aku yakin kita hanya berdua disini, atau mungkin dengan lelaki tua tua yang sempat kulihat?ah tidak mungkin, itu hanya halusinasiku.

"tidak ada apa-apa disini" kata justin yang masih meneliti sekitar, dan kali ini aku setuju dengannya. memang tidak ada apa-apa.

"lalu yang membuat suara itu apa?" kataku heran.

justin yang aku tanyai hanya menggeleng.

"justin, boleh aku bertanya sesuatu?" kataku takut-takut. hawa di sini saja bahkan tidak enak, aku melirik justin yang berada sekitar dua meter di sampingku, cepat-cepat saja aku menghampirinya.

"kau mau bertanya tentang apa?" katanya, ia menatapku, alisnya mengangkat sebelah dan itu terlihat...tampan. ah sudahlah! aku tahu dia tampan, tapi tidak usah di bahas!

"kau yakin tidak ada orang lain di sini? maksudku, apa tidak ada rombongan yang camping di hutan ini, atau penjaga hutan mungkin?" kataku lagi.

dan sebagai jawabannya ia menggeleng, "aku yakin tidak ada siapapun selain kita di sini, hutan ini jarang menjadi tujuan kamping, makannya masih terjaga kelestariannya" katanya santai.

mendengar jawabannya, aku membelalakkan mataku dan menatapnya tidak percaya, "oh yatuhan justin, tidakkah terfikir olehmu kalau tidak ada yang tahu tentang hutan ini..jika terjadi apa-apa dengan kita, siapa yang akan menolong?" geramku.

justin hanya menatapku datar, lalu seenaknya ia berkata "tidak akan terjadi apa-apa pada kita. percaya padaku" katanya lagi.

aku hanya mendengus pasrah, "terserah apa katamu, kapten" jawabku malas.

***

tidak berenti sampai di situ, suara-suara aneh itu terkadang terdengar lagi, membuat kami tanpa sadar menyusuri tempat ini sampai memasuki hutan lebih dalam lagi. tak ada penerangkan kecuali telepon genggam yang aku dan justin bawa, dan handphoneku mulai low karenanya.

"handphone ku low, pakai punyamu" titahku pada justin, dan justin pun dengan cepat mengeluarkan handphone dari saku celananya.

suara itu terdengar jelas di hadapan kami, tapi seletah kami mendekati asal suara itu, hasilnya nihil. tidak ditemukan apapun. hanya angin dan pohon yang berdiri kukuh di hadapan kami.

"sudah ku bilang tidak ada apa-apa di sini!" teriakku frustasi. ini benar benar melelahkan. dan aku butuh tidur. untuk kali ini, aku sangat merindukan kasur empukku di rumah.

"diam" katanya sedikit misterius dan jujur kita terlihat seperti detektif di film-film sekarang.

"lihat" katanya sambil menunjuk ke depan. otomatis penglihatanku mengikuti kemana arah tangannya menunjuk dan saat itu barulah aku sadar, apa yang daritadi membuat kegaduhan.

"kau bercanda" kataku tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

our little liar (bieber love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang