these feeling

1.2K 86 3
                                    

“apa yang aphrodite katakan padamu?” Nico bertanya dengan antusiasnya, merasa tertarik dengan pembicaraan ini.

Ya, aku telah memberitahukan padanya tentang mimpiku juga tentang aphrodite yang berkomunikasi denganku.

“dia..dia berkata bahwa aku..” sejujurnya aku bingung bagaimana caranya menjalaskan kepada Nico tentang apa yang  di ucapkan Aphrodite, ini..terlalu Privacy. Walaupun aku sendiri bingung apakah yang di ucapkan dewi cinta itu benar adanya atau dia hanay mempermainkanku seperti bonekannya.

“bahwa kau?” Nico kini menatapku, tatapannya sarat akan rasa keingin tahuan. Tajam dan menuntut.

“ bahwa aku..aku mencintai justin..” aku berhenti sejenak, melihat bagaimana reaksi Nico atas ucapanku. Dan benar saja, ekspresinya langsung berubah 180 derajat. Jika tadi masih ada sedikit senyum yang tergambar jelas di wajahnya, kini senyum itu menguap dan tergantikan menjadi garis lurus yang tegas dan dingin.

Dia kembali lagi menjadi Nico yang pertama kali ku kenal. Nico yang dingin.

“ tapi tentu saja itu tidak benar, mana mungkin kan aku mencintai justin?” ucapku sambil terkekeh hambar, ya ektingku buruk.

Apa kataku tadi? Ekting?

“tidak usah berpura-pura di hadapanku Ari.” Jawab Nico dingin.

“a..aku tidak berpura-pura, serius! Mana mungkin aku menyukainya kan? Yang ada aku sangat membencinya karena dulu dia selalu mengangguku.  Dan sekarang aku mencarinya karena aku datang ke hutan ini bersamanya, dan secara otomatis aku juga harus pulang bersama dengan dia. Lagipula, bagaimana kalau aphrodite hanya membohongiku, berusaha mengerjaiku dengan mengatakan bahwa aku mencitai justin dan berusaha meyakinkaku bahwa semua ucapannya benar karena dia  dewi Cinta, bisa saja kan?” ucapku panjang lebar, berusaha meyakinkan Nico. Dan juga meyakinkan diri sendiri bahwa semua yang di ucapkan Aphrodite itu tidak benar.

“untuk apa kau menjelaskannya padaku? Aku sebenarnya tidak ingin tahu alasanmu” jawab Nico  tenang.

Benar juga, untuk apa aku repot-repot menjelaskan dan meyakinkan Nico bahwa aku tidak menyukai Justin? Memangnya Nico peduli?

“ya..aku hanya ingin menjelaskan semuanya padamu, agar tidak terjadi kesalah pahaman, memangnya kenapa? Tidak boleh?” tanyaku dengan nada menantang yang di buat-buat.

Kudengar Nico terkekeh pelan. Tangannya terulur menggapai puncak kepalaku, dan berakhir dengan mengacak-ngacak rambutku yang pasti sudah tidak beraturan. “tentu saja boleh, tapi..mana mungkin dewi cinta berbohong tentang perasaan seseorang kan? Kau mencintai Justin kan?” tanya Nico dengan nada yang menggoda. Sialan dia mengerjaiku, semoga pipiku tidak memerah.

Aku menggeleng kuat, “tidak! Aku tidak mencintainnya! Aku membencinya!” ucapku tegas, walaupun aku yakin mukaku pasti sudah sewarna dengan udang rebus.

“Ari, dengarkan aku, cinta dan benci itu hanya di batasi oleh garis tipis.” Ucap Nico tenang dan kali ini raut wajahnya menjadi sangat serius, ada apa dengannya?

“maksudmu?” tanyaku meminta penjelasan lebih darinya.

Dia mengangkat bahunya dan sekarang, pandangannya lurus menatap langit mendung di atas kami, “ Ya begitulah, sebenarnya perasaan cinta dan benci itu beda tipis dan saling berkaitan. Karena kau membenci seseorang kau pasti akan lebih sering memikirkannya, memikirkan kejahilannya…dan di saat orang itu pergi meninggalkanmu..seperti justin sekarang ini..aku yakin kau merindukan semua kejahilan dan semua kelakukan justin yang membuatmu kesal dulu..dan tanpa sadar..kau telah mencintainya.”

Aku menegang seketika mendengar ucapan Nico, benarkah itu? Benarkah aku mencintai Justin?

“hei, sudah jangan terlalu di pikirkan..pada saatnya nanti, mungkin kau akan tahu bagaimana perasaanmu terhadap justin.” Ucap Nico pelan dan tenang.

Aku hanya mengangguk kaku dan kembali larut dalam fikiranku.

***

"kau sudah tahu jawaban dari teka teki itu?" tanya Nico di tengah perjalanan kami.

aku menggeleng lemah, "belum" jawabku sambil menunduk, jujur aku kesal kepada diriku sendiri.

Nico yang mengetahui perubahan ekspresiku, langsung saja merangkulku dan menyemangatiku, "hei tenang saja, pasti kita akan mengetahuinya, cepat atau lambat." ucapnya yakin.

aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. dia balas menatapku dengan senyumannya yang mempesona. sialan Nico sangat Tampan! kalau saja dia tidak bersikap dingin dan tertutup, mungkin para gadis akan mengejar-ngejarnya. dan aku termasuk yang beruntung  karena Nico sudah mulai membuka dirinya padaku, tidak lagi bersikap dingin dan tertutup..walaupun kadang-kadang sikap dinginnya bisa saja muncul secara tiba-tiba.

"kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanyannya heran, sambil mengangkat sebelah alisnya. oh tuhan! aku bisa meleleh kalau begini caranya. sialan Nico!

aku menggeleng kaku, " tidak apa-apa." jawabku pelan.

dia terkekeh pelan sambil menarikku berjalan di sampingnya, "dasar cewek aneh." ucapnya pelan, tetapi aku masih bisa mendengarnya.

mendengar ucapannya itu, membuatku menghentikan langkahku dan menatap kesal kearahnya " apa katamu tadi?"

dengan polosnya, ia menjawab " cewek aneh."

aku mendengus sebal, " siapa yang kau maksud cewek aneh, hah?"

Nico terlihat kebingungan, sampai akhirnya ia menyerah dan dengan polosnya menjawab " kau" sambil terkekeh.

aku mendengus pelan, " masih mending cewek aneh, daripada cowok dingin" jawabku tak mau kalah.

ku fikir dia akan marah karena ucapanku tadi, dan ternyata aku salah, yang ada dia tertawa keras dan setelahnya dia tersenyum kepadaku, "sepertinya cowok dingin ini cocok dengan cewek aneh ya."

perkataan itu membuatku membeku seketika. tapi Nico tidak menyadarinya, dia berjalan terus tanpa memperdulikanku yang masih shock dengan ucapannya tadi.

Apa maksud ucapannya?

--------

heiiiii! yang di mulmed itu Nico yaa gaes!;)

our little liar (bieber love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang