a dream

1.1K 88 0
                                    

double sial. karena sekarang aku harus menghadapi dewa yang besar kepala. dia adalah makhluk paling angkuh yang pernah kutemui selama aku hidup di dunia. bagaimana tidak? sedaritadi dia hanya menceritakan bagaimana hebatnya dia dalam mengalahkan para monster dan bagaimana lemahnya manusia fana yang hanya bisa menggantungkan hidup kepada mereka. bahkan nico terlihat sangat bosan mendengarkan ocehan dewa Ares.

"dan kau tahu? apa yang dilakukan kaummu?"

belum sempat aku menjawabnya, dia sudah mengeluarkan suaranya .

"ya, mereka hanya manusia lemah yang jika aku mengeluarkan kekuatanku mungkin mereka akan hancur" ucapnya disertau tawa mengejek.

'sialan kalau begitu untuk apa kau bertanya padaku, bodoh!'ucapku dalam hati. aku menghembuskan nafasku kasar sambil kembali terududuk di bawah pohon rindang bersama nico.

"hei! aku bisa dengar itu!" teriaknya penuh amarah.

"apa?" tanyaku polos. memangnya aku mengatakan apa?

"kau mengataiku bodoh. dasar manusia fana tidak tahu diri." geramnya, tatapannya sarat akan kebencian dan amarah. dan itu membuatku bergidik ngeri.

"kau bisa mendengarnya?maksudku..aku kan mengatakannya dalam benakku." ucapku heran. ini aneh..aku tidak biasa dengan kehidupan seperti ini..aku ingin kehidupanku yang normal seperti biasanya. aku rindu mom, aku rindu selena aku juga rindu zayn bahkan..jujur aku rindy kekonyolan justin.

"aku ini dewa, dasar gadis bodoh." sentaknya kasar. tapi aku tidak memperdulikkannya, aku terlalu lelah dengan permainan konyol para dewa ini. aku lelah harus berurusan dengan dewa.

"bisakah kau beritahu kami dimana Aphrodite mu itu dan juga pemuda bernama justin, lalu setelah kau memberitahukannya pada kami, kau bisa pergi dari sini."ucap nico, bocah ini mengeluarkan aura yang mengerikan, mungkin..aura dunia bawah? entahlah.

Ares dengan angkuhnya memandang nico lalu melirikku sekilas, senyum yang tidak dapat ku artikan apa maksudnya itu, kini terukir di wajah sang dewa.

"baiklah, bocah dunia bawah. begini, Aphrodite memberitahuku jika kau ingin menemui lelaki dunia fana yang satu itu, jawabannya ada pada Gadis ini. dialah satu satunya kunci agar kau bisa menemui bocah muda bernama justin itu." jawabnya, senyuman licik ia persembahkan pada kami.

dan aku hanya melongo tidak percaya.

"jadi kami sudah mendengarkan cerita ada yang kurang lebih menghabiskan waktu kami selama 2 jam. dan inikah yang kami dapat?" ucapku frustasi, sambil mengacak-ngacak rambut kusutku.

"ya, Aphrodite hanya menyuruhku menyampaikan itu pada kalian." ucapnya santai, kali ini ia telah berpindah posisi, bersender di batang pohon besar.

kudengar nico bergumam lirih.

"sialan, ini sama sekali tidak membantu."

dan aku mengangguk, walaupun aku yakin, dia tidak bermaksud mengatakan itu padaku. tapi aku setuju dengan ucapannya tadi. sama sekali tidak membantu.

"baiklah anak-anak, selamat menikmati permainan dari kekasihku. " ucapnya sambil berlalu menuju kegelapan.

tapu sebelum ia memasuki kegelapan itu, kudengar ia berteriak.

"dan kau gadis fana, semoga bisa menebak teka teki nya." ucapnya sambil tertawa lepas. benar benar lepas.

lalu ia menghilang bersama kegelapan.

aku menyenderkan punggungku ke batang kokoh di belakangku, menhembuskan nafas pelan. lelah rasanya. sangat amat lelah dan aku butuh istirahat.

nico yang seakan mengerti dengan keadaanku langsung melirikku dan berkata dengan lembut, "tidurlah, biar aku yang menjagamu."ucapnya, baru kali ini aku mendengarnya berkata lembut seperti itu.

aku pun mengangguk dan pergi ke alam mimpiku.

***

"DIMANA ARIANA!!" teriak seorang lelaki dengan frustasinya, ia sepertinya sedang mencariku? apa itu justin?

suaranya terdengar berbeda, lebih serak.seakan dia sudah berteriak sangking lamanya dan tidak minum sama sekali.

"dia aman bersama nico. kau tenang saja." ujar suara wanita. pembawaanya yang begitu tenang dan damai serta sarat akan kasih sayang membuatky tau bahwa wanita ini adalah Aphrodite.

mereka hanya berdua di sebuah ruangan gelap, tanpa penerangan apapun kecuali di tempat sang dewi berada sekarang. di singgasana nya. dimana ini? dan di mana justin? ucap benakku dalam hati. tapi, sama sekali tidak ada jawaban.

"SIAPA NICO! JANGAN SAKITI ANA!" teriak justin lagi, mendengar suaranya yang memohon dan merintih kesakitan membuatku merasa sesak, entah kenapa.

ucapan justin di sambut dengan gelegar gelak tawa yang keluar dari mulut sang dewi. ia berjalan ke ujung ruangan dan barulah aku dapat melihat justin.

dan betapa terkejutnya aku saat melihatnya yang terkulai lemas dan hanya menggunakan celana jeansnya bajunya telah terlepas. bahkan kedua tangannya di rantai ke tembok di atasnya. kulihat setetes darah segar mengalir dari pergelangan tangannya menuju lengan bawah dan sampai ke lengan atasnya. ia berusaha melepaskan diri dari rantai emas yang mengikatnya.

"LEPASKAN AKU!!" teriaknya lagi. tapi sang dewi tidak perduli. dia malah tersenyum, senyum yang mengerikan dan di tujukan pada justin.

"jangan memaksakan diri nak, kau tahu, rantai ini disertai kekuatanku, jika kau berusaha melepaskannya, maka semakin erat rantai ini mencengkram pergelangan tanganmu." ucapnya lagi, lalu kembali tertawa.

tapi justin tidak mendengarkannya, ia malah berusaha makin keras dan darah yang mengalir dari pergelangsn tangannya semakin banyak.

'stop justin! itu tidak ada gunanya! kau hanya melukai dirimu sendiri!' teriakku kepada justin. tapi teriakanku sama sekali tidak ada gunanya. justin tidak mendengarku, bahkan sang dewi tidak melirikku sama sekali. aku sadar bahwa aku hanya bisa menonton potongan adegan yang mereka berdua lakukan. aku tidak terlihat.

sialan. apa ini mimpi?

our little liar (bieber love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang