E N A M

137 22 2
                                    

"Anak kecil nakal. Berkeliaran menggunakan seragam bukanlah hal baik. Apalagi kau sampai  mencampuri urusan orang dewasa."

Jungkook mengepalkan tangan, melirik ke belakang pada pinggiran gedung yang tinggal beberapa meter dari langkahnya. Mengutuk kaki yang justru membawanya ke titik buntu, kala kabur dari kejaran si pria.

"Siapa kau berani-beraninya berbicara tentang hal baik, ketika kau sendiri justru menyiksa anjing-anjing itu dan membunuh adikmu sendiri!"

"Aku tidak membunuh adikku?!" Dia menyahut. Terlihat amat murka dalam sedetik, tetapi di detik berikutnya kekehannya memecah udara. "Hei. Adikku belum mati. Bagaimana mungkin kau mengatakan aku membunuhnya?"

Jungkook menatap Taehyung yang berdiri kaku tak jauh darinya. Mimiknya menampilkan sesuatu yang elusif, tertuju pada kakaknya.

Kemudian bunyi sirene mendekat. Jungkook praktis dibikin lega. Tak pernah dia selega ini mendengar bunyi sirene. Namun tak bertahan lama, lantaran mendadak pria itu menerjangnya secepat kedipan mata. Menindih tubuh serta mencengkram lehernya kuat. Jalur pasokan oksigen seketika menyempit, membuat Jungkook kesulitan meraup udara.

"Astaga. Aku tak pernah tahu melakukan ini pada manusia akan jauh lebih menyenangkan."

Si pria mengumandangkan tawa, menarik lehernya agar Jungkook berdiri. "Aku penasaran. Akan semenyenangkan apa bila aku mendorongmu dari atap ini."

Jungkook panik. Berusaha lebih keras untuk memberontak. Di detik Jungkook sukses menendang si pria, tubuhnya justru terhuyung menuju bidang kosong. Barangkali sudah terjatuh apabila Jungkook tak tanggap memegang pinggiran beton. Membuat tubuhnya menggelayut di udara bersama lengan yang sakit bukan main.

"Tidakkah kau penasaran. Apa jadinya jika seseorang jatuh dari sini?" Dia muncul, berjongkok di sebelah jemari Jungkook yang memerah menahan kehidupan. "Bagaimana kalau kau mencari tahu jawabannya untukku?"

Bertepatan dengan itu, dia menginjak jemari Jungkook. Membiarkan tubuh itu melayang, dan dalam hitungan detik menghantam bumi. Meremukan kerangka, membelah tengkorak. Nyeri tak tertahankan, mengucurkan genangan cair kental merah. Sesak menghimpit rongga dada, mengaburkan pandangannya pada taburan gemintang musim semi.

Sebelum kegelapan purna merengkuhnya. Ada suara yang menyelak di tengah-tengah denging memekakkan.

"Jungkook-ah, mianhe."




———•———
🌚

ZERO O'CLOCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang