Chapter 9 - Aware

73.2K 2.5K 22
                                    

Sudah dua hari Prilly tak sadarka diri dan selama itu pula Ali terus disampingnya. Memberikan perhatian yang tidak pernah ia berikan selama ini.

Gazali masuk ke kamar Prilly, iris coklatnya bertemu dengan iris hitam milik Ali. Ali mencoba menahan egonya, bagaimanapun ini untuk kesembuhan Prilly. Lagipula sudah menjadi kewajiban Gazali untuk menyembuhkan Prilly. Ya, Gazali adalah seorang dokter.

Gazali kecil kehilangan sodara kembarnya. Sodaranya sangat lemah, dia selalu sakit sakitan dan Gazali begitu menyayangi sodaranya itu. Sampai akhirnya takdir merenggut sodaranya pergi menuju dunia yang berbeda. Sejak saat itu Gazali kecil bertekad untuk menjadi dokter, menyembuhkan dan mengobati siapa saja agar sehat kembali.

Mungkin dulu Gazali melihat sosok sodara kembarnya di diri Ali, sehingga Ali dan Gazali begitu cocok bersahabat tapi sayangnya Gazali harus pergi mengejar cita citanya dan meninggalkan Ali. Kini mereka dipertemukan lagi tetapi sudah dalam versi yang berbeda, mereka telah menjadi laki laki dewasa yang matang.

“bagaimana keadaannya?” ucap Ali sendu

“keadaannya stabil, kita tinggal menunggu dia siuman”

“terimakasih, jika sudah memeriksanya kau boleh pergi”

“begitu kah caramu memperlakukan seorang dokter hah?” cibir Gazali

“baiklah aku akan keluar”

Tak ada gunanya berdebat dengan Ali, hanya buang buang waktu saja pikir Gazali.

Dengan setia Ali menemani Prilly, usahanya sepertinya membuahkan hasil. Dengan perlahan kelopak mata Prilly terangkat. Dia siuman.

Kebahagiaan membuncah di dada Ali, rasanya seperti melihat ribuan kembang api diatas langit yang menghitam. Sementara Prilly terlihat bingung menatap keadaan disekitarnya. Ali, lelaki itu adalah orang yang pertama kali dia lihat.

“Ya Tuhan, akhirnya kau membuka matamu” senyuman mengembang disudut bibirnya, mengalirkan kehangatan pada Prilly. Lelaki ini tersenyum padanya, senyum penuh kelembutan.

“di..dimana?” ucap Prilly tertatih.

“dirumah sakit sayang, maafkan aku seharusnya kau tak mengalami hal ini.”

Sayang? Maaf? Baru kali ini Prilly mendengar hal ini dari Ali. Apakah dia benar benar Ali? Lelaki itu sungguh terlihat berbeda, kacau dan bersikap lembut padanya.

“apa yang terjadi?”

“kau kecelakaan, karna musuhku. Seharusnya kau tak disini. Seharusnya aku yang terluka”

Prilly kini memahaminya, laki laki ini mengkhawatirkannya. Ah Tuhan, bahkan wajahnya masih terlihat tampan ketika sedang sendu seperti itu.

***

Dengan telaten Ali merawat Prillynya, dia membersihkan tubuh Prilly, menyuapinya makan dan obat, dan banyak bercerita kepada Prilly. Sekarang Ali menjadi sosok yang hangat di mata Prilly.

“hey Prilly, bagaimana keadaanmu, sudah membaik?” tanya Gazali sesaat setelah dia sampai dikamar Prilly.

“ya aku sudah lebih baik. Terimakasih Gazali”

“itu sudah menjadi tugasku Prilly. Dimana suamimu yang menyebalkan itu?” tenggorokannya tercekat ketika harus melontarkan kata ‘suami’ pada Prilly. Seharusnya wanita baik seperti Prilly ada disisinya, bukan berada disisi Ali yang arogan itu pikir Gazali.

“dia pulang untuk mandi dan berganti pakaian” Prilly tersipu, mengingat Alinya saat ini.

“kenapa kamarmu dijaga ketak oleh pria pria berotot besar, memangnya kamu anak presiden yang harus dikawal?” tanya Gazali, menyadari bahwa Prilly adalah pasien istimewa yang dijaga ketat oleh bodyguard.

Beautiful DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang