Pagi ini bukan pagi yang cerah, sedikit berawan namun bukan juga suram. Pagi ini meneduhkan, sisa hujan kemarin malam masih menempel di semua sudut kota. Harusnya cuaca seperti ini sangat cocok untuk bergelung dibawah selimut yang hangat dan meneruskan tidur. Cuaca dingin dan selimut hangat adalah perpaduan yang serasi bukan?.
Namun sepertinya tak berlaku untuk anak muda satu ini, ahh apa dia masih anak-anak?. Dia terlihat mungil namun wajahnya menunjukkan sedikit raut seorang wanita muda. Dia berjalan dari rumah ke rumah, mengetuk pintu dan memandangi pemilik rumah, aneh, entah apa yang sedang dilakukannya. Wajahnya menampakkan kebingungan, namun ada juga seberkas semangat yang terlihat bersama iringan langkahnya.
"Ahh kuharap ini rumahnya, kenapa sih aku mau disuruh mencari orang yang bahkan aku gak tau mukanya gimana. Kenapa lagi nenek nggak meletakkannya pada daftar orang hilang, biar polisi mencarinya. Ahhh aku ngomel lagi, dan aku membuang waktuku lagi. Ayo Kara semangat, kamu cuma tinggal ketuk pintu dan nunjuk foto trus pandang matanya, gak susah kok! Semangat Kara! " ujar gadis itu seorang diri didepan sebuah pintu rumah, dan ahh namanya Kara.
Tok tok tok
"Permisi, permisi, permisi, permisi, permisi" entah berapa kali dia meneriakkan kata permisi dan mengetuk pintu."Apa orangnya tidak dalam rumah? Apa masih tidur ya? Ahh jadi pengen, aku kan jadi kangen kasurku. Enak banget deh bisa tidur dingin-dingin gini.Ehh ngomel lagi aku, pasti gara-gara cacingku usil dalem perut. Sabar ya sayang habis ini kita makan"ujar gadis itu sambil mengusap-usap perut kecilnya.
"Permisi" teriak gadis itu sambil mengetok pintu.
Kriet....,pintunya terbuka. "Ya?"
ada sebuah suara dan kepala yang menyembul dari balik pintu.Hah akhirnya orang ini bangun juga setelah satu tahun, pikir Kara kesal namun ia menyembunyikannya dibalik senyum manisnya
"Ahh boleh tanya sesuatu?" ujarnya."Boleh" jawab laki-laki itu dan mulai menampakkan diri sepenuhnya.
"Tapi tolong jika kamu sales lewati saja rumahku, aku sudah tidak butuh benda apa-apa lagi, mengerti kan nona?" seloroh laki-laki itu lagi.
"Aku bukan sales ya! Enak saja" semprot Kara. Pagi-pagi membuat emosi, kutandai wajah laki-laki ini, awas saja, pikir Kara bertambah kesal.
"Lalu mau tanya apa?, tolong sedikit cepat, aku sedang sibuk" jawab laki-laki itu dengan suara rendah dan tenang.
Memang dia pikir aku pengangguran, pikirnya lagi. "Apa kau mengenal ini?" tanya Kara sambil menunjukkan sebuah foto, seorang wanita tua, dan ada yang lebih muda, ada juga satu anak kecil perempuan dan seorang bayi.
Ahh mana ada aku mengenal semua keluarga random yang ditunjukkan orang asing, kertas fotonya juga sudah usang, pikir laki-laki itu. "Tidak" jawab laki-laki itu singkat.
"Apa anda yakin?" tanya Kara.
"Aku tidak ken-... Hey darimana kau dapat foto ini?" ujar laki-laku itu.
Bukankah ini ibu? Aku tidak salah lihat kan? , pikir laki-laki itu.
"Kau kenal tidak? Kalau kenal aku bisa cerita kalau tidak aku tidak mau membuang waktuku, asal kau tau aku juga sibuk" ungkap Kara.
"Ehmm, ya sejujurnya aku mengenal salah satu orang di foto ini. Lalu darimana kau dapat fotonya?" lagi tanya laki-laki itu lagi.
"Kau tau siapa ini? Dimana rumahnya? Tolonglah aku harus segera menemukannya" pinta Kara lagi.
"Jawab dulu ini darimana?" desak laki-laki itu. Siapa orang ini? Dan kenapa mencari ibuku? Apa dia tau apa penyebab ibuku pergi? Batin laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last - Telas
FantasíaNyatanya bukan kehilanganlah hal paling pahitnya. Namun terjebak dalam kenanganlah yang paling terasa menyiksa, mencekik lehermu dan membuatmu tenggelam pada sesuatu tak berdasar. Bukan, ini bukanlah sebuah kematian. Jangan menyebutnya kematian kala...